Sedekah Bumi Desa Rahayu, Marathon Selama 3 hari 2 malam
BOJONEGORO- Sedekah bumi Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Tuban, dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun berjalan alias marathon. Setelah sebelumnya dihentikan karena adanya warga yang tidak menghendaki adanya kegiatan tradisi alias acara adat itu.
Saat kepemimpinan Kepala Desa Rahayu Sukisno (50), sedekah bumi dilestarikan kembali (diuri-uri, Jawa red). Karena kembali ke tradisi maka pelaksanaan kegiatan diadakan seperti sebelumnya, yakni digelar hingga 3 hari 2 malam. “Sedekah bumi saya adakan kembali sesuai dengan desakan mayoritas warga dan rembug desa, menurut mereka sedekah bumi itu, perlu diadakan kembali,” tegas pria yang sebelumnya menjabat perangkat di desanya itu.
Sedekah bumi hari pertama Rabo (28/10/2015) dilaksanakan di Asem Gedhe Dukuh Kayunan, dengan pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Suyanto. Siangnya kegiatan diadakan di Asem Gedhe dan malam harinya di balai desa setempat. Untuk hari kedua Kamis (29/10/2015) dilaksanakan pagelaran wayang kulit di Sumur Gedhe Dusun Kayunan, tapi hanya siang hari.
Sedekah bumi hari ketiga dilaksanakan Jum’at (30/10/2015) dengan pagelaran Langen Tayub, bertempat di lapangan depan Eks SDN Rahayu atau diselatan balai desa setempat. Tayub dilaksanakan siang dan malam dengan waranggana Nyi Wantika dari Tuban dan Nyi Yuyun dari Temayang, Bojonegoro.
Pada hari Sabtu (31/10/2015) diadakan kegiatan keagamaan yaitu Pengajian umum yang bertempat di Lapangan eks SDN Rahayu dengan menghadirkan mubalig KH Sholihin Yusuf dari Surabaya.
Ketua Panitia kegiatan, Sutek Sirin (52) dalam sambutanya pada hari pertama sedekah bumi yang diselenggarakan Rabo (28/10/2015) malam mengatakan. Untuk kegiatan pagelaran wayang 2 malam 1 hari ini dibantu oleh pihak ke tiga yakni, JOB PPEJ. “Tahun-tahun sebelumnya kita hanya dibantu 2,5 juta, tapi alhamdulillah pada tahun ini kita dibantu JOB PPEJ berupa 1 (satu) paket biaya nanggap wayang untuk 2 hari semalam yang menghabiskan anggaran sebesar 18 juta 500 ribu rupiah. Sedangkan, untuk total biaya keseluruhan pelaksanaan sedekah bumi dan pengajian umum, menelan anggaran sebesar Rp 50 juta,” tegasnya.
Ditambahkan Sutek sirin, semua dana kegiatan bersumber dari bantuan pihak ke tiga yang tidak mengikat sehingga masyarakat tidak perlu urunan. “Walaupun dananya berasal dari bantuan dari luar atau pihak ke tiga. Walaupun demikian, panitia tetap akan menyampaikan pertanggung jawaban kepada masyarakat, tentang dananya berasal dari mana dan jumlah anggaran yang diserap untuk kegiatan sedekah bumi dan pengajian itu berapa. Semua akan kami buka dan kami laporkan ke masyarakat karena kami akan berlaku transparan dalam setiap kegiatan,” katanya menjlentrehkan.
Sementara itu, Kepala Desa Rahayu Sukisno kepada rakyatnesia.com menyebutkan, salah satu tujuan dilaksanakan kembali sedekah bumi adalah atas dasar kehendak masyarakat dengan hasil musyawarah atau rembug desa.
Sedekah bumi merupakan tradisi dan adat istiadat yang akan terus dilestarikan di desa Rahayu ini. Sebuah tradisi dari nenek moyang kita yang sudah turun temurun. Termasuk juga memberi hiburan kepada masyarakat Rahayu khusunya dan warga sekitarnya.
“Karena beraneka ragam karakter warga, dengan corak budaya, tradisi dan agama itu, para rangkaian acara sedekah bumi, maka pada puncaknya atau penutup kita selenggarakan kegiatan pengajian umum. Dengan demikian, semua kehendak warga sudah saya turuti, Kalau sudah begitu, sebaliknya warga juga harus nurut ke saya. Termasuk, kalau saya bersama-sama membangun desa, mereka juga harus mau dan harus kompak,” tegasnya. **(Kis/Muji).