Bahas Seni dan Lingkungan di Bali, Ganjar Pranowo Dialog dengan Gen Z dan Milenial , Kabar Terkini
Rakyatnesia – Bahas Seni dan Lingkungan di Bali, Ganjar Pranowo Dialog dengan Gen Z dan Milenial Pencarian perihal Berita Nasional di dunia maya kian banyak dijalankan masyarakat Indonesia, meski sebetulnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada Tulisan Bahas Seni dan Lingkungan di Bali, Ganjar Pranowo Dialog dengan Gen Z dan Milenial ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memperhatikan atau membacanya. Jika anda senang dengan berita ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com–Bakal capres dari PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo berdialog dengan gen Z dan anak-anak muda Bali. Membuka bagaimana para anak muda di industri kreatif butuh dilibatkan, butuh rekognisi, hingga diberi akses oleh pemerintah.
Dalam dialog itu, Ganjar sampai menelepon Gubernur Bali I Wayan Koster agar merespons langsung permintaan para anak muda. Hal itu terjadi saat Ganjar Pranowo menggelar pertemuan dengan para generasi Z dan milenial Bali di Kebon Vintage Cars Bali Classic, Denpasar, Sabtu (17/6).
Ganjar berdialog di sebuah panggung dengan Youtuber David Allen dan musisi Bali/Pemrakarsa Anugerah Musik Bali Gede Bagus. Ganjar awalnya meminta David Allen dan Gede Bagus untuk menceritakan apa yang mereka lakukan dan aspirasi yang hendak disampaikan.
Baca Juga: Respons Aduan di LaporGub, Gubernur Jateng Cek Langsung Perbaikan Sekolah dan Jalan di Grobogan
Gede Bagus bercerita bagaimana anak muda seperti dirinya, punya concern soal regenerasi pelaku industri nasional maupun di Bali. Selain itu, bagaimana agar hak cipta karya kreatif orang Indonesia bisa dilindungi sehingga pelaku industri kreatif jadi miskin saat usianya tua.
”Lalu kamu kritik apa untuk pemerintah? Sekalian sampaikan kritik yang sinis dan sadis,” kata Ganjar.
Bagus lalu menjawab ada tiga hal. Pertama bahwa pemerintah jarang melibatkan pelaku industri kreatif lokal dalam tiap event atau kegiatan yang disponsori pemerintah. Yang kedua adalah pentingnya pengakuan negara akan profesi pelaku industri kreatif. Pengakuan akan berimbas hingga ke perbankan yang bersedia memberikan kredit untuk anak-anak muda pelaku sektor kreatif.
Baca Juga: LKPP Tunjuk Pemprov Jateng sebagai Role Model Pengadaan, Track Record dan Prestasi Jateng Sangat Bagus
”Kalau sekarang, jadi seniman itu dianggap bukan masa depan. Padahal di luar negeri, 70 persen penguasa ekonomi itu dari industri kreatif. Jadi ada pengakuan profesi. Software maker misalnya, mana ada pengakuan profesinya di sini? Konsekuensi ke perbankan. Mau bersaing sama bule misalnya yang punya alat bagus, tapi kita tak bisa beli. Ketika pengakuan profesi belum ada, agak susah akses ke keuangan,” urai Gede Bagus.
”Jadi butuh rekognisi ya?” tanya Ganjar.
”Benar,” jawab Bagus.
Baca Juga: Genjot Penurunan Kemiskinan, Gubernur Jateng Serahkan Bankeu hingga Hibah Sosial Rp 94,6 M ke Warga Kendal
Yang ketiga, lanjut Bagus, adalah ada badan ekonomi kreatif yang mau mendengarkan usul ide kreatif dari seniman kelas bawah. Sebab pengalamannya, jika tanpa pertolongan orang dalam, hal demikian sulit dilakukan.
Mendengar itu, Ganjar langsung merespons. ”Wah saya akan telepon Mas Sandi kalau begini,” ucap Ganjar.
Dikutip dari Jawa Pos