Penjelasan Pakar Terkait Gas Air Mata di Insiden Stadion Kanjuruhan
JAKARTA (RAKYATNESIA) – Penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur masih menjadi sorotan.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia PERDAMI, Dokter M. Sidik, Sp.M, Selasa (11/10/2022) mengatakan, efek gas air mata bisa dihilangkan dengan membilas air saja. Mata yang terkena gas air mata memang akan mengalami iritasi, tetapi tidak menimbulkan dampak permanen.
Menurut Dokter Spesialis Mata Indonesia, kandungan zat di dalam gas air mata itu bisa menyebabkan iritasi mata. Artinya kalau dicuci atau dibilas dengan air akan berkurang iritasi dan bisa pulih lagi. Menurut dia, iritasi itu akibat gas air mata tidak menimbulkan penyakit mata permanen.
Iritasi mata itu menimbulkan mata menjadi perih bila terkena gas air mata. Sementara asapnya bisa ke saluran nafas jadi sesak, tenggorokan, hingga paru-paru.
Menurut Sidik saat webinar tentang Hari Penglihatan Sedunia 2022, Selasa (4/10/2022), saat mata terkena gas air mata, akan terjadi pembengkakan mata yang sangat tidak nyaman.
Orang yang terkena gas air mata ini akan menjadi panik dan merasa sesak nafas.
Meskipun begitu Sidik menganjurkan untuk menghindari paparan gas air mata secara langsung dengan menjauhi lokasi di mana terjadi penggunaan piranti itu.
Membubarkan aksi demonstrasi di jalanan dengan gas air mata lebih bisa dimaklumi karena medan luas dengan akses terbuka dan jalan banyak.
Mereka bisa menyebar ke segala penjuru menyelamatkan diri dari gas air mata.
Kondisi berbeda ketika massa berada di dalam bangunan, termasuk di stadion, dengan akses pintu keluar masuk sangat terbatas.
Struktur bangunan dengan tempat duduk bertingkat, berdesakan, dan pintu gerbang yang lebarnya terbatas menyulitkan orang yang terpapar gas air mata untuk menjauh dan menyelamatkan diri.
Situasi itu terjadi saat para suporter di stadion Kanjuruhan akan keluar stadion. Massa berebutan keluar stadion, namun terhalang oleh akses pintu keluar yang terbatas. Sehingga terjadi penumpukan di pintu keluar, mereka berhimpitan bahkan ada yang terinjak sehingga mengalami sesak nafas.
Dokter spesialis paru, Agus Dwi Susanto, mengatakan dampak gas air mata pada kulit dapat menyebabkan rasa iritasi berupa kemerahan hingga gatal.
Sementara pada mata, senyawa kimia pada gas air mata menyebabkan mata merasa terbakar dan mengeluarkan air mata.
Dalam kasus yang terjadi di stadion Kanjuruhan, faktor fatalitas dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari kerumunan orang, yang berpotensi terinjak-injak dan menyebabkan trauma di kepala, yang dapat menjadi salah satu faktor fatalitas.
Faktor lainnya ketika seseorang yang terjatuh dan terhimpit, itu juga dapat mengalami kekurangan oksigen atau asfiksia mekanik.
**(Sumber: tribratanewspolri/red).