Erdogan Meramal Akhir Netanyahu Sebagai ‘Si Tukang Jagal Gaza’
rakyatnesia.com – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, kembali mengomentari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang masih terus melanjutkan agresi brutal ke Palestina setelah gencatan senjata di Jalur Gaza berakhir pekan lalu.
Dalam pidatonya di rapat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada Senin (4/12), Erdogan mengkritik negara-negara Barat yang terus memberikan dukungan tanpa syarat terhadap Israel, menyebutnya sebagai “dukungan untuk membunuh bayi” dan terlibat dalam kejahatannya.
Erdogan bahkan meramalkan bahwa akhir Netanyahu akan segera tiba. Menurutnya, Netanyahu akan diadili sebagai penjahat perang dan pembantai Gaza.
“Netanyahu, selain menjadi penjahat perang, yang saat ini menjadi penjagal Gaza, akan diadili sebagai pembantai Gaza, mirip dengan kasus Milosevic yang diadili,” ujar Erdogan dalam pidatonya.
Erdogan merujuk pada mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic yang diadili karena kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Mahkamah Kriminal Internasional di Den Haag, Belanda.
“Mereka (Israel) mencoba mengabaikan kematian orang tak berdosa dengan menggunakan alasan Hamas, tidak punya apa-apa lagi saat melihat sisi kemanusiaan,” paparnya menambahkan.
Tidak seperti kebanyakan negara Barat dan beberapa negara Teluk, Turki yang merupakan anggota NATO tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris.
Erdogan bahkan secara gamblang menyebut Israel sebagai negara teroris lantaran agresinya ke Palestina pada 7 Oktober lalu telah menewaskan lebih dari 16 ribu orang per Selasa (5/12).
Dalam pidatonya di OKI, Erdogan bahkan tak segan mengkritik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang dinilai gagal menangani kejahatan Israel ke Palestina.
“Kita harus benar-benar mengevaluasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dalam kerangka ini,” katanya seperti dikutip Reuters.
Erdogan juga telah lama menyerukan agar Dewan Keamanan PBB direformasi menjadi lebih inklusif. Ia juga mengatakan anggota permanen DK PBB yakni Amerika Serikat. , Rusia, Cina, Inggris, dan Prancis tidak mewakili dunia seperti seharusnya terutama dalam menangani agresi Israel ke Palestina.
“Upaya tulus Sekretaris Jenderal (Antonio) Guterres disabotase oleh anggota Dewan Keamanan.Tidak seorang pun dari kita harus menerima sistem ini,” ujar Erdogan.
“Struktur seperti itu tidak mungkin membawa perdamaian atau harapan bagi umat manusia.”