Perupa Banyuwangi jual lukisan lewat format “non fungible token”, KabarJatim
Kabar Terbaru Tentang Perupa Banyuwangi jual lukisan lewat format “non fungible token” Yang Kami kutip dari berbagai sumber, Artikel ini telah mendapatkan editing dari tim kami Rakyatnesia. Semoga Berita Tentang Perupa Banyuwangi jual lukisan lewat format “non fungible token” bisa memberikan anda wawasan lebih luas.
Pencetus ArtOs Nusantara, Imam Maskun di Banyuwangi, Kamis, mengatakan, sebanyak empat belas karya dari sebelas pelukis berkolaborasi dengan delapan penyanyi top Indonesia, Rakyatnesia lain, Once Mekel, Yuni Shara, dan Shania.
Seniman ArtOs Nusantara bekerja sama dengan perusahaan entertainment RPM, teknologi StarX, dan beberapa pihak lain dalam kolaborasi itu. Lagu para penyanyi dijual dalam platform improduction.io. Pembeli lagu-lagu tersebut akan mendapatkan bonus berupa lukisan NFT seniman ArtOs Nusantara.
Salah satu contohnya, pembeli tembang “Tanda Tanda” yang dinyanyikan oleh Yuni Shara akan mendapatkan lukisan NFT berjudul “Bunga Asmara” buatan Suryantara.
Selain itu ada juga pembeli lagu “Cintai saya Lagi” oleh Sania akan mendapatkan lukisan NTF bertajuk “Kasmaran” buatan Sugiono.
Lukisan NFT itu disiapkan hanya untuk 50 orang pembeli pertama lagu tersebut.
“Ini adalah wadah baru, ekosistem baru yang memungkinkan adanya sharing royalti yang akan membantu teman-teman pelaku seni,” kata Imam dalam peluncuran NFT.
Peluncuran NFT itu dihadiri, Rakyatnesia lain para seniman ArtOs Nusantara, CEO StarX Irwan Wahyudianto, dan artis Shania. Sementara Once Mekel dan Yuni Shara turut mengikuti kegiatan peluncuran tersebut via dalam jaringan (daring).
Imam menambahkan, kolaborasi pelukis dan penyanyi untuk menjual karya dalam bentuk NFT merupakan yang pertama di Indonesia.
Ia berharap, langkah itu dapat memotivasi para seniman dan musisi lain untuk bergabung memanfaatkan teknologi blockchain dalam memasarkan karya.
“Bagaimana seniman harus melek digital. Bagaimana bisa mendapatkan pendapatan melalui sharing dari NFT,” kata Imam.
Tak hanya seniman lukis, para musisi juga optimistis dengan proyek tersebut. Once mengatakan, seni musik sebenarnya sulit untuk masuk dalam teknologi blockchain. Dengan kolaborasi bersama para seniman, para musisi bisa turut ambil bagian.
“Saya percaya teknologi ini akan menjadi teknologi yang terus berkembang, sekalipun banyak yang belum mengenalnya,” kata Once.
Pelantun tembang Dealova itu juga percaya, pemanfaatan teknologi blockchain akan membuka cakrawala para pelaku industri seni di Indonesia. Kolaborasi semacam ini juga bakal membuka kesempatan bagi para musisi-perupa untuk menembus pasar dunia.
“Banyak sekali musisi yang membidik pasar luar negeri. Semua terbuka dengan teknologi ini,” kata dia.
CEO StarX Irwan Wahyudianto, mengatakan, blockchain dipilih sebagai sarana karena teknologi itu menawarkan transparasi dalam setiap transaksi. Dengan sarana ini, kata dia, menjadi salah satu isu yang kerap ditemui oleh para seniman, terutama para musisi.
“Di dalam teknologi blockchain, tidak mungkin ada kecurangan. Dari sisi transaksi, tidak ada manipulasi,” katanya.
Terobosan baru ini juga memungkinkan para musisi dan seniman untuk memberi harga terhadap karya masing-masing. Ke depan, musisi-seniman dari dalam dan luar negeri juga bakal digandeng dalam proyek tersebut. Hal itu memungkinkan karena pasar penjualan lagu NFT tak terbatas pada lokal, tapi juga internasional.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Muhammad Yanuarto Bramuda, mengatakan, kolaborasi dengan memanfaatkan teknologi blockchain seperti NFT ini akan memberi dampak positif bagi pelaku seni asal Banyuwangi.
“Ini kolaborasi yang menarik. Karya seni Banyuwangi memasuki teknologi blockchain, dan semoga diikuti dengan pelaku seni lainnya,” katanya (*)
Jangan lupa untuk membagikan artikel Perupa Banyuwangi jual lukisan lewat format “non fungible token” di jejaring sosial milik anda, agar kawan, saudara dan keluarga tidak ketinggal berita tersebut. (dikutip dari :: jatim.antaranews.com)