Kunjungi Bandara Banyuwangi, Direktur Aga Khan Award Sebut Arsitekturnya Harmonis dengan Lingkungan , Kabar Terkini
Rakyatnesia – Kunjungi Bandara Banyuwangi, Direktur Aga Khan Award Sebut Arsitekturnya Harmonis dengan Lingkungan Pencarian seputar Berita Nasional di dunia online kian banyak dilaksanakan masyarakat Indonesia, walaupun sesungguhnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel Kunjungi Bandara Banyuwangi, Direktur Aga Khan Award Sebut Arsitekturnya Harmonis dengan Lingkungan ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian cara penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memperhatikan atau membacanya. Jika anda senang dengan berita ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com–Bandara Banyuwangi memenangi penghargaan arsitektur dunia, Aga Khan Award for Architecture pada November 2022.
Sebagai apresiasi, Direktur Aga Khan Award Farrokh Derakhshani datang mengunjungi bandara rancangan arsitek Andra Matin tersebut, bersamaan dengan dihelatnya Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi pada 22-24 Juni. Saat tiba di Bandara Banyuwangi, Jumat (23/6), Farrokh mengaku terkesan dengan desain terminal bandara yang ramah lingkungan.
”Sistem udara di dalam Bandara Banyuwangi sangat sejuk. Saat tadi turun dari pesawat, saya langsung merasakan udara tropis di sini. Tapi begitu masuk ke terminal bandara, langsung terasa sejuk,” kata Farrokh.
Baca Juga: Kembali Digelar, Festival Kitab Kuning Bakal Hadirkan Ratusan Kitab Langka Koleksi Kiai Saleh Banyuwangi
Bandara Banyuwangi dibangun mengusung konsep hijau dan ramah lingkungan. Bandara Banyuwangi disebut menghindari gaya internasional standar sebagian besar bandara di dunia. Skema pembangunan yang diterapkan bersandar pada sumber daya lokal, teknologi tepat guna, dan prinsip-prinsip desain pasif vernakular.
Kondisi Indonesia yang memiliki iklim panas disiasati dengan infrastruktur konektivitas yang menciptakan bukaan dan overhang yang dapat mengoptimalkan pengendalian suhu melalui ventilasi alami. Selain itu, pengaturan berkelanjutan dari lanskap ke ruang interior membantu aliran udara, dengan pepohonan rindang dan subur, menjadikan bangunannya bernuansa alam.
Sistem penghawaan alami juga diterapkan ke dalam bangunan sehingga hampir seluruh ruang operasional bandara tidak membutuhkan AC. Ini bisa dilihat dari overhang selebar tujuh meter, kisi-kisi kayu sebagai dinding ruang, juga pada sisi atap untuk menjadi ventilasi.
Baca Juga: Lima Kapolres di Jajaran Polda Jatim Berganti
Fasad Bangunan Bandara Banyuwangi mencerminkan citra kearifan lokal Kabupaten Banyuwangi, karena mengadopsi bentuk Udeng, penutup kepala khas Suku Osing (penduduk asli Banyuwangi).
”Saya melihat adanya kesamaan Rakyatnesia konsep pembangunan Bandara Banyuwangi dengan konsep Achitecture Acupunture di Tiongkok. Keduanya berfokus pada integrasi harmonis Rakyatnesia bangunan dengan lingkungan, serta menggabungkan elemen budaya lokal. Inilah menjadi keunggulan Bandara Banyuwangi,” ungkap Farrokh.
Kesan yang sama juga datang dari Hossein Rezai, juri Aga Khan Award asal Singapura, yang hadir bersama Farrokh. Dia mengaku mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dalam kunjungan pertamanya di Bandara Banyuwangi.
Baca Juga: Libur Sekolah, Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Nikmati Destinasi Terbaik di Jawa Timur
”Jarak turun dari pesawat, pengambilan bagasi, dan area penjemputan sangat dekat sehingga memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, tidak perlu berkeringat. Hemat energi,” ujar Hossein.
Direktur dan juri Aga Khan Award ke Banyuwangi untuk mengapresiasi atas kemenangan Bandara Banyuwangi. Mereka akan memberikan penghargaan kepada berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan Bandara Banyuwangi.
Dikutip dari Jawa Pos