Pembunuhan Pemimpin Senior Hamas Menyulut Ancaman dari Pemimpin Hizbullah
rakyatnesia.com – Pemimpin Hizbullah, Hasan Nasrallah, Menegaskan Balasan Terhadap Pembunuhan Saleh al-Arouri
Daftar Isi
Hasan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, memberikan pernyataan tegas terkait pembunuhan pemimpin senior Hamas, Saleh al-Arouri, dengan menyatakan bahwa kejadian tersebut “tidak akan dibiarkan begitu saja.”
Saleh al-Arouri tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Beirut, Lebanon, pada Selasa (02/01), meskipun Israel belum mengonfirmasi keterlibatannya.
Nasrallah menggambarkan kematian Arouri sebagai “kejahatan besar dan berbahaya yang tidak bisa kita diamkan.” Dia menambahkan bahwa jika Israel memulai perang terhadap Lebanon, Hizbullah akan merespons “tanpa langit-langit, tidak ada aturan.”
“Kami tidak takut perang,” cetus Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.
“Mereka yang berpikir untuk berperang dengan kami akan menyesalinya. Perang dengan kami akan memakan biaya yang sangat besar.”
Dia sebelumnya mengatakan bahwa setiap pembunuhan di Lebanon akan menjadi garis merah.
Hizbullah seperti sekutunya, Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel, Inggris, dan lainnya. Kelompok itu merupakan kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon dan memiliki menteri di pemerintahan negara tersebut.
Serangan yang menewaskan Arouri adalah serangan pertama di Beirut setelah berbulan-bulan terjadi baku tembak antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran terkait perang di Gaza. Sebagian besar serangan ini hanya terjadi di perbatasan selatan Lebanon.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada Rabu (03/01) bahwa mereka “mempertahankan perbatasannya” dari sejumlah rudal yang diluncurkan dari Lebanon.
Hal ini terjadi setelah militer Israel dilaporkan meningkatkan jumlah artileri pertahanan udaranya di dekat perbatasan.
Arouri adalah tokoh kunci dalam Brigade Izzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, sekaligus sekutu dekat Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas. Dia berada di Lebanon dan bertindak sebagai penghubung antara Hamas dan Hizbullah.
Dia diketahui masuk dalam daftar sasaran Israel. Bahkan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya bersumpah untuk menyingkirkan para pemimpin Hamas di mana pun mereka berada.
Arouri juga masuk dalam daftar hitam AS, dengan hadiah US$5 juta (Rp77,7 miliar) bagi penangkapannya sejak 2018.
Miri Eisin, pensiunan kolonel dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan kepada BBC bahwa pemimpin senior Hamas itu “tinggal di jantung Dahiya, di jantung wilayah Hizbullah di Beirut” dan bahwa dia adalah “hubungan langsung antara Hamas dan Hizbullah”.
Dia menambahkan bahwa meskipun dirinya merasa kasihan pada rakyat Lebanon karena menghadapi risiko konflik besar-besaran dengan Israel, menurutnya penting bagi Israel untuk menangani “pelaku teror”.
AS Khawatir Konflik Meluas ke Lebanon
AS mengatakan pihaknya masih sangat khawatir risiko meluasnya konflik di Gaza setelah kematian Arouri. Hal senada juga dirasakan oleh Menteri Luar Negeri Lebanon, yang mengatakan pemerintahnya telah mengimbau Hizbullah untuk tidak melakukan pembalasan.
“Kami sangat prihatin, masyarakat Lebanon tidak mau terseret, bahkan Hizbullah pun tidak mau terseret ke dalam perang regional,” kata Abdallah Bou Habib kepada Sumber.
Iran mengutuk pembunuhan Arouri, dan menteri luar negeri negara itu mengkritik Israel atas “operasi teroris pengecut” dalam sebuah postingan di X, sebelumnya Twitter.
Hamas dilaporkan telah mengatakan kepada mediator Mesir dan Qatar bahwa mereka menunda pembicaraan mengenai kemungkinan pembebasan lebih banyak sandera Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan Arouri.
Ada juga laporan di media Arab bahwa jadwal kunjungan delegasi Israel ke ibu kota Mesir telah ditunda.
Bagaimana Situasi di Gaza?
Sementara itu, pertempuran di Gaza terus berlanjut. PBB mengatakan lima orang tewas dalam serangan terhadap gedung Bulan Sabit Merah Palestina di Kota Khan Younis pada Selasa (02/01), ketika Israel mendesak masyarakat untuk mengungsi.
Seorang bayi berusia lima hari termasuk di antara korban tewas, menurut juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
“Ini adalah ruang tempat tinggal bayi. Ini adalah ruang tempat tinggal anak-anak,” kata Gemma Connell.
“Anda bisa melihat darah di lantai. Dunia seharusnya sangat ketakutan. Dunia seharusnya sangat marah.”
Selebaran telah disebarkan di Khan Younis, memperingatkan warga untuk meninggalkan daerah tertentu yang ditetapkan sebagai “zona tempur” oleh IDF.
Pesan tersebut menyatakan bahwa ini adalah “peringatan mendesak” untuk mengevakuasi beberapa blok di berbagai lingkungan.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 22.000 orang telah tewas di wilayah tersebut sejak Israel memulai kampanye pembalasannya.
Setidaknya 1.200 orang tewas ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober dan sekitar 240 lainnya disandera.
Sekitar 105 sandera kemudian dibebaskan selama gencatan senjata enam hari pada akhir November.