Sarah Kayu, Jadi Berkah Pasca Banjir Bengawan Solo
BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Bagi sebagian besar masyarakat, banjir aliran sungai Bengawan Solo adalah musibah. Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi Samono (59) warga Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jatim. Pasalnya, di saat banjir tiba, dia bersama warga lainya getol mengambil kayu-kayu yang hanyut terbawa air aliran Bengawan Solo atau yang biasa disebut sarah.
Tidak hanya Samono, ada Kusmiatun (57) yang juga warga Desa Padang, sedang asyik membawa kayu bambu panjang (gantar, Jawa red) dengan ukuran sekitar 5 meter dengan dikasih cantolan untuk mengambil kayu-kayu hanyut bersama air banjir itu.
Mencari kayu sarah banjir, bagi warga di sekitar Bendung Gerak yang ada di Desa Padang itu sudah menjadi kebiasaan setiap banjir datang. Menurut mereka, mencari kayu di aliran sungai saat banjir cukup mudah. Dengan hanya beberapa jam mereka sudah mampu mengumpullkan setumpuk kayu dari berbagai jenis tanaman yang hanyut bersama air banjir itu.
“Saya baru hari ini, ngambil kayu sarah. Warga selalu memanfaatkan, sarah yang lewat itu, untuk mencari kayu. Karena mencari kayu di musim banjir itu paling cepat dan tidak terlalu melelahkan,” tegas Samono.
Saat ditanya, apakah mereka memasak tidak memakai gas elpiji. Dengan tegas, mereka menjawab, selalu masak pakai gas elpiji. tapi, saat ada kayu banjir yang mudah diperoleh, maka dia ikut mengambilnya dan bisa mengurangi pengeluaran karena dengan masak pakai kayu berarti mereka tidak usah beli elpiji.
“Kalau punya kayu bakar, sementara tidak pakai elpiji, tapi memasak menggunakan pawon,” ujar Kusmiatun yang akrab disapa Mak Tun itu. **(Kis/Agung MD)