Dinkes Bojonegoro Ajak Masyarakat Sukseskan BIAN, Lewat SAPA! Malowopati FM
BERITA BOJONEGORO (RAKYATNESIA) – Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bojonegoro bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro melalui SAPA! (SELAMAT PAGI) Malowopati FM edisi Jumat (29/07/2022)
Dalam acara tersebutm Kominfo mengajak semua pihak untuk kembali mensukseskan BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) demi Anak terlindungi, Indonesia Sehat. Kegiatan ini dipandu penyiar Lia Yunita, yamh dapat diikuti secara live YouTube kanal Malowopati Radio dan interaksi langsung melalui nomor WhatsApp 08113322958.
Kepala Dinkes, dr. Ani Pujiningrum, M.Kes mengatakan bahwa melalui SAPA!, pihaknya memulai gerakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang rencananya akan dimulai Agustus 2022. Targetnya akan dilaksanakan 1 bulan penuh imunisasi untuk anak usia 9-59 bulan.
Kemenkes RI mencanangkan program BIAN untuk mengejar cakupan imunisasi rutin yang menurun akibat pandemi COVID-19. BIAN adalah pemberian imunisasi tambahan Campak-Rubela serta melengkapi dosis imunisasi Polio dan DPT-HB-HIB yang terlewat. Tentu sesuai harapan dari imunisasi untuk menciptakan generasi yang tumbuh sehat, karena 5 tahun itu adalah masa emas pertumbuhan anak maka dicanangkan gerakan BIAN.
“Begitu pula di Bojonegoro yang sasarannya 68.314 anak dan kami berharap tercapai 100%. Harapan kami semua anak tersebut datang ke Posyandu/Puskesmas untuk mengikuti imunisasi. Itu kewajiban orang tua dan hak anak, harus dipenuhi,” tandasnya.
Pemkab Bojonegoro beberapa waktu lalu telah memulai persiapan BIAN salah satunya dengan rapat koordinasi yang dipimpin Ibu Bupati Bojonegoro, Anna Mu’awanah bersama Forkopimda, IDI, PPNI, Ormas, TP PKK, kalangan media, dan NGO dengan harapan bersama-sama membantu menggerakkan sasaran.
Melalui SAPA! Malowopati FM, pihaknya ingin mengetuk hati semua pihak, bahwa ini kepentingan kita bersama. Imunisasi akan membentuk kekebalan komunitas, kekebalan masyarakat.
“Dan selama ini capaian Bojonegoro sebesar 98-99%. Artinya target 100% bukan hal sulit. Kami mendorong semua orang tua untuk memenuhi hak-hak anaknya. Bagi Ibu-ibu dengan anak usia 9-59 bulan datang saja ke Posyandu/Puskesmas maka akan mendapat imunisasi tersebut secara gratis,” sambungnya.
Lebih lanjut dr. Ani mengungkapkan, sasaran program BIAN dengan Imunisasi Tambahan yaitu Campak dan Rubela ada di usia 9-59 bulan, dan Imunisasi Kejar dengan sasaran usia 12-59 bulan yang tidak lengkap imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib. Fungsi imunisasi itu supaya tubuh mengenali ketika suatu penyakit masuk kedalam tubuh maka tubuh akan bereaksi membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi semua kuman penyakit yang masuk ke tubuh kita. Beberapa penyakit bisa dicegah dengan memberikan imunitas ke tubuh.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes, dr. Whenny Dyah Prajanti menambahkan, Imunisasi Kejar (OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib) merupakan imunisasi rutin yang harus didapatkan oleh bayi sejak lahir sampai usia 9 bulan. Pada 2 tahun terakhir karena pandemi Covid-19 cakupan imunisasi terdampak.
Maka untuk mengejar ketertinggalan itu maka anak-anak usia 12-59 bulan yang belum mendapatkan, menjadi sasaran imunisasi ini. Sedangkan sasaran imunisasi tambahan (Campak dan Rubella) usia 9-59 bulan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
“Harapannya bisa segera kita eliminasi untuk campak dan rubela di tahun 2023,” terangnya.
Menurut dr. Whenny, wajar sekali jika ada gejala yang muncul setelah mendapat imunisasi seperti demam dan anak rewel karena merasa badan sakit/pegal. “Jadi orang tua tidak perlu kuatir. Pertama harus dilakukan adalah cairan jangan kurang, Ibu harus cukup nutrisi jika menyusui. Jika demam bisa diberikan parasetamol. Tidak perlu kuatir berlebihan,” tambahnya.
Pihak Dinkes berjalannya dengan rekan-rekan kader, di tiap Posyandu minimal ada 5 kader yang mana sangat membantu memberikan edukasi dan mendorong sasaran.
“Mari bersama-sama kira sukseskan gerakan nasional BIAN dengan harapan kita bisa mencapai eliminasi campak dan rubela, mempertahankan status eliminasi penyakit polio dan tetanus. Kemudian juga mengurangi seminimal mungkin resiko penularan penyakit difteri dan pertusis,” tutupnya.
**(Sumber: bojonegorokab/red).