Sejarah Sidang Isbat Pertama Di Indonesia, Seperti Apa ya ?

moch akbar fitrianto

sidang isbat 2024
Bagikan

Penentuan Awal Bulan Ramadhan atau puasa Ramadhan biasanya kementrian agama menggelar Sidang Isbat untuk menentukan tanggal tersebut. Apa Sih Sebenarnya sidang Isbat ini ?. Sidang Isbat atau sidang penetapan dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Agama, untuk menetapkan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha.

Kemenag, dalam keterangan di situsnya, menyebut Sidang Isbat penetapan 1 Ramadhan 1445 H bakal digelar pada Minggu (10/3) secara daring dan luring di kantor Kemenag, Jakarta.

“Sidang Isbat ini merupakan salah satu layanan keagamaan bagi masyarakat untuk mendapat kepastian mengenai pelaksanaan ibadah,” ujar Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin dalam keterangannya.

Baca juga : Sidang Isbat Ramadhan 2024, Akan dilakukan Hari Ini 10 Maret

Umat Islam di Indonesia memulai ibadah puasa Ramadan hingga Idulfitri dengan mengikuti dua metode, yaitu hisab (hitungan astronomi atas peredaran Bulan) dan/atau metode rukyat (pemantauan langsung kondisi Bulan).

Menurut pakar astronomi-astrofisika di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin, sidang ini punya bahan utama berupa hasil hisab dan laporan kesaksian penampakan hilal atau Bulan sabit tipis penanda awal bulan hijriah.

“Data astronomi yang digunakan sebagai bahan dalam pertimbangan sidang merupakan hasil hisab (perhitungan astronomi) dan laporan kesaksian penampakan hilal,” ucap dia, di kanal YouTube pribadinya.

Sidang Isbat mengundang sejumlah peserta termasuk Tim Hisab Rukyat, perwakilan ormas-ormas Islam, perwakilan instansi, hingga perwakilan negara sahabat.

Thomas mengatakan pokok yang disampaikan pada sidang isbat adalah penyampaian hasil hisab, terutama ketinggian dan elongasi atau jarak sudut Bulan-Matahari pada saat maghrib, dan hasil rukyat (pengamatan) hilal dari berbagai daerah.

Kemudian, dilanjutkan dengan pendapat perwakilan peserta dan diakhiri dengan persetujuan peserta sidang dan penandatanganan Keputusan Menteri Agama tentang awal bulan hijriah, termasuk Ramadhan.

“Bagi pengamal rukyat, hasil rukyat wajib diitsbatkan oleh otoritas. Bagi pengamal hisab, itsbat Pemerintah memberikan kepastian,” tutur Thomas, yang kerap diundang sebagai pakar di Sidang Isbat.

Sejarah Sidang Isbat pertama di Indonesia

sidang isbat 2024


Sidang Isbat pertama kali untuk menentukan 1 Ramadhan dan Idul Fitri dilaksanakan pada 1950-an, tapi beberapa sumber ada yang menyebut tahun 1962.

Melansir laman resmi Kemenag, Sidang Isbat perdana ini diisi dengan paparan ulama/ahli dan pendapat dari organisasi-organisasi Islam sebelum pengambilan keputusan akhir tentang awal Ramadhan dan Idulfitri serta pengumumannya kepada masyarakat.

Sidang Isbat awal Ramadan selalu diadakan setiap tanggal 29 Sya’ban dan pengumuman dari Menteri Agama tentang 1 Ramadhan dan Idulfitri.

Kemunculan Badan Hisab dan Rukyat
Di era Menteri Agama Saifuddin Zuhri, terbit Keputusan Menteri Agama Nomor 47 Tahun 1963 tentang Perincian Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama, sebagai penyempurnaan dari regulasi sebelumnya.

Pada pasal 26, Keputusan Menteri Agama Nomor 47 Tahun 1963 diuraikan 47 tugas Departemen Agama, di antaranya “menetapkan tanggal-tanggal hari raya yang ditetapkan sebagai hari libur”

Hal tersebut menjelaskan mekanisme penetapan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha yang kemudian dilembagakan menjadi Sidang Isbat di Kementerian Agama.

Langkah selanjutnya dari Kementerian Agama tahun 1970-an adalah membentuk Badan Hisab dan Rukyat (BHR) yang didasarkan pada Keputusan Menteri Agama Nomor 76 Tahun 1972.

BHR pertama kali diketuai oleh seorang pakar ilmu falak terkemuka Muhammadiyah, Sa’adoeddin Djambek, dan beranggotakan para ulama/ahli yang berkompeten dari berbagai unsur organisasi dan instansi terkait.

Saat itu, Menteri Agama periode 1971 – 1978 Prof. H.A. Mukti Ali sewaktu melantik anggota Badan Hisab dan Rukyat, Agustus 1972, menyampaikan tiga hal berkenaan dengan peran dan tugas Badan Hisab dan Rukyat, sebagai berikut:

  1. Menentukan hari-hari besar Islam dan hari libur nasional yang berlaku seluruh Indonesia.
  2. Menyatukan penentuan awal bulan Islam yang berkaitan dengan ibadah umat Islam, seperti 1 Ramadhan, 1 Syawal (Idul Fitri), 10 Dzulhijjah (Idul Adha).
  3. Menjaga persatuan umat Islam, mengatasi pertentangan dan perbedaan dalam pandangan ahli hisab dan rukyat dan meminimalisir adanya perbedaan dalam partisipasi untuk membangun bangsa dan negara.

Berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, BHR berubah nama menjadi Tim Hisab dan Rukyat, dan belakangan menjadi Tim Unifikasi Kalender Hijriyah.

Bagikan

Also Read