tempat Pembantaian Zaman Belanda, Pengendara Kerap Berhenti karena Melihat Istana dari Jembatan Kepet Tuban , Kabar Terkini
Rakyatnesia – tempat Pembantaian Zaman Belanda, Pengendara Kerap Berhenti karena Melihat Istana dari Jembatan Kepet Tuban Pencarian seputar Berita Nasional di dunia online kian banyak dijalankan masyarakat Indonesia, meski sesungguhnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel tempat Pembantaian Zaman Belanda, Pengendara Kerap Berhenti karena Melihat Istana dari Jembatan Kepet Tuban ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memperhatikan atau membacanya. Jika anda senang dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Meski pembantaian di Jembatan Kepet, Tuban, berlangsung puluhan tahun lalu, sisanya masih ada. Tidak hanya berupa monumen di samping jembatan yang mengarah ke Kota Tuban tersebut, tapi juga cerita misteri tentang istana dan ular besar yang mendadak muncul.
—
SECARA fisik, Jembatan Kepet sama dengan jembatan lain. Konstruksinya pun dibuat kembar dengan tiang besi baja. Jembatan Kepet berada di jalan nasional. Persisnya di Dusun Kepet, Desa Tunan, Kecamatan Semanding, Tuban. Lokasinya juga dekat dengan permukiman warga.
Dulu, bekas peluru tentara Belanda masih terlihat di beberapa besi baja jembatan. Peluru tersebut ditembakkan tentara Belanda saat malam. ’’Dulu pas pembangunan juga ditemukan senjata Belanda di bawah jembatan,’’ kata Sukirno, warga setempat.
Baca Juga: PPDB SMP di Surabaya Banyak Keluhan karena Sosialisasi Tak Maksimal, Wali Murid Minta Dua Zonasi Dihapus
Rumah Sukirno hanya berjarak sekitar 5 meter dari jembatan. Hampir setiap tahun ada kecelakaan. Meski, jumlahnya menurun dibandingkan dulu. Tapi, setidaknya setiap tahun pasti ada korban yang meninggal. Cerita yang didapat warga juga beragam. Tak hanya sopir mengantuk atau kurang konsentrasi yang menjadi pemicu kecelakaan. Banyak juga yang disebabkan unsur gaib.
Sukirno menceritakan, pengendara yang akan melintasi jembatan sering tiba-tiba berhenti. Mereka bertanya ke warga sekitar tentang istana kerajaan di sekitar jembatan. Padahal, di sana tidak ada apa-apa, hanya sawah dan pohon bambu. ’’Saya akhirnya bilang ’Sudah, Mas, istirahat dulu’,’’ ucapnya.
Kejadian itu tak hanya sekali. Terutama kendaraan yang menuju Kota Tuban. Keberadaan ular besar juga sering diungkapkan pengendara. Menurut Sukirno, banyak yang bercerita ada ular besar melintasi jembatan. Pengendara pun harus berhenti menunggu ular itu lewat.
Banyak hal mistis yang sering terjadi di Jembatan Kepet. Termasuk sosok perempuan yang mirip Nyi Blorong. Pada waktu tertentu, sosok tersebut menampakkan diri. Sebagian besar penampakan atau hal mistis itu dialami pengendara luar Tuban. Karena itu, bagi yang tahu, mereka akan membunyikan klakson saat melintas.
Baca Juga: Pemprov DKI Sesuaikan PPDB 2023 dengan Libur Nasional dan Cuti Bersama
Cerita lain, pernah ada angkot yang dicegat seorang perempuan. Sopir pun berhenti dan mengangkut sosok tersebut. Entah bagaimana, setelah beberapa kilometer, penumpang itu hilang begitu saja. ’’Kalau ditanya, cerita mistisnya di sini banyak,’’ ujar Sukirno.
Penulis buku Pagi Berdarah Kali Kepet Edi Eka Setiawan mengatakan, pembantaian di Kepet berlangsung pada 20 April 1949 pagi. Anggota pasukan Combat dan tokoh Dusun Kepet menyerbu pos Belanda yang berada di sekitar jembatan. Tidak secara frontal. Pasukan tersebut menyamar.
Di rumah Kyai Adenan, tokoh masyarakat Dusun Kepet, rombongan pasukan Combat berbaris layaknya warga sekitar yang menjadi kuli. Barisan depan dipimpin Mbah Badroen dan Kyai Ja’far. Keduanya memang disuruh Belanda mencari kuli. Mbah Badroen menyamar sebagai carik. Tapi, sebetulnya dia adalah anggota pasukan Combat.
Mereka membawa cangkul, caluk (senjata khas Tuban, Red), serta beberapa pistol yang dimasukkan ke baju. Rombongan berjalan ke pos Belanda. Saat tentara Belanda lengah, mereka langsung menyerang. Lima tentara Belanda dan satu wanita pribumi tewas. ’’Wanita itu terbunuh karena situasi panik,’’ ucap Edi, Jumat (23/6) siang.
Dikutip dari Jawa Pos