BANDUNG (RAKYAT INDEPENDEN) – Hari Infanteri momen untuk mengabadikan pengabdian dan perjuangan tanpa akhir, untuk terus memperkokoh kemanunggalan dengan rakyat dan membangun sinergisitas dengan segenap komponen bangsa lainnya. Demikian diungkapkan Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Dan Pussenif) TNI AD, Brigjen TNI Teguh Pudjo Rumekso saat memimpin upacara peringatan Hari Infanteri ke-70 tahun 2018 di lapangan Makodam III/Siliwangi, Rabu, (19/12/2018).
Dalam upacara Hari Infanteri tersebut juga ditampilkan pasukan tradisional/ pasukan Infanteri tempo dulu, ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan pakaian dan persenjataan serba sederhana, pasukan Infanteri tempo dulu tersebut menyapa untuk mengingatkan generasi muda akan perjuangan TNI AD di masa lalu.
Dalam rangkaian peringatan HUT Infanteri tersebut, sebelumnya telah dilaksanakan gerak jalan peleton beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya (YWPJ) selama 4 hari secara estafet, terus menerus, non stop siang dan malam yang diikuti satuan-satuan Infanteri sebagai peleton Inti dan juga Satuan Bantuan Tempur sebagai peleton pengantar, sejak tanggal 16 Desember 2018 lalu dan mencapai finish pada tanggal 19 Desember 2018 bertepatan dengan Hari Infanteri.
Sebagaimana diketahui bahwa Hari Infanteri diperingati setiap tanggal 19 Desember. Tepatnya tanggal 19 Desember 1948, untuk menghadapi Agresi Militer II Belanda, ketika itu Panglima Besar Jenderal Soedirman mengeluarkan Perintah Kilat No.1/PB/D/48 tanggal 19 Desember 1948 yang kemudian disebarluaskan melalui RRI Yogya. Perintah tersebut ditujukan kepada Angkatan Perang RI untuk melaksanakan Perang Gerilya dan beliaupun turut keluar kota memimpin perang gerilya.
“Dengan perang rakyat semesta, para prajurit melaksanakan wingate (infiltrasi) membentuk wehkreise (kantong-kantong kekuatan) sebagai titik kuat pertempuran gerilya. Bentuk dan siasat pertempuran yang digunakan tersebut merupakan taktik dan strategi prajurit infanteri untuk melanjutkan perjuangan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan,” terang Danpussenif dalam amanatnya.
Dijelaskannya bahwa, peristiwa sejarah tersebut menanamkan nilai-nilai ketokohan Panglima Besar Jendral Soedirman kepada prajurit TNI AD khususnya infanteri yaitu kejuangan, patriotisme, kepemimpinan, profesionalisme keprajuritan, sifat pantang menyerah serta kemanunggalan TNI dengan rakyat dan lain sebagianya. “Untuk mengabadikan nilai-nilai tersebut, maka TNI AD menetapkan hari tersebut sebagai Hari Infanteri,” tegasnya.
Lebih lanjut, peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akmil) tahun 1991 ini menyampaikan bahwa berkaca dari sejarah, maka peran, tugas dan fungsi TNI AD, khususnya prajurit infanteri tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. “Kebersamaan dengan rakyat menjadi penting dan strategis dalam mendukung pancapaian tugas pokok TNI AD,” katanya.
Menurutnya, tema “Dengan semangat Yudha Wastu Pramukha Prajurit Infanteri mengabdi dan membangun bersama rakyat,” mencerminkan komitmen dan tekad yang kuat prajurit dan satuan infanteri untuk menjadi tangguh, profesional, modern serta dicintai dan mencintai rakyat.
“Makna tersebut memancarkan semangat pengabdian dan perjuangan tanpa akhir untuk terus memperkokoh kemanunggalan dengan rakyat dan membangun sinergisitas dengan segenap komponen bangsa lainnya, sebagai kekuatan bela negara dalam sistem pertahanan semesta,” jelas Teguh Pudjo.
Mantan Kasdam VI/Mulawarman ini juga mengingatkan bahwa untuk mengimbangi pertempuran modern, satuan infanteri harus adaptif dan bersinergi dengan elemen lain. “Tentu, ini membutuhkan penguatan profesionalisme prajurit infanteri yang bertumpu pada penggunaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan mengikuti tren yang berlaku saat ini tanpa melupakan jati diri dan sejarah,”pungkasnya.
Turut hadir dalam upacara tersebut Kapolda Jabar Irjen Pol Drs. Agung Budi Maryoto, Kasdam III/Siliwangi Brigjen TNI Nurcahyanto, Irdam III/Siliwangi, para Asisten, para Kabalak dan para tamu undangan.
Sumber: Dispenad