Lansia Penyintas Stroke Bersiap Tuntaskan Misi Berjalan Kaki dari Jogjakarta ke Bandung , Kabar Terkini
Rakyatnesia – Lansia Penyintas Stroke Bersiap Tuntaskan Misi Berjalan Kaki dari Jogjakarta ke Bandung Pencarian seputar Berita Nasional di dunia online kian banyak dikerjakan masyarakat Indonesia, walaupun sebetulnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada Tulisan Lansia Penyintas Stroke Bersiap Tuntaskan Misi Berjalan Kaki dari Jogjakarta ke Bandung ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian cara penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memperhatikan atau membacanya. Jika anda suka dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com – Komaruddin Rachmat, lansia penyintas stroke, sedang bersiap menuntaskan ambisinya berjalan kaki dari Jogjakarta menuju Bandung sejauh 400 km lebih. Ambisi itu semata-mata untuk menginspirasi, bahwa mereka yang senasib, sebenarnya bisa kembali beraktivitas normal selama ditunjang semangat juang tinggi.
September 2012 menjadi kenangan pahit yang tak akan dilupakan Komaruddin. Kerusakan otak akibat gangguan suplai darah membuat separuh tubuhnya lumpuh. Semangat Komaruddin pun kian meredup. Apalagi sejak dua tahun sebelumnya ia sudah purnatugas sebagai pegawai di salah satu BUMD di Kota Bekasi, Jawa Barat.
Selama enam bulan menjalani perawatan di RS Harum, Kalimalang, Jakarta Timur, dia dihadapkan pada dua pilihan yang harus diputuskan, menyerah di kursi roda, atau berjuang sekuat tenaga untuk terus bergerak, hingga kembali normal.
Komaruddin memilih yang kedua. Setelah dinyatakan pulih dari stroke, ia pun rutin berjalan kaki sejauh 12 km dari Stasiun Cikarang menuju ke kantor tempat dulu ia bekerja. “Stroke harus dilawan, jangan memilih berakhir di kursi roda,” katanya kepada Rakyatnesia.
Baca Juga: Ancaman Heat Stroke pada Anjing saat Cuaca Ekstrem: Sempoyongan, Langsung Masukkan Kulkas
Hasil studi Jurnal Stroke pada 2013 melaporkan bahwa berjalan kaki secara rutin dapat meningkatkan kesehatan pasien stroke dari sisi fisik, pergerakan tubuh, maupun kualitas hidup.
Bagi Komaruddin berjalan kaki adalah aktivitas yang menyenangkan sekaligus murah untuk kembali melatih otot-otot yang pernah kaku akibat stroke. Bahkan, di usianya yang menginjak 65 tahun pada 25 Oktober 2019, Komaruddin berhasil menunaikan nazar menyelesaikan etape Gedung Sate Bandung menuju Monas Jakarta dengan berjalan kaki selama lima hari.
Saat itu, ia didampingi tiga orang anggota tim yang memonitor kesehatan berikut satu unit ambulans dari Cahaya Foundation. Tepat pada 29 Oktober 2019 di Hari Stroke se-Dunia, Komaruddin tiba di Monas. Etape sejauh 153 km itu ia selesaikan rata-rata 36-40 km per hari.
Long March Siliwangi
Di usianya yang kini menginjak 69 tahun, Komaruddin tampak masih bugar, usai menyelesaikan sesi latihan berjalan kaki sejauh 10 kilometer. Nyaris tak ada lagi tanda stroke di tubuhnya, kecuali jari manis dan kelingking di lengan kiri yang masih tertekuk kaku.
Jemari itu masih bisa bergerak untuk melepas jaket sauna yang membungkus tubuh Komaruddin. Tapi untuk membuka kancing baju, masih dirasa sulit. Pada 5 hingga 26 Agustus 2023, ia berencana mengulang perjalanan jauh. Kali ini dari Titik 0 Jogjakarta menuju Gedung Sate Bandung, 400 km lebih jarak yang akan ditempuh, dengan asumsi setiap hari melibas sekitar 20 km perjalanan dalam waktu 20 hingga 21 hari.
Kali ini, tim pemandu dan ambulans sepenuhnya ditangani Cahaya Foundation, yang dengan sepenuh hati akan mendampingi perjalanannya sejak awal hingga selesai. Berbekal momentum Kemerdekaan Indonesia di 17 Agustus, Komaruddin mengusung jargon “Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati” untuk menginspirasi banyak orang agar membiasakan hidup sehat.
Baca Juga: Mengenal LAA Closure, Tindakan Pencegah Stroke Bagi Pasien Aritimia
Lantas, apa sebenarnya yang melecut semangat Komaruddin selama ini mau menempuh perjalanan jauh? Kisah pahit dan getir para anggota Divisi Siliwangi yang harus menempuh jarak 600 kilometer demi kembali ke kampung halaman pada Mei 1948, selalu terbayang di kepala Komaruddin, hingga melecut semangatnya untuk berjalan kaki sejauh mungkin.
Dikutip dari Jawa Pos