BMKG: Waspada Banjir Rob Seiring Adanya Gerhana Matahari Hibrida , Kabar Indonesia
Rakyatnesia – BMKG: Waspada Banjir Rob Seiring Adanya Gerhana Matahari Hibrida Pencarian seputar Berita Nasional di dunia online kian banyak dikerjakan masyarakat Indonesia, meski sesungguhnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel BMKG: Waspada Banjir Rob Seiring Adanya Gerhana Matahari Hibrida ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget mengamati atau membacanya. Jika anda senang dengan berita ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com – Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat pesisir waspada potensi banjir rob seiring adanya fenomena fase bulan baru dan gerhana matahari hibrida pada 20 April 2023, dikutip dari Rakyatnesia.
“Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari pasang air laut maksimum,” ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo di Jakarta, Selasa (18/4).
Baca Juga: Pulang ke Kampung Halaman Lebih Hemat karena Ikut Mudik Gratis
Ia mengemukakan adanya fenomena fase bulan baru dan gerhana matahari hibrida pada tanggal 20 April 2023 berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum.
Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, ia menyampaikan banjir rob berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Indonesia, diantaranya pesisir Aceh, pesisir Sumatera Utara, pesisir Sumatera Barat, pesisir Kep. Riau, pesisir Bangka Belitung, pesisir Banten.
Baca Juga: Pulang ke Kampung Halaman Lebih Hemat karena Ikut Mudik Gratis
Kemudian, pesisir selatan Jawa Barat, pesisir Jawa Tengah, pesisir selatan D.I. Yogyakarta, pesisir selatan Bali, pesisir Nusa Tenggara Timur, pesisir Kalimantan Barat, pesisir Sulawesi Utara, pesisir Maluku, pesisir Papua Selatan.
Ia mengatakan potensi banjir rob ini berbeda waktu hari dan jam di tiap wilayah, secara umum berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Arcturus di Jakarta Bertambah 5 Kasus, Keluhkan Mata Merah dan Belekan
“Seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat,” tuturnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika, BMKG Suko Prayitno Adi mengatakan Gerhana matahari hibrida merupakan peristiwa gerhana matahari total dan cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena gerhana.
Baca Juga: Petugas Tunda Keberangkatan Sebuah Bus AKAP Angkut Pemudik
Ia menjelaskan gerhana matahari hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari dan tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi sama dengan piringan matahari.
Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya matahari seakan-akan tertutupi bulan.
Baca Juga: Industri Premium Plasticware Diprediksi Tumbuh Tahun Ini
Ia mengingatkan agar masyarakat untuk tidak melihat proses gerhana secara langsung karena radiasi matahari dapat merusak mata.
“Gunakanlah kacamata khusus yang menggunakan filter untuk melihat matahari,” ujarnya.*
Dikutip dari Jawa Pos