Pudji Dewanto: Siap untuk ‘Ayo Maju Bojonegoro-Ku’
Pudji Dewanto (47 tahun), ia seorang pengusaha, sepak terjangnya masih putih dari belepotan kancah politik, tetapi isi pikirannya tentang spirit kepemimpinan patut diberi garis bawah. Ini menyangkut bupati Bojonegoro ke depan.
Terpilihnya kepala daerah Bojonegoro 2018 kelak sudah tentu berimplikasi pada dinamika politik dan ekonomi. Diharapkan mampu menjadi jaminan perubahan nasib rakyat ke tahapan lebih baik.
Apalagi hajatan demokrasi daerah kali ini berlangsung di tengah tekanan problematika membuncah: kemiskinan, menciutnya lapangan pekerjaan, hingga ketimpangan pemerataan pembangunan. Lantaran itu, terpilihnya bupati baru harus menjadi momentum untuk terus bergerak maju sekaligus mampu mendongkrak peluang dan mengelola tantangan.
Dibutuhkan energi visioner cemerlang bagi bupati di kabupaten berpredikat termiskin menonjol di Jawa Timur ini. Sekaligus mampu menjamin proses transformasi bagi penentuan keberlanjutan nasib rakyat Bojonegoro. Meski hal ini bukan satu-satunya panacea, obat mujarab yang bisa menyembuhkan semua penyakit, namun setidaknya diharapkan hasil pemilihan bupati menjadi pintu jawaban terang bagi sederet persoalan sendi-sendi kehidupan sosial, politik, ekonomi, termasuk budaya yang dirasa mulai mengeropos.
“Terwujudnya kemakmuran rakyat sebagai tujuan utama melalui pemilihan bupati tidak bisa ditawar lagi. Ini berarti, demokrasi akan bermakna manakala mampu menghasilkan kemakmuran rakyat,” kata Pudji Dewanto, saat mengetengahkan substansi perbincangan setelah mendaftarkan dirinya sebagai bakal calon bupati Bojonegoro 2O18, lewat PDI-P beberapa waktu lalu.
Masa depan demokrasi dengan demikian sesungguhnya sangat bergantung pada besar kecilnya manfaat kemakmuran yang bisa dicapai? Selama ini, yang mengemuka adalah sebuah potret hubungan demokrasi dan kemakmuran yang masih belum seimbang.
“Karena itu, seleksi calon bupati Bojonegoro harus menghasilkan ‘pemandu’ yang benar-benar memiliki keunggulan, kepekaan untuk memahami penyelesaian berbagai tantangan peningkatan kemakmuran dan pemerataan pembangunan secara komprehensif,” tandas Pudji Dewanto, yang masa kecilnya tumbuh dan sekolah di Bojonegoro itu.
“Demokrasi sebagai hasil reformasi politik telah menyediakan jalan terbaiknya bagi pengedepanan ekonomi dan kualitas pemerataan kemakmuran. Dibutuhkan kegigihan komitmen pemegang kekuasaan untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan pemakmuran,” lontar Pudji Dewanto di tengah kesibukannya mengunjungi warga miskin di Bojonegoro sambil memberikan santunan.
Disampaikan Pudji Dewanto, yang sangat intens mencermati setiap perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di Bojonegoro,” Dalam mewujudkan visi ‘Ayo Maju Bojonegoro-Ku ‘ yang mengejawantah ke dalam misi, harus makmur bersama wong cilik. Bahwa wong cilik atau rakyat kecil adalah subyek pembangunan yang keberadaannya tidak boleh terpinggirkan dari proses dan hasil pembangunan”.
Ditambahkan, keberpihakan terhadap wong cilik kemudian bisa saja diwujudkan melalui strategi penggunaan APBD yang pro poor (berpihak pada penanggulangan kemiskinan) dan pro job (berpihak pada penciptaan kesempatan kerja)
“Masyarakat ingin dibimbing menuju arah yang mereka harapkan. Hanya seorang yang memiliki komitmen dan integritas sikap membela yang dapat dipercayai untuk dapat menyediakan petunjuk harapan masa depan lebih baik. Sebab, kesempatan hanya akan datang pada pikiran yang siap,” pungkas Pudji Dewanto dengan sorot mata bercahaya masa depan.
Bedah Pikiran Pudji Dewanto (bagian pertama) disarikan oleh: Agung DePe.