Pangeran Arab MBS Serukan Boikot Israel dalam Respons Tegas terhadap Perang Gaza

Panjoel Kepo

Pangeran Arab MBS Serukan Boikot Israel dalam Respons Tegas terhadap Perang Gaza
Bagikan

rakyatnesia.com – Perang di Gaza menciptakan suhu politik yang memanas, terutama setelah Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), mengambil sikap tegas dalam menanggapi serangan Israel di Jalur Gaza. Pernyataan keras ini diutarakan oleh MBS dalam pertemuan virtual BRICS pada awal pekan ini.

Dalam pertemuan tersebut, MBS menyerukan gerakan global untuk menghentikan serangan brutal yang dilakukan oleh Israel di wilayah Palestina.

Beliau dengan tegas meminta negara-negara untuk memboikot Israel, khususnya terkait ekspor senjata yang terus dilakukan oleh beberapa negara, terutama di Barat.

Poin penting lainnya yang disoroti oleh MBS adalah penolakan Kerajaan terhadap pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza. Beliau mengecam tindakan ini dan menekankan pentingnya dukungan internasional untuk mencegah pemindahan tersebut.

Selain itu, Pangeran Arab tersebut juga mengajak agar bantuan disalurkan secara massif ke Jalur Gaza. Permintaan ini mencerminkan keprihatinan serius terhadap kesejahteraan dan kondisi kemanusiaan di wilayah yang terkena dampak perang.

Inisiatif MBS ini menciptakan panggung untuk solidaritas internasional dalam menanggapi konflik di Timur Tengah. Dengan mengambil sikap tegas dan menyerukan boikot Israel, Pangeran Arab MBS berusaha memobilisasi dukungan global untuk menghentikan tindakan agresif yang merugikan banyak pihak di Jalur Gaza.

“Posisi Kerajaan adalah konstan dan tegas; tidak ada cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas di Palestina kecuali melalui penerapan keputusan internasional terkait solusi dua negara,” katanya dikutip dari Saudi Gazette Sabtu (25/11/2023).

“KTT BRICS diadakan di masa sulit yang dialami Jalur Gaza, dan kami menegaskan kembali penolakan tegas kami terhadap operasi Israel di Jalur Gaza,” jelasnya.

Dia menekankan bahwa Gaza sudah menjadi saksi bagaimana kejahatan brutal terjadi terhadap warga sipil, orang yang tidak bersalah, fasilitas kesehatan, dan tempat ibadah. Dikatakannya bencana kemanusiaan itu harus dihentikan di mana koridor kemanusiaan wajib dibuka.

Diketahui, BRICS adalah sekelompok ekonomi negara berkembang dengan anggota tetap yakni Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (Afsel). Arab Saudi, Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran dan Uni Emirat Arab (UEA) bergabung awal tahun ini.

Pertempuran BRICS tersebut, merupakan rapat mendadak yang diinisiasi Iran, untuk membahas perang Israel di Gaza. Di kesempatan itu, Teheran mendesak BRICS untuk menggunakan pengaruhnya untuk mematahkan “pengepungan” Israel di Gaza dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman.

“Rezim palsu ini harus diakui sebagai rezim teroris dan tentaranya dianggap sebagai organisasi teroris,” kata Presiden Iran Ebrahim Raisi dikutip Russia Today, sambil memohon kepada anggota blok tersebut untuk mengakui hak negara Palestina untuk membela diri sambil memutuskan hubungan dengan Israel.

“Sehubungan dengan kejahatan yang terus-menerus (dilakukan) oleh dan sifat rasis dari rezim palsu Israel, negara-negara bebas (di dunia) mengharapkan semua pemerintah terutama negara-negara anggota BRICS untuk segera mengangkat isu pemutusan hubungan politik, ekonomi dan militer dengan Israel. rezim ini menjadi agenda utama,” jelasnya.

Raisi juga memohon agar BRICS membuka penyelidikan atas dugaan penggunaan fosfor putih ilegal. Termasuk senjata terlarang lainnya oleh Israel terhadap warga sipil di Gaza.

“Iran akan mendukung upaya bersama Afrika Selatan, yang diajukan bersama empat negara lainnya pada hari Jumat di Pengadilan Kriminal Internasional, untuk menyelidiki apakah kejahatan perang telah dilakukan di Gaza,” tambahnya.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres termasuk di antara para pemimpin yang menyampaikan pidato pada pertemuan itu. Rapat sendiri dilakukan secara online.

Bagikan

Also Read