Soal Penyerangan Mapolres Jeneponto, Olah TKP Tak Temukan Selongsong Peluru , Kabar Indonesia
Rakyatnesia – Soal Penyerangan Mapolres Jeneponto, Olah TKP Tak Temukan Selongsong Peluru Pencarian seputar Berita Nasional di dunia maya kian banyak dikerjakan masyarakat Indonesia, sedangkan hakekatnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada Tulisan Soal Penyerangan Mapolres Jeneponto, Olah TKP Tak Temukan Selongsong Peluru ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian cara penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget mengamati atau membacanya. Jika anda suka dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com – Upaya mengungkap pelaku penyerangan Mapolres Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (27/4) dini hari, belum membuahkan hasil. Sejauh ini, pelaku masih dikategorikan orang tidak dikenal (OTK).
Kabidhumas Polda Sulsel Kombespol Komang Suartana menuturkan, hingga saat ini, tim masih bekerja untuk mendalami siapa pelaku penyerangan terhadap Mapolres Jeneponto. Olah tempat kejadian perkara (TKP) terus dilakukan. ”Masih belum diketahui pelaku penyerangan,” ujar Komang Suartana saat dihubungi Jawa Pos kemarin (29/4).
Bahkan, selongsong peluru dari tembakan pada penyerangan tersebut belum didapatkan. Tembakan itulah yang melukai Bripka Musmuliadi. Personel Polres Jeneponto itu terkena tembakan di bagian perut. ”Tidak ketemu (selengsong peluru, Red),” kata Komang.
Baca Juga: Golkar Mulai Jajaki Koalisi dengan Demokrat, KIB Bepotensi Bisa Bubar
Terkait kondisi Bripka Musmuliadi, lanjut dia, saat ini yang bersangkutan dirawat di ICU RS Bhayangkara setelah menjalani operasi. Kondisinya sedikit membaik. ”Harus dijaga betul karena yang terkena organ dalam,” terangnya.
Menurut Hendardi, ketua Dewan Nasional SETARA Institute, berulangnya kejadian penyerangan dan perusakan oleh orang tidak dikenal yang diduga oknum TNI terhadap fasilitas Polri menunjukkan kerentanan dan rapuhnya soliditas kedua institusi. ”Mudahnya percikan konflik muncul Rakyatnesia prajurit TNI dan Polri di lapangan,” paparnya.
Baca Juga: Dirut Waskita Gunakan Dokumen Palsu untuk Cairkan Dana Proyek Fiktif
Dalam kondisi semacam itu, leadership yang dikembangkan adalah kontestasi kekuatan dan bahkan permisif terhadap jiwa korsa yang keliru. Yang akhirnya menjadi konflik laten untuk supremasi institusi masing-masing.
Seharusnya, pimpinan kedua institusi menjamin tidak melindungi pelaku bila memang berasal dari institusi mereka. (idr/c18/fal)
Dikutip dari Jawa Pos