Rumah Bu Wiji Di Desa Wadang, Ngasem, Tak layak Huni, Berharap Ada Yang Membantunya
Sore itu, suasana mendung menggelayut di Desa Wadang, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, pertanda bakal turun hujan. Maklum, suasananya memang sedang musim penghujan sehingga akhir-akhir ini, hampir saben harun hujan turun membasahi Bumi Malawapati ini.
Menindaklanjuti informasi masyarakat, Sukisno seorang Admin Whatsharpp Group (WAG) Pembaca Media (PM) bertandang ke rumah Ibu Wiji (58), Rabu (11/1/2023), seorang wanita yang bekerja sebagai buruh tani dan bekerja serabutan, yang tinggal di Desa Wadang, RT 013, RW 004, yang rumahnya sudah rapuh, tak layak huni dan nyaris ambruk.
Seorang janda dengan tiga anak yang sudah ditinggal meninggal suaminya 7 (tujuh) tahun silam itu, tak memiliki pekerjaan tetap, setiap harinya bekerja serabutan sebagai buruh tani sehingga untuk makan dan menyambung hidupnya saja sulit, apalagi membangun rumahnya, dia tak mempunyai kemampuan itu.
Rumah yang berukuran 10 x 6 meter itu, terbuat dari kayu jati bercampur dengan bambu, berlantai tanah liat itu, sudah tak layak huni, kondisi kayu dan dinding yang sudah rapuh sehingga perlu memperoleh penanganan agar segera direhab.
Anaknya yang sulung sudah nikah dan ikut suaminya di Kalimantan, anak kedua ikut saudaranya dan hanya satu anaknya yang bungsu yang sudah perjaka itu, yang masih berada di rumah menemani ibunya yang setiap hari juga bekerja serabutan.
Situasi ekonomi Bu Wiji betul-betul sangat memprihatinkan sehingga membutuhkan uluran tangan dari tetangganya atau dari orang-orang yang dermawan untuk menyambung hidupnya.
Kondisi Bu Wiji ibarat pepatah bagaikan tikus mati di lumbung padi. Dimana, Bu Wiji hidup di kabupaten Bojonegoro yang merupakan daerah pengahsil migas (minyak dan gas bumi) dengan APBD sebanyak 7 triliun lebih, Namun, Bu Wiji hingga kini belum tersentuh bantuan bedah rumah baik dari Pemerintah Desa (Pemdes) Wadang atau dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro atau dari pihak lain yang bergerak di bidang sosial kemasayarakatan.
“Kula dereng nate angsal bantuan bedah rumah pak : Saya belum pernah dapat bantuan bedah rumah pak,” katanya dengan logat Jawa yang masih kenthal, Rabu (11/1/2023).
Warga sekitar hanya bisa rasan-rasan dengan kondisi keluarga Bu Wiji itu. Sebenarnya siapa yang salah di awal tahun 2023, masih ada rumah tangga miskin dengan kondisi rumah yang nyaris ambruk seperti rumah Bu Wiji itu.
Padahal, Pemkab Bojonegoro memiliki program Aladin untuk merehab rumah tak layak huni. Bahkan tahun 2022 lalu, Program Aladin (atap, lantai, dinding : bedah rumah) mencapai angka 6.033 unit yang dilaksnakan secara kontraktual melalui Dinas PU Cipta Karya Bojonegoro.
Lalu, siapa yang salah, pihak Pemkab Bojonegoro atau petugas yang melakukan pendataan warga yang rumahnya tak layak huni dan perlu direhab? Sebab, selama ini pendataan bantuan untuk masyarakat banyak yang mengalami kesalahan. Mereka yang kaya dapat bantuan dan benar-benar miskin dan perlu dibantu justru tak memeperoleh bantuan apa-apa alias ngaplo.
Siapapun, jika melihat kondisi rumah Bu Wiji pasti trenyuh dan merasa prihatin dan mengatakan bahwa rumah Bu Wiji tak layak huni dan pihak-pihak yang berkompeten agar segera mengulurkan bantuan agar keadilan sosial bisa diperolehnya.
“Semoga ada yang membantu saya memperbaiki rumah ini pak,” katanya dengan penuh harap.
Admin WA Group Pembaca Media Sukisno didampingi Ahmad Zulkarnain menyampaiakan paket sembako dan sedikit uang kepada Bu Wiji, agar bisa sedikit meringankan beban hidupnya.
**(Tim rakyatnesia/Red).