Banjir Surut, Petani Langsung Memanen Padi

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Banjir luapan air Bengawan Solo yang melanda Wilayah Kabupaten Bojonegoro sejak Minggu (7/2/2016), hari ini Minggu (14/2/2016) sudah surut. Termasuk banjir yang menggenangi padi petani di wilayah Desa Trojalu, Bumiayu dan Lebaksari yang masuk wilayah Kecamatan Baureno, Bojonegoro, Jatim.

Luapan air Bengawan solo yang terparah menggenangi padi petani di 3 (tiga) desa itu, Kamis (11/2/2016) dan Jum’at (12/2/2016). Sedangkan Sabtu (13/2/2016) sudah mulai surut dan hari Minggu ini (14/2/2016), banjir sudah surut dan tanaman padi warga Trojalu, Bumiayu dan Lebaksasri sudah bisa dipanen.

Sabtu dan Minggu ini, para petani mengerahkan semua tenaga guna memanen padinya yang baru saja lepas dari remdaman banjir. Bahkan, ada padi yang belum begitu menguning sudah dipanen karena takut ada lagi banjir susulan.

Seorang petani Sunjani (45) asal Dusun Karangturi, Desa Trojalu, Kecamatan Baureno, Bojonegoro mengatakan, dirinya sangat bersyukur karena banjir sudah surut sehingga masih diberi kesempatan untuk memanen padinya. “Alhamdulillah, banjir surut, sehingga masih bisa panen,” tegasnya.

Komentar yang yang sama juga disampaikan Supangat petani asal Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Dia menyatakan, walaupun biaya memanen agak naik karena factor kesulitan, akan tetapi dirinya masih bersykur karena masih bisa penen pada musim ini.

Berdasarkan pantauan rakyatnesia.com di lapangan menyebutkan, air banjir sudah surut dan tinggal beberapa hektar sawah yang tergenang karena posisinya sangat rendah (ledhok, Jawa red). Sementara, semua petani yang sawahnya sudah surut dari luapan air Bengawan Solo, berbondong-bondong ke sawah untuk memanen padi miliknya.

Karena masih ada air genangan bekas banjir di sawah dengan ketinggian sekitar 20 hingga 30 centi meter, memaksa para petani itu harus memanen padinya di sepanjang jalan poros desa itu. Padinya disabit, terus dibawa ke jalan dan disitu sudah disiapkan mesin perontok padi.

“Kondisi banjir, biaya memanen naik. Untuk per ton gabah, biaya grentek (mesin perontok padi) biayanya mencapai angka Rp 600 ribu. Tapi ya gak apa-apa yang penting bisa panen,” kata Supangat menegaskan. **(Kis)

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar