Epidemiolog: Pemerintah Tak Punya Uang Bilang Saja! Rakyatnesia

Nurul Syahadatin

Bagikan

[ad_1]

rakyatnesia.com – Keputusan program Vaksinasi Gotong Royong Individu dengan menjual vaksin Sinopharm di Kimia Farma menjadi pro kontra. Pasalnya vaksinasi tersebut tidak dilakukan di bawah korporasi, tetapi bisa diperjualbelikan orang per orang. Harga yang dipatok adalah sebesar Rp 879.140, dan disediakan 5 ribu dosis. Epidemiolog dari Griffith University Australia kecewa dengan program tersebut.

“Kalau secara public health ini bukan cara yang efektif capai cakupan vaksinasi kita secara jauh dari yang ditargetkan,” katanya kepada rakyatnesia.com, Minggu (11/7).

Ia justru menyindir, pemerintah semestinya blak-blakan atau transparan jika memang sudah tak punya uang lagi untuk menjalankan program vaksinasi secara gratis. Sebab pada dasarnya, vaksinasi harus digulirkan secara gratis kepada rakyat.

“Namun menurut saya pemerintah terus terang saja kemungkinan kalau memang sudah tak ada dana, jadi perlu peran sebagian masyarakat. Ya terus terang saja, kita kan bangsa yang semangat gotong royong ya. Ya walaupun secara regulasi, UU mensyaratkan itu, harusnya disediakan pemerintah, di banyak negara juga begitu ya, gratis. Zaman perjuangan juga kan pemerintah juga dibantu rakyat,” tegasnya.

Dicky meminta pemerintah berterus terang jika memang situasinya sudah berat. Jika sudah tak punya uang, katanya, semestinya jujur saja.

“Terus terang saja, pemerintah katakan situasinya kita sudah berat. Dengan vaksinasi lebih berat. Kondisi keuangan seperti ini, perlu diminta kontribusi sebagian masyarakat yang memang mampu melakukan vaksinasinya berbayar.

Editor : Kuswandi

Reporter : Marieska Harya Virdhani

sumber artikel : jawapos. com

Bagikan

Also Read