BMKG Himbau Masyarakat Agar Mewaspadai Bencana Hidrometeorologi
SURABAYA (RAKYATNESIA) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika )bmkg) menghimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap bencana hidrometeorologi, dampak daripada fenomena La-nina yang masuk di wilayah Indonesia.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Taufik Hermawan,ST,MT, saat dialog, Senin (8/11/2021) mengatakan, adanya fenomena La Nina yang membawa dampak bencana hidrometeorologi itu.
Lanjut Taufik Hermawan, masyarakat perlu mengantisipasi dan waspada terkait dengan perkembangan cuaca karena di akhir tahun ini sampai dengan awal tahun diperkirakan akan terjadi potensi hujan lebat, angin kencang, dan angin puting beliung.
“Masyarakat harus diberi pemahaman dan edukasi melalui media dengan harapan dapat lebih waspada untuk mencegah terjadinya korban jiwa juga korban harta benda terhadap adanya bencana ini,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Taufik Hermawan,ST,MT.
Lebih lanjut dikatakannya, bencana hidrometeorologi berpotensi di seluruh wilayah kabupaten/kota Jatim, mulai Pacitan hingga Banyuwangi, mulai Bangkalan sampai Sumenep, bahkan di Pulau Bawean wilayah Jatim yang paling utara, dan di pulau Kangean juga bisa terjadi hal yang sama.
“Dengan adanya fenomena La Nina ini curah hujannya akan semakin bertambah persentasenya, maka tentu kewaspadaannya juga harus ditingkatkan. BMKG selalu menyampaikan kepada seluruh mitra, mari bergandengan tangan seluruh stakeholder bersama-sama memberi informasi dan edukasi terkait bencana, sehingga bisa meminimalisir terjadinya korban bencana,” tuturnya.
Dikatakannya, La Nina dan El Nino bukan merupakan badai, melainkan fenomena global yang di mana meningkatnya atau menurunnya suhu di permukaan laut pada wilayah pasifik bagian timur dan selatan. Fenomena La Nina, cenderung basah karena meningkatnya curah hujan. Sedangkan El Nino, cenderung kering.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Drs Budi Santosa, mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin, setiap daerah dihimbau untuk melakukan pembersihan gorong-gorong dan aliran sungai serta melakukan penebangan ranting-ranting pohon di tepi jalan.
“Untuk ke depannya, perlu dilakukan reboisasi untuk memperkuat kontur tanah sebagai pencegahan bencana seperti banjir dan bencana lainnya,” katanya menegaskan.
Sementara itu, KPS Manajemen Kebencanaan Sekolah Pascasarjana Unair, Dr Arief Hargono menambahkan, upaya untuk meyadarkan masyarakat harus dilakukan secara berulang-ulang, karena mayarakat juga dapat menjadi penyebab terjadinya bencana.
Lanjut Dr Arief Hargono, bahwa perilaku masyarakat harus ditunjang dari beberapa komponen seperti melalui berbagai macam media, membuat peraturan dan kebijakan, serta adanya keterlibatan masyarakat dalam melakukan pencegahan bencana.
Ditambahkan, salah satu upaya pencegahan bencana adalah dengan dibuatnya Desa Tangguh Bencana (Destana) dan Desa Siaga yang terus dioptimalkan untuk mendukung kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Komunikasi yang baik antara pihak-pihak instansi yang berkaitan dengan bencana alam dan masyarakat akan menghasilkan informasi yang valid.
“Pemerintah diharapkan menyediakan sarana penunjang untuk menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai bencana alam. Sehingga diharapkan akan memberikan dampak untuk mengatasi atau meminimalkan resiko terjadinya bencana alam,” pungkasnya.
**(B.Yan/Red).