Armenia Menyambut Gelombang Pengungsi Baru dari Nagorno-Karabakh

Panjoel Kepo

Bagikan

rakyatnesia.com – Armenia sedang bersiap untuk menyambut kedatangan gelombang pengungsi baru yang tiba dari wilayah konflik Nagorno-Karabakh pada hari Senin, tanggal 25 September. Mereka datang setelah tempat tinggal mereka mengalami serangan dari pasukan Azerbaijan.

Pada malam Minggu sebelumnya, sekitar 377 pengungsi telah dilaporkan tiba di Armenia. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan, anak-anak, dan beberapa di antaranya berasal dari perbatasan Desa Eghtsahogh, yang mencari perlindungan.

Sebuah kisah tragis datang dari seorang pria berusia tiga puluhan yang berbagi pengalamannya. Dia menceritakan bagaimana ia harus meninggalkan senjatanya dan mengungkapkan rasa penyesalannya karena harus meninggalkan ternaknya dan bahkan makam putrinya yang berusia tiga tahun.

“Kemarin kami harus meletakkan senapan kami. Jadi kami pergi, dengan diberi waktu 15 menit untuk mengemas semuanya,” kata seorang pria dari desa Mets Shen, yang diserang pasukan Azerbaijan itu.

“Saya tidak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya. Saya berharap untuk kembali,” tambahnya.

Konflik di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan ini semakin memanas, setelah Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan menyalahkan Rusia atas kejadian ini.

Dia mengindikasikan bahwa perjanjian keamanan antara Armenia dan Rusia tidak cukup untuk melindungi negaranya dan menyatakan niatnya untuk mencari aliansi baru.

“Perjanjian keamanan antara kedua negara terbukti tidak cukup untuk melindungi negara kami,” kata PM Pashinyan.

Armenia sendiri merupakan anggota dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), sebuah kelompok yang terdiri dari enam negara pasca-Soviet yang didominasi Rusia dan berjanji untuk melindungi satu sama lain jika diserang.

Namun, Rusia yang terjebak dalam perangnya sendiri di Ukraina, menolak membantu Armenia dalam konflik Nagorno-Karabakh terbaru, dengan alasan bahwa Yerevan sendiri telah mengakui wilayah yang disengketakan itu sebagai bagian dari Azerbaijan, yang membuat Armenia meradang.

Sementara itu, pendukung Nagorno-Karabakh di Armenia melakukan unjuk rasa dan memblokir jalan-jalan di Yerevan sebagai bentuk tekanan terhadap Pashinyan. Mereka merencanakan lebih banyak protes dalam beberapa hari ke depan, karena mengungkapkan kemarahannya atas perang yang meletus itu.

Bagikan

Also Read