Kisah Warga Jenu, Tuban Yang Dapat Uang Milyaran Sekarang Tinggal 50 Juta Saja, Buat Apa Saja ?

moch akbar fitrianto

Bagikan

Berita Tuban – Salah seorang petani dari Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, bernama Wantono memberikan sebuah pernyataan yang mengagetkan. Dia Mengaku Waswas dengan proyek kilang minyak yang akan dijalankan di desanya tersebut.

“Saya dan teman-teman beberapa orang tidak sepakat [lahan diambil alih]. Karena lahan subur itu kami senang bertani. Pertamina ini, sebelum berdirinya Pertamina sekarang, itu kan air minum di Sumurgeneng bisa langsung kita minum karena segar. Tidak ada kemiskinan, hidup tenang,” kata Wantono kepada CNNIndonesia.com, Rabu (7/4) malam.

Wantono menyatakan keberatan menyerahkan lahan yang sehari-hari digunakan untuk bercocok tanam kepada Pertamina guna pembangunan kilang minyak. Ia, bersama puluhan petani lainnya pun sempat melakukan demonstrasi dan menempuh jalur hukum untuk mempertahankan lahan yang sudah menahun menjadi gantungan hidup keluarganya.

Para pemilik lahan melayangkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya atas penetapan lokasi (Penlok) yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap Pertamina dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Tuban.

Baca juga : Keluar Dari Tempat Karaoke Di Jenu, Tuban, 2 Wanita Ini Ditabrak Truk Hingga Tewas

Gugatan tersebut berhasil dimenangi para pemilik lahan. Namun, pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan Pertamina dan menyatakan sah untuk Penlok pembangunan kilang Tuban.

Berbagai upaya negosiasi ditempuh Pemerintah dan Pertamina dengan pemilik lahan, dan berkali-kali tidak menemui jalan terang.

Penolakan Wantono dan sejumlah petani lainnya kandas ketika Pertamina memilih upaya konsinyasi, yakni menitipkan uang ganti untung ke Pengadilan Negeri Tuban.

Hal itu membuat Wantono tak berkutik. Ia terpaksa menerima uang Rp24 miliar sebagai pembayaran atas lahan seluas 4 hektare yang di atasnya tumbuh subur jagung dan kacang.

Hasil penjualan lahan tersebut membuat Banyak dari mereka secara serentak membeli kendaraan roda empat alias mobil baru.

Namun, Wantono sendiri mengaku menggunakan uang tersebut untuk membeli tanah di sejumlah daerah yang berdekatan dengan desanya. Peruntukan tanah tersebut ia gunakan kembali untuk bercocok tanam.

“Kita ngomong bukan hanya uang, dapat berapa, dan sebagainya. Pertamina bisa menjamin ketika berdiri pabrik apakah air nantinya bisa kita minum, apakah udara bisa sesegar ini, belum lagi ada dampak-dampak sosial budaya, pencemaran lingkungan dan udara, tanggung jawab Pertamina bagaimana nantinya,” seru Wantono.

Ia lantas mengingatkan pemerintah ataupun Pertamina agar memikirkan warga terdampak apabila kilang sudah beroperasi penuh. Negara, lanjut dia, harus bisa memberikan kesejahteraan bagi warganya.

“Kalau nanti dampaknya memelaratkan itu yang berbahaya. Pertamina harus konstitusional, artinya bisa mengangkat kesejahteraan warga setempat. Jadi, harus meningkat kesejahteraannya,” tandasnya.

Pembangunan kilang di Tuban membutuhkan pembebasan lahan hingga 841 hektare (ha). Proyek ini sebelumnya sempat masuk dalam daftar Rp708 triliun investasi yang mangkrak karena terkendala pembebasan lahan.

Nilai proyek kilang di Tuban sendiri mencapai Rp211,9 triliun. Kilang ini merupakan proyek dari usaha patungan antara Pertamina dan perusahaan migas asal Rusia bernama Rosneft.

Pada 2017, kedua perusahaan membentuk PT Pertamina Rosneft dengan komposisi saham 55 persen (Pertamina) dan 45 persen (Rosneft).

Lahan pembangunan kilang tersebar di tiga wilayah yaitu Desa Kaliuntu, Desa Wadung, dan Desa Sumurgeneng. Khusus Desa Sumurgeneng terdapat sekitar 225 hektare lahan yang dibebaskan, dengan jumlah pemilik sebanyak 225 orang.

Fakta Penerima Uang Ganti Rugi di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu

Borong Ratusan Mobil Mewah
Para miliarder di desa Sumurgeneng menggunakan uang yang didapat dari Pertamina dengan membeli sejumlah mobil mewah. Tipe mobil yang dibeli oleh warga desa tersebut rata-rata adalah Innova dan Fortuner.

Bahkan, aksi membeli mobil baru tersebut jadi viral di media sosial. Karena beberapa mobil mewah datang sambil dikawal mobil patroli pengawalan polisi.

Yang lucunya adalah warga desa Sumurgeneng di Tuban itu ternyata tidak bisa menyetir mobil. Tapi, mereka nekat membeli dan mengaku bisa belajar mengemudi.

Meskipun memiliki uang miliaran rupiah, para warga di desa Sumurgeneng ternyata tetap bertani.

Kabarnya, mereka membeli lahan kembali agar dapat digunakan untuk bertani dan becocok tanam.

“Ya tak ada yang berubah banyak sebenarnya. Mereka yang bertani tetap ke ladang dan sawah. Yang punya ternak juga sibuk cari rumput atau pakan ternak lainnya. Ya pasti saat ini yang terlihat beda banyak rumah yang sedang direhab,” ujar warga desa Sumurgeneng, Siti, kepada detikcom, Kamis (18/2)

27 warga desa Sumurgeneng awalnya adalah petani sebelum menerima uang dari Pertamina.

Hidup mereka disebut pas-pasan dan kurang mampu. Bahkan mereka mendapatkan bantuan uang setiap bulan dari kemensos sejak tahun 2018 silam.

Hanya saja setelah menjadi miliarder, disebutkan 27 keluarga Sumurgeneng tak lagi menjadi penerima bansos.

“Ada 27 keluarga penerimaan manfaat (KPM) yang ditemukan sudah mampu. Ini divalidasi ulang dicoret keluar dari keluarga miskin di Desa Sumurgeneng,” jelas Tim Pendamping Bantuan Sosial Pangan (BSP) atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Jenu, Imron kepada detikcom saat dikonfirmasi, Sabtu (20/2/).

Uang Miliaran Sisa Rp50 Juta

Ali Sutrisno dan Siti Nurul adalah pasangan yang tinggal di desa Sumurgeneng, yang mendapatkan uang miliaran dari hasil penjualan tanah ke Pertamina.

Dikabarkan mereka mendapatkan uang hingga Rp17 miliar. Mereka pun langsung membeli tiga mobil baru, membeli tanah lagi dan sisanya ditabung.

Namun kabar terbaru menyebut uang yang dimiliki Ali dan Nurul kini hanya tersisa Rp50 juta.

“(Sekarang) uangnya tinggal sedikit, tinggal Rp50 juta iya,” tutur Ali Sutrisno saat tampil di acara OOTD Trans 7 Maret lalu.

Bagikan

Also Read