Kisah Cinta Terlarang Mbah Yadi Yang Berujung Bunuh Diri

Sukisno

Bagikan

Malang benar nasib Bunga (bukan nama sebenarnya), yang telah menjadi korban kekerasan seks oleh Yadi (65). Korban dan pelaku tercatat sebagai warga Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jatim.

Bunga yang baru menginjak usia 16 tahun dan baru lulus dari SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) itu, jadi budak nafsu seks laki-laki biadab itu. Yadi mengakui kepada salah seorang tetangganya jika dia sudah melakukan hubungan itu sejak Bunga sekolah di bangku klas IV SD hingga sekarang sudah Lulus Klas IX, dari salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Gondang itu.

Terungkapnya masalah itu, berawal di saat Bunga didatangi seorang pemuda atau istilahnya sedang ‘diapeli’ laki-laki. Mungkin, karena dibakar api cemburu sehingga Mbah Yadi – Pelaku, Yadi, biasa disapa – dia marah-marah dan mengambil baju milik Bunga yang telah dibelikan oleh Mbah Yadi itu. Untuk melampiaskan kekesalan itu, Pelaku menggunting baju Bunga menjadi beberapa bagian sehingga tak bisa dipakai lagi.

Gara-gara bajunya ‘diguntingi’ itu, membuat Bunga berang hingga dia membongkar aib antara dia dengan Mbah Yadi yang selama ini, yang telah ditutup-tutupinya itu. Dia mengungkap fakta tentang kebejatan Mbah Yadi selama ini terhadap dirinya. Mbah Yadi telah melakukan tindakan yang tidak senonoh dengan melakukan kekerasan seksual terhadap dirinya.

Sehunggamengadukan permasalahanya itu ke Sekretaris desa (Sekdes) Sambongrejo Paryono (52), akan tetapi Pariyono mengajak Bunga ke rumah Kepala Dusun (Kasun) Suyono. Bersama itu, Yadi juga diajak untuk berembug menyelesaikan permasalahan yang menimpa Bunga tersebut.

Tapi sayang, Mbah Yadi terlihat sangat emosi saat hendak diklarifikasi perihal perlakuanya terhadap Bunga itu. Saat dia datang ke rumah kasun, dengan membawa pisau kecil yang seakan-akan dibuat untuk menakut-nakuti Bunga dan para perangkat desa yang akan ‘mengadilinya’ itu. Dihadapan Bunga, Kasun dan Sekdes, Mbah Yadi bilang kalau dia tidak mau masuk Tivi, lebih baik bunuh diri.

“Setelah bilang, tidak mau masuk tivi, lebih baik bunuh diri. Mbah Yadi kemudian lari ke luar rumah dan menuju ke hutan yang ada di desanya itu,” ujar Kasun Suyono, Jum’at (08/07/2016) malam.

Ditambahkan, pengaduan Bunga terhadap Mbah Yadi dilakukan malam hari sekitar pukul 23.00 WIB. Setelah Mbah Yadi melarikan diri, akhirnya permasalahan itu tidak dilanjutkan untuk dibahas. Karena yang hendak diklarifikasi sudah melarikan diri. Sehingga mereka membubarkan diri dan pulang tanpa memperoleh keputusan apapun.

Keesokan harinya, Sabtu (09/07/2016), ternyata Mbah Yadi ditemukan sudah menggantung di pohon di lahan milik Perhutani yang digarap Paidi (62, warga setempat. Mbah Yadi menggantung di lahan hutan milik Perhutani yang berada di Kawasan Hutan KRPH Sukun yang berada di petak 164 F itu.

Mbah Yadi diduga sangat ketakutan setelah aibnya dibongkar oleh Bunga, dan dia tak mau berurusan dengan hukum sehingga memilih gantung diri, ketimbang di tangkap Polisi.

Setelah jasadnya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa lagi, maka urusan hukum yang mengancam Yadi karena melakukan kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur, secara otomatis selesai alias gugur. Kini, tinggalah Bunga yang meratapi nasibnya karena dia sebatang kara dan mengalami pelecehan seksual hingga membuatnya trauma berat.

Dari hasil pantaun rakyatnesia.com di lapangan menyebutkan, sebelum Mbah Yadi menyelingkuhi Bunga, Mbah Yadi itu menjadi hubungan dengan ibunya Bunga. Hanya saja, ibunya Bunga meninggal alias almarhum sehingga Bunga akhirnya ikut pamannya BD (55) yang tinggal tak jauh dari rumahnya itu.

Karena sudah ada hubungan baik, maka Mbah Yadi sering berkomunikasi dengan Bunga dengan alasan memberikan bantuan alias santunan kepada Bunga yang sudah hidup sebatang kara itu. Namun, uluran tangan Mbah Yadi itu, membutuhkan imbalan atas kegadisan Bunga yang direnggutnya dan dilanjutkan dengan hubungan layaknya suami istri yang berlangsung hingga enam tahun lebih.

Cinta terlarang, antara Bunga dengan Mbah Yadi berlangsung cukup lama, tanpa ada orang lain yang curiga. Mungkin, mereka melihat hubungan baik layaknya ayah dengan anaknya. Namun, yang namanya bangkai tak akan bisa dibungkus dengan apapun, karena baunya akan tercium juga.

Kisah Cinta Terlarang Mbah Yadi akhirnya berujung pada bunuh diri. Mungkin, ini yang dinamakan Ngunduh Wohing Pakerti’.

“Ngunu kuwi yo ngunduh wonhing pakerti mas. Yang terjadi pada Mbah Yadi, ya karena buah dari perbuatanya sendiri,” kata salah seorang warga yang tak mau disebutkan namanya. **(Yus/Kis).

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar