Jembatannya Tak Kunjung Dibangun, Warga Pengkol, Tambakrejo, Bergotong royong Bikin Jembatan Darurat
BOJONEGORO (RAKYAT INDEPENDEN) – Warga Dusun Ngelo, turut Desa Pengkol, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, hingga saat ini masih terisolasi. Pasalnya, mereka belum memiliki jembatan penghubung untuk menuju ke Kantor desa setempat.
Akibat tak ada jembatan yang melintasi sungai itu, membuat warga Dusun Ngelo jika hendak ke Kantor desa Pengkol, harus melintasi Desa Klempun, turut Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, yang jaraknya sekitar 3 kilometer.
Jika terdapat jembatan maka jarak tempuh dari Dusun Ngelo ke Kantor Desa Pengkol hanya 1,5 kilo meter. Oleh karena itu, Rakimin dan Suparno yang juga tokoh masyarakat Dusun Ngelo membuat jembatan darurat yang terbuat dari bambu dan anyaman bambu (sesek, Jawa red).
Jembatan darurat dengan ukuran dengan panjang 34 meter, tinggi 8 meter denganLebar 3 meter itu, dibangun dengan cara bergotong royong. Jembatan berhasil dibangun selama 5 (lima) hari, yakni sejak Rabu 7 Agustus hingga 11 Agustus 2019.
Warga urun bambu dan urun tenaga serta berbagai makanan dan minuman guna menyelesaikan pembangunan jembatan darurat itu. Jika dihitung dengan nilainya bisa menghabiskan dana sekitar Rp 5 juta yang semua itu dilaksanakan dengan cara bergotong royong.
“Saya kasihan melihat anak-anak yang mau sekolah harus berjalan kaki sepanjang 4 kilo meter untuk menuju ke sekolahnya yang berda di Desa Pengkol. Begitu juga, dengan warga yang hendak bekerja ke luar, mereka harus berputar dulu melintasi Desa Klempun, Kecamatan Ngraho,” demikian disampaikan tokoh masyarakat Dusun Ngelo Rakimin, Selasa (14/8/2019).
Masih menurut Rakimin, makanya dirinya mengajak Suparno dan warga yang berada di Lingkungan RT 005, RT 006 Desa Pengkol untuk membuat jembatan darurat dengan menggunakan bambu dan anyaman bambu yang biasa disebut jembatan sesek itu.
“Ini sebuah bentuk protes kami kepada pemerintah yang belum memberikan jatah pembangunan jembatan kepada kami warga Dusun Ngelo yang berada di Desa Pengkol ini,” kata Rakimin sambil didampingi Suparno serius.
Dirinya dan warga Dusun Ngelo berharap semoga dalam pemerintahan yang diembang Bu Anna saat ini, agar pembagunan jembatan Ngelo Pengkol ini bisa segera direalisasikan pembangunannya.
Sementara itu, Kades Pengkol Abdul Habib membenarkan jika warganya telah bergotong royong membuat jembatan darurat untuk membuka isolasi antara Dusun Ngelo dengan Krajan, guna memudahkan kelancaran transportasi dari Dusun Ngelo ke Krajan atau sebaliknya.
Masih menurut Habib, pihaknya telah mengajukan usulan jembatan penghubung Dusun Ngelo ke Krajan itu sejak tahun 2012 silam. Semenjak itu, pembangunan jembatan itu juga terus diusulkan dari tahun ke tahun namun gagal dan belum dibangun hingga tahun 2019 ini.
“Usulan pembangunan Jembatan Ngelo Pengkol sudah masuk dalam skala prioritas di Musrenbang Kecamatan Tambakrejo. Namun hingga kini pembangunan itu belum juga terealisasi,” ungkap pria yang akrab disapa Mas Habib itu.
Lanjut Mas Habib, untuk membangun jembatan Ngelo dengan panjang 34 meter, tinggi 8 meter denganLebar 3 meter itu, menelan dana sekitar 1 miliar lebih. Sehingga Pemdes Pengkol tak mampu membiayai pembangunan jembatan tersebut.
Ditambahkan, saat ada monitoring dan evaluasi (monev) dari Kantor Kecamatan Tambakrejo, diajak melihat langsung jembatan sesek Dusun Ngelo yang dibuat oleh warga dengan cara bergotong royong tersebut.
“Sekcam Kecamatan Tambakrejo Zeny Bachtiar dan Kasi pemerintahan H Masykur saat monev kita ajak melihat jembatan Ngelo hasil gotong royong warga. Agar belia berdua tahu bahwa jembatan tersebut sangat dibutuhkan oleh warga setempat,” tegas Mas Habib.
Di akhir komentarnya, Mas Habib memberikan apresiasi kepada warga Dusun Ngelo yang telah bergotong royong membangun jembatan darurat itu. Dirinya juga berharap agar pemerintah segera merespon tekad masyarakat yang ingin memiliki jembatan itu. Hal itu dibuktikan dengan dibikinya jembatan darurat Ngelo itu.
Perlu diketahui, saat hendak dimulai pembangunan dan selesai Jembatan darurat itu, dilaksanakan tumpengan alias tasyakuran yang digelar di lokasi jembatan tersebut. Mereka bersilatuarhmi dan berdo’a bersama.
**(Yan/Red).