Tiga Milisi Timur Tengah Bergabung dalam Serangan Terhadap Israel untuk Mendukung Palestina

Panjoel Kepo

Tiga Milisi Timur Tengah Bergabung dalam Serangan Terhadap Israel untuk Mendukung Palestina
Bagikan

rakyatnesia.com – Situasi agresi Israel di Jalur Gaza, yang semakin meningkat akibat konflik dengan Hamas, telah memicu respons dari sejumlah milisi pendukung Palestina di Timur Tengah yang terlibat dalam tindakan balasan.

Milisi Hizbullah di Selatan Lebanon: Pada Kamis (2/10), milisi Hizbullah menembakkan puluhan roket ke Kota Kiryat Shmona di Israel. Tindakan ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk mendukung Palestina dan mengecam tindakan Israel di Gaza.

Pemberontak Houthi di Yaman: Pada Selasa (31/10), pemberontak Houthi meluncurkan dron untuk menyerang Israel. Mereka telah menunjukkan solidaritas dengan Palestina dan berpartisipasi dalam respons regional terhadap situasi di Gaza.

Reaksi dari milisi-milisi ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional. Mereka khawatir bahwa konflik antara Hamas dan Israel yang dimulai pada tanggal 7 Oktober dapat meluas ke negara-negara tetangga yang memiliki sejarah konflik dengan Israel.

Berikut deret milisi di Timur Tengah ikut-ikutan Hamas menggempur Israel dan bela Palestina :

1.Houthi di Yaman

Kelompok pemberontak Houthi di Yaman buka-bukan menyatakan telah melancarkan serangan ke Israel dengan drone pada Selasa (31/10).

Houthi mengklaim telah menyerang wilayah utara Israel sebanyak tiga kali sejak negara Zionis itu kembali berperang dengan Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu.

Baca Juga  Lunix Memperkenalkan Vape Draco pada Acara JIVE di Jiexpo Kemayoran

Juru bicara Houthi, Yahya Saree, menyatakan serangan ini ditujukan untuk kemenangan bangsa Palestina.

“Kami akan terus melakukan operasi militer untuk mendukung rakyat Palestina, hingga agresi Israel di Gaza berhenti,” kata Saree seperti dikutip Reuters.

Houthi bahkan mengultimatum Israel bahwa kelompoknya akan melancarkan serangan susulan yang lebih dahsyat ke negara itu dengan menembakkan rudal balistik dalam jumlah besar.

Houthi masih menduduki Ibu Kota Sanaa di Yaman setelah melancarkan kudeta dan pemberontakan pada akhir 2014 hingga memicu perang sipil di negara tersebut hingga hari ini.

Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara dan pusat populasi besar lainnya di Yaman. Sementara itu, pemerintah yang diakui secara internasional bermarkas di Aden.

Houthi merupakan milisi yang tergabung dalam “Poros Perlawanan”, kelompok-kelompok militan di Timur Tengah yang diyakini didukung oleh Iran.

Houthi memang telah lama mendukung Palestina dan menentang Israel serta sekutunya,terutama Amerika Serikat.

2.Jihad Islam di Jalur Gaza

Jihad Islam merupakan salah satu milisi Palestina yang bermarkas di Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas.

Jihad Islam merupakan salah satu sekutu Hamas dan telah buka-bukaan membantu kelompok itu menggempur Israel pada 7 Oktober lalu hingga peperangan berlangsung sampai hari ini.

Didirikan sekitar akhir 1970 oleh Fathi Shiqaqi dan Abdel-Aziz Odeh, Jihad Islam terus meraup dukungan di antara loyalis dan pendukung mantan Presiden Palestina Yasser Arafat.

Dikutip Reuters, Shiqaqi tewas dibunuh pada 1995 di Malta dalam operasi yang disebut dilakukan intelijen Israel.

Baca Juga  Lunix Memperkenalkan Vape Draco pada Acara JIVE di Jiexpo Kemayoran

Sejak berdiri sebagai organisasi, Jihad Islam bersumpah bakal menghanurkan Israel dan menggantinya dengan negara Islam Palestina saat masih di bawah mandat koloni Inggris pada 1948.

Jihad Islam diyakini menerima dukungan inteliken hingga dana mencapai puluhan juta dolar per tahun dari Iran. Kelompok ini juga memiliki kantor pusat di luar negeri yakni di Beirut, Lebanon, dan Damaskus, Suriah.

Jihad Islam memiliki jaringan bersenjata terbesar kedua di Gaza setelah Hamas. Angka terkini mengenai kekuatan Jihad Islam sulit didapat. Namun, menurut CIA’s World Factbook, Jihad Islam memiliki sekitar 1.000 hingga beberapa ribu milisi per 2021.

Kelompok ini juga memiliki persenjataan yang signifikan berupa roket, mortir, dan rudal anti-tank.

Berbeda dengan Hamas, Jihad Islam tidak ikut serta dalam pemilihan parlemen Palestina dan tampaknya tidak memiliki ambisi untuk membentuk pemerintahan di Gaza atau Tepi Barat.

Jihad Islam ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.

3.Hizbullah di Lebanon

Hamas memiliki hubungan erat dengan kelompok Hizbullah di Lebanon. Hamas dan Hizbullah juga sama-sama ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat.

Hamas adalah bagian dari Front Perlawanan yang mencakup Iran, Suriah, dan Hizbullah di Lebanon, yang menentang kebijakan Amerika atas Timur Tengah dan Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Tak lama setelah perang antara Israel vs Hamas pecah pada 7 Oktober lalu, milisi Hizbullah turut melancarkan serangan dari perbatasannya di selatan ke wilayah Israel hingga memicu serangan balasan. Sehari setelah perang pecah, pasukan Hizbullah juga sempat baku tembak dengan militer Israel di perbatasan.

Baca Juga  Lunix Memperkenalkan Vape Draco pada Acara JIVE di Jiexpo Kemayoran

Hizbullah bahkan terang-terangan mengatakan mereka berkomunikasi langsung dengan Hamas di hari milisi Palestina itu melancarkan serangan dadakan ke Israel pada 7 Oktober.

Sejak 7 Oktober, Hizbullah terlibat dalam baku tembak lintas batas dengan Israel. Hizbullah bahkan disebut mengizinkan milisi Hamas menyusup masuk Israel melalui perbatasan Lebanon yang mereka kuasai.

Hizbullah mengatakan telah meluncurkan roket dan antileri pemandu di tiga pos Shebaa Farms sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina.

“Dalam perjalanan untuk membebaskan sisa tanah Lebanon yang kami duduki dan dalam solidaritas dengan perlawanan Palestina yang menang dan rakyat Palestina yang teguh, kelompok komandan syahid Haji Imad Moghniyeh di Perlawanan Islam melakukan serangan pada hari Minggu ini, 08 Oktober , 2023, menargetkan 3 lokasi pendudukan Zionis di wilayah Peternakan Shebaa Lebanon yang diduduki,” kata Hizbullah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sampai mengultimatum jika Hizbullah terus mendukung Hamas maka Israel tak segan menyeret Lebanon dalam peperangan.

Hizbullah dibentuk oleh Iran pada 1982 di tengah perang sipil berkecamuk di Lebanon pada 1975-1990. Hizbullah menjadi bagian dari upaya Iran memperluas propaganda pengaruhnya usai Revolusi Iran 1979.

Hizbullah juga dibentuk Iran sebagai upaya melawan pasukan Israel yang telah menginvasi Lebanon pada 1982.

Sama-sama menganut aliran Syiah seperti Iran, Hizbullah terus menggencarkan perang gerilya hingga Israel angkat kaki dari Lebanon pada 2000.

Bagikan

Also Read