TNI Siaga Tempur di Nduga, KST Jadikan Anak-Anak dan Perempuan sebagai Tameng , Kabar Indonesia
Rakyatnesia – TNI Siaga Tempur di Nduga, KST Jadikan Anak-Anak dan Perempuan sebagai Tameng Pencarian perihal Berita Nasional di dunia online kian banyak dilaksanakan masyarakat Indonesia, walaupun hakekatnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel TNI Siaga Tempur di Nduga, KST Jadikan Anak-Anak dan Perempuan sebagai Tameng ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memandang atau membacanya. Jika anda senang dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com – Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono merespons penyerangan oleh kelompok separatis teroris (KST) di Mugi-Mam, Nduga, Papua Pegunungan, dalam misi pencarian pilot Susi Air. Status kawasan yang dianggap rawan ancaman kini dinaikkan menjadi siaga tempur.
”Kalau TNI di Natuna itu ada operasi siaga tempur laut, di sini (Papua, Red) ada operasi siaga tempur darat,” kata Yudo di Base Off Lanudal Juanda kemarin (18/4).
Dia enggan memerinci tempat siaga tempur darat tersebut. Yang jelas, salah satunya di wilayah Mugi-Mam, Nduga. Meski begitu, TNI belum menambah jumlah pasukan ke tempat.
Baca Juga: Panglima TNI, KSAD, dan Pangkostrad Evaluasi Pembebasan Sandera di Papua
Sejak Senin (17/4), Yudo yang didampingi KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Pangkostrad Letjen TNI Maruli Simanjuntak bertolak ke Timika. Kunjungan itu bertujuan untuk memantau langsung kondisi yang sebenarnya terjadi.
Pihaknya juga sengaja menahan diri menanggapi berita yang berkembang. Salah satunya isu meninggalnya 13 personel dalam pencarian pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens. ”Di sini saya luruskan (informasi itu). Saya juga tidak tahu itu informasi dari mana,” katanya.
Mantan KSAL itu menjelaskan, setelah titik keberadaan pilot Susi Air diketahui, 36 personel dari Satgas Yonif Raider 321/Galuh Taruna Divisi I Kostrad dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menuju tempat tersebut. Namun, dalam perjalanan, mereka dihadang KST. Persisnya di wilayah Mugi-Mam.
Baca Juga: Perkuat Armada Udara, Panglima TNI Pensiunkan Pesawat Tua
Penyerangan tersebut melibatkan masyarakat. Anak-anak dan ibu-ibu turut serta. Mereka berteriak dan meniupkan peluit. Pasukan TNI diserang dari tiga sisi. Selain posisi musuh yang tidak diketahui, pasukan mengalami dilema jika harus menyerang masyarakat.
Hingga akhirnya, Pratu Miftahul Arifin tertembak dan jatuh ke jurang sedalam 15 meter. Pasukan lainnya berusaha turun menolong. Namun, dalam posisi itu, KST terus menembaki.
Menurut Yudo, serangan tersebut membuat lima prajurit TNI-AD mengalami luka tembak. Semua korban dievakuasi ke Timika dengan helikopter. Sementara itu, empat personel masih hilang kontak. Tim baru sudah diterjunkan untuk mencari empat prajurit tersebut.
Selain itu, lanjut Yudo, hari ini pihaknya berfokus mengevakuasi jenazah Pratu Miftahul Arifin. Sebelumnya, upaya tersebut terhambat cuaca. ”Saat ini kami konsentrasi untuk evakuasi yang meninggal,” katanya.
TNI belum memastikan kelompok mana yang terlibat dalam penyerangan pada akhir pekan lalu (15/4) tersebut. Namun, besar kemungkinan kelompok Egianus Kogoya. ”Kami mewanti-wanti jangan ada korban dari anak-anak dan ibu. Tapi, hal ini yang justru dijadikan cara KST untuk menyerang,” ungkap Yudo. (omy/syn/wan/idr/c19/fal)
Dikutip dari Jawa Pos