Isu Ekonomi Bakal Menjadi Hal Penting di Pertarungan Pilpres 2024 , Kabar Indonesia
Rakyatnesia – Isu Ekonomi Bakal Menjadi Hal Penting di Pertarungan Pilpres 2024 Pencarian seputar Berita Nasional di dunia online kian banyak dilaksanakan masyarakat Indonesia, meski sebetulnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada Tulisan Isu Ekonomi Bakal Menjadi Hal Penting di Pertarungan Pilpres 2024 ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget mengamati atau membacanya. Jika anda suka dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com – Isu ekonomi menjadi hal yang lebih penting dalam pertarungan Pilpres 2024. Hal itu terungkap dalam hasil survei pertarungan Pilpres 2024 yang dilakukan LSI Denny JA pada Mei 2023. Presentasenya, mencapai 64,7 persen.
“Padahal sebelum pandemi yaitu pada bulan September 2019, para pemilih menyatakan isu ekonomi masih di 42,3 persen. Atau masih tetap tertinggi di Rakyatnesia isu-isu yang lain,” ujar Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa di kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (29/5).
SemenTerhadap isu ekonomi yang menempati urutan tinggi, pemilih terbanyak mengharapkan Capres Prabowo untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Sebab Prabowo menduduki urutan teratas untuk isu strong leader mengungguli Ganjar.
Alasannya, responden membandingkan Prabowo sebagai pendiri partai dan Ketua Umum Partai Gerindra. Sementara Ganjar adalah hanya petugas partai yang tidak mengesankan pengendali partai. Apalagi pengendali pemerintahan atau elit politik.
Baca Juga: Pakar Sebut Pemilih Jokowi Masih Galau Tentukan Pilihan di Pilpres 2024
Pemilih juga menilai, rekam jejak kepemimpinan Ganjar sebatas Jawa Tengah. “Jika mempimpin satu propinsi saja, Jawa Tengah, Ganjar gagal soal isu kemiskinan,” tegas Sopa.
Selain isu ekonomi, responden juga berharap kepada Prabowo tentang isu hukum. Dari survei sebelum pandemi, isu hukum di urutan kedua sebesar 14,5 persen. Namun setelah pandemi turun menjadi 10,7 persen. Sementara isu politik sebesar 11,7 persen sebelum pandemi dan turun menjadi 8,2 persen sebelum pandemi.
Para pemilih untuk isu budaya yang menganggap sebagai isu paling penting sebesar 8,6 persen, namun setelah pandemi turun hingga tersisa 5,3 persen. Demikian juga untuk isu hubungan internasional sebelum pandemi masih sebesar 5,7 persen tetapi setelah pandemi sebesar 3,1 persen saja.
“Jadi pentingya isu ekonomi akibat covid-19 naik dari 42,3 persen di bulan September 2019 menjadi 64,7 persen pada survei yang dilakukan bulan Mei 2023 atau setelah pandemi, atau terjadi kenaikan hingga 22,4 persen,” katanya.
Dari hasil surveri tersebut, LSI Denny JA menegaskan tiga tahun Covid-19 membuat publik tidak puas terhadap tiga isu karena di bawah 50 persen.
Adapun ketiga isu tersebut di antaranya adalah, ketidakpuasan terhadap pembukaan lapangan pekerjaan sebesar 38,1 persen. Kedua, isu mengurangi kemiskinan sebesar 43,5 persen dan isu kesejahteraan petani, buruh dan nelayan sebesar 44,6 persen.
Diketahui, survei ini dilakukan pada periode 3 hingga 14 Mei 2023 dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Dengan metodologi sampling yang digunakan berupa multi stage random sampling dengan jumlah 1.200 responden. Adapun margin off error pada survei ini sebanyak kurang lebih 2,9 persen.
Dikutip dari Jawa Pos