Mendaki Gunung Abang Diwajibkan Memakai Pakaian Adat, Simak Disini Penjelasannya

moch akbar fitrianto

Bagikan

rakyatnesia.com – Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Abang Erawang, Kintamani, Bangli, Bali, I Nengah Suratnata menegaskan telah mengawasi secara ketat aktivitas warga yang naik ke puncak Gunung Abang. Ini dilakukan untuk memastikan tidak ada lagi kejadian yang berpotensi mengganggu kesucian kawasan tersebut.

Seperti diketahui, aktivitas pendakian ke puncak Gunung Abang ditutup sejak April 2023. Desa adat sempat menggelar upacara dengan persiapan cukup panjang pasca pelaksanaan adat dan sederet peristiwa terjadi.

“Jadi kami awasi siapapun yang berkunjung ke puncak Abang. Itu karena sepanjang jalan menuju puncak itu terdapat beberapa tempat suci. Kami harus pastikan orang-orang yang naik. Diutamakan sembahyang, tidak ada aktivitas lain,” tegas Suratnata, Senin (14/8/2023).

Dia menyebut orang-orang yang akan naik puncak wajib melapor ke petugas jaga agar nanti diantar naik puncak. Selain itu, bagi pendaki yang bukan tujuan sembahyang, tetap wajib memakai pakaian adat/kamben yang disediakan pengawas.

Ketentuan itu sudah berlaku sejak Juli lalu, setelah upacara di desa setempat selesai digelar. Menurut Suratnata, kebijakan ini selaras dengan imbauan Gubernur Bali Wayan Koster agar kawasan suci seperti gunung tetap dijaga.

“Jadi ada petugasnya. Pemandu wajib menemani sampai puncak. Ada memberi jasa pemandu Rp 250 ribu untuk 10 orang dan biaya kebersihan atas sewa pakaian per orang itu Rp 15 ribu,” beber Suratnata.

Untuk turis asing, pengawas juga memasang imbauan terkait hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berkunjung ke Gunung Abang. Menurutnya, teknis pendakian saat ini lebih terawasi dari sebelumnya.

“Kami sebagai Pokdarwis, kewajiban menjaga gunung itu, sekaligus ada imbauan pemerintah untuk menjaga kawasan suci. Jadi kalau dibiarkan naik sendiri tanpa pengawasan dan tidak memakai pakaian adat, salah juga. Jadi mereka harus memakai pakaian adat,” tegasnya.

Bagikan

Also Read