Soal Layanan COD untuk Pesantren, Kemenag: Itu Penipuan! , Kabar Indonesia
Rakyatnesia – Soal Layanan COD untuk Pesantren, Kemenag: Itu Penipuan! Pencarian seputar Berita Nasional di dunia maya kian banyak dikerjakan masyarakat Indonesia, sedangkan hakekatnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel Soal Layanan COD untuk Pesantren, Kemenag: Itu Penipuan! ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian cara penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget mengamati atau membacanya. Jika anda suka dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com – Kementerian Agama (Kemenag) memastikan tidak pernah melakukan pengiriman paket dengan jenis layanan cash on delivery (COD). Kasus ini awalnya dilaporkan oleh kalangan pesantren diminta untuk membayar sejumlah uang tertentu setelah adanya barang datang mengatasnamakan Kemenag.
“COD atas nama Kemenag untuk pesantren itu penipuan. Jangan diterima dan laporkan pelakunya,” kata Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Akhmad Fauzin di Jakarta, Minggu (23/4).
“Kementerian Agama tidak mungkin melakukan proses pengiriman melalui mekanisme COD, karena itu tidak sesuai dengan semangat pelayanan. Jelas ini penipuan,” sambungnya.
Baca Juga: Kemenag Provinsi Bengkulu: Hilal Tak Terlihat karena Tertutup Awan Tebal
Ahmad Fauzin menambahkan, aparat keamanan Kemenag akan berkoordinasi dengan pihak berwajib agar bisa dilakukan antisipasi dan tindakan tegas kepada pelaku penipuan. Modus ini cukup sistematis dan massif karena laporan yang masuk datang dari sejumlah pondok pesantren.
Berdasarkan laporan yang masuk, modus penipuan itu berupa kiriman barang yang terbungkus melalui layanan COD untuk pimpinan pesantren. Kemasan barang itu kecil dan tipis dengan tertulis jelas nama lengkap beserta gelar penerimanya. Tertulis juga, Kemenag, sebagai pengirimnya.
Baca Juga: Kemenag Ajak Masyarakat Tak Lagi Perdebatkan Metode Penentuan Hilal
Para penerima barang itu kemudian diminta membayar sejumlah uang. Jumlahnya beragam, berkisar ratusan ribu rupiah. Karena tertulis ‘Kemenag’ sebagai pengirimnya, banyak korban mengira bahwa itu kiriman penting atau souvenir, sehingga mereka membayarnya. Setelah dibuka, ternyata isinya hanya jilbab tipis.
“Ini jelas penipuan. Pihak pesantren agar tidak menerima kiriman itu, apalagi sampai membayar,” tegasnya.
Dikutip dari Jawa Pos