Monumen Kayu jati di Alun-alun Bojonegoro, jadi simbol gotong royong.

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO- Dulu, Bojonegoro dikenal dengan penghasil kayu jati terbesar di Indonesia. Selain itu, dari segi kwalitas, kayu jati Bojonegoro juga paling bagus. Namun, kini, sebutan Kota kayu jati itu hanyalah tinggal kenangan karena sejak era reformasi tahun 1999 silam, telah terjadi penjarahan besar-besaran hingga hutan jati itu ludes dan nyaris tak tersisa.

Adalah kayu jati dengan panjang 17 meter dengan diameter 45 cm itu, menjadi salah satu bukti sejarah, jika Bojonegoro adalah daerah penghasil kayu jati. Kayu jati yang diberi nama Mbah Balok itu ditemukan  tahun 1994 silam di Bengawan Solo tepatnya di ujung jalan, Jl Prajurit Abu yang masuk wilayah Desa Kauman, Kecamatan Bojonegoro (kota).

Kayu jati itu oleh Bupati Bojonegoro H Suyoto, dijadikan simbol gotong royong bagi warga Bojonegoro sebab saat membawa kayu jati itu dibawa dengan dipikul oleh 40 orang dari lokasi penyimpanan Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Bojonegoro yang berada di Monginsidi, Sukorejo, Bojonegoro. Rombongan yang membawa kayu itu disambut masyarakat disepanjang perjalanan mulai start dari TPK, Jl Monginsidi, Jl Gajahmada, Jl Diponegoro, Jl. Panglima Sudirman, Jl Tronojoyo hingga Jl Pahlawan yang ada di selatan Alun-aluin Bojonegoro.

Kayu diusung dengan iring-iringan pada barisan paling depan Reog, kayu yang digotong, Barisan Satpol PP, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), yang paling belakang kelompok kesenian Sandur.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Amir Syahid mengatakan, disebut Mbah Balok karena bentuk, kondisi dan ukuran yang masih sangat primitif.

Masih menurut Amir (demikian kepala Disbudpar, itu biasa disapa), diberi nama Monumen Gotong Royong oleh Bupati Bojonegoro H. Suyoto itu, sesuai dengan perilaku alias tradisi warga Bojonegoro jika membawa kayu itu dibawa alias digothong oleh orang banyak.

“Kayu jati selalu digothong orang banyak. Itulah bentuk gotong royong masyarakat Bojonegoro. Tapi jangan gotong royong untuk mencuri kayu di hutan tapi bergotong royong lah dalam kebaikan. Hal lain yang bisa diambil hikmahnya dari monument kayu gotong royong itu, diharapkan masyarakat bisa semangat, lebih kreatif dan inovatif. Sesuai dengan program Pemkab Bojonegoro, Jadilah Wong Jonegoro yang sehat, cerdas, produktif dan bahagia,” kata Amir menjlentrehkan. **(Agung MD)

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar