Mepe Kasur, Tradisi Unik Suku Osing Banyuwangi Jelang Idul Adha , Kabar Terkini
Rakyatnesia – Mepe Kasur, Tradisi Unik Suku Osing Banyuwangi Jelang Idul Adha Pencarian seputar Berita Nasional di dunia online kian banyak dijalankan masyarakat Indonesia, padahal sebetulnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel Mepe Kasur, Tradisi Unik Suku Osing Banyuwangi Jelang Idul Adha ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget mengamati atau membacanya. Jika anda senang dengan berita ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com–Suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi memiliki tradisi unik setiap menjelang Hari Raya Idul Adha. Namanya Mepe Kasur.
Tradisi yang dilakukan turun temurun tersebut dikenal dengan nama Mepe Kasur, yang dalam bahasa Indonesia bermakna menjemur kasur. Tradisi itu digelar setiap 1 Dzulhijah dan merupakan bagian dari ritual bersih desa.
Pada ritual Mepe Kasur, warga desa akan menjemur kasur secara bersamaan di depan rumah sejak pagi hingga sore hari. Dilanjutkan dengan ritual Tumpeng Sewu pada malam harinya.
Baca Juga: PPDB SMA di Jatim Diwarnai Salah Input Nilai hingga PIN Belum Terbit
Seperti yang terlihat Kamis (22/6) pagi, di Lingkungan Sukosari, Desa Kemiren. Terlihat semua warga menjemur kasur di sepanjang halaman rumah.
Tak sekadar menjemur, mereka juga tampak membaca doa dan sesekali memercikkan air bunga ke arah kasur dengan harapan bisa terhindar dari segala penyakit dan marabahaya.
”Bagi kami (warga Osing) kasur merupakan benda yang sangat dekat dengan manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang,” kata Ketua Adat Kemiren Suhaimi.
Baca Juga: PBSI Jatim Buka Audisi Pelatprov Kedua
Uniknya, kasur warga Kemiren itu memiliki warna yang seragam, kombinasi merah dan hitam (abang-cemeng). Warna tersebut memiliki filosofi yang dalam. Warna hitam merupakan simbol tolak bala. Sedangkan merah melambangkan keabadian rumah tangga.
”Setiap keluarga di Kemiren pasti punya. Karena setiap pengantin baru pasti disiapkan kasur merah-hitam dengan harapan rumah tangganya bisa langgeng,” urai Suhaimi.
Setelah memasukkan kasur ke dalam rumah, warga Osing melanjutkan tradisi bersih desa itu dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari ujung desa menuju ke batas akhir desa. Dilanjutkan dengan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini sebagai nenek moyang warga setempat.
Baca Juga: 99,8 Persen Karyawan Bank Jatim Merasa Engaged, Berkat Implementasi Performance Management System
Puncaknya, warga akan bersama-sama menggelar selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari. Semua warga mengeluarkan tumpeng khas warga Using, yaitu menggunakan lauk pecel pitik. Yakni masakan ayam panggang yang dibalut dengan parutan kelapa.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengaku mengapresiasi warga Desa Kemiren yang masih terus memelihara dan menjaga tradisi dari leluhur tersebut.
Dikutip dari Jawa Pos