Unjuk Karya Panen Perdana Kawasan 10 Ton di Gedongarum, Kanor
BOJONEGORO- Semenjak ada panen sistem areal, warga di sepanjang sungai Bengawan Solo yang berada di Kabupaten Bojonegoro bisa menikmati panen padi 2 (dua) kali dalam setahun. Padahal, sebelumnya mereka hanya panen sekali dan sering kali gagal panen karena tergenang banjir Bengawan Solo.
Sistem areal merupakan sistem tanam padi dimusim kemarau yang memanfaatkan air aliran sungai Bengawan Solo. Mereka bercocok tanam padi diawali pada Musin Kemarau 1 atau yang biasa disebut MK 1. Mereka tanam bulan Juni atau Juli dengan masa panen sekitar September atau Oktober. Kemudian MK 2, tanam bulan September atau Oktober dan panen sekitar bulan Januari, seperti panen kali ini.
Panen 2 (dua) kali tidak lantas membuat warga di sepanjang Bengawan Solo itu, berpuas diri. Mereka masih berupaya meningkatkan hasil panennya dengan menggandeng perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan pertanian dan benih padi.
Salah satu desa yang telah berhasil meningkatkan hasil panen petani hingga menjadi 10 ton per hektar adalah Desa Gedongarum, Kecamatan Kanor, Bojonegoro. Petani Desa Gedongarum telah menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan Syngenta sejak 2 (dua) tahun yang lalu.
“Para Petani Gedongarum telah menjalin kerjasama dengan Syngenta sudah 2 (dua) tahun. Alhamdulillah, hubungan itu berjalan dengan baik dan membuahkan hasil dengan adanya peningkatan hasil panen padi petani yang dulunya hanya 7 hingga 8 ton, kini hasil padi petani bisa mencapai 10 ton bahkan ada yang sampai 12 ton lebih,” demikian disampaikan Kepala Desa Gedongarum Suherman (46) saat ditemui di sela-sela acara Unjuk Karya Panen Perdana di Perempatan Desa Gedongarum, Selasa (19/1/2016).
Selain itu, salah seorang petani Gedongarum Mukaeri (29) sempat melakukan testimoni di hadapan Wakil Bupati Bojonegoro Setyo Hartono dan 150 undangan, tentang keberhasilanya dalam menjalin hubungan kerjasama dengan Syngenta.
Dalam kesempatan itu, Mukaeri menceritakan tentang pertemuanya dengan karyawan Syngenta saat memberikan sosialisasi di Desa Krangkong, Kecamatan Kepohbaru hingga dia kepincut pengen menjalin kerjasama dengan perusahaan yang bergerak dibidang pertanian itu. Upaya Mukaeri itu, akhirnya membuahkan hasil dengan keberhasilannya membawa petani Gedongarum dalam peningkatan hasil panen.
“Saya menaman padi dengan bibit yang berasal dari Syngenta yaitu Sertani 33 dengan menghasilkan gabah 13,31 ton dan Ciherang Bisi dengan panen mencapai 14,46 ton per hektar. Ini merupakan bukti, bahwa kerjasama dengan Syngenta itu tidak hanya masalah jual beli, akan tetapi petani diajari cara bercocok tanam secara professional sehingga mampu meningkatkan produktifitas hasil panen padi miliknya,” kata Mukaeri serius.
Sementara itu, Manajer Syndenta Edi Nur Hidayat dalam sambutanya, banyak berbicara tentang kepedulian perusahaanya terhadap petani. Meurutnya, Syngenta tidak hanya menjual produk berupa obat-obatan dan bibit padi saja, akan tetapi melakukan kerjasama saling menguntungkan antara perusahaan dengan petani.
“Perusahan syngenta merupakan perusahaan Swiss yang mengembangkan usahanya di Indonesia. Kami tidak hanya menjual produk akan tetapi juga memberikan pelatihan dan arahan kepada para petani mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemberian obat-obatan jika tanaman diserang hama serta pemupukan hingga mampu meningkatkan hasil padi petani,” katanya menegaskan.
Masih menurut Edi Nur Hidayat, pihaknya bersama petani binaanya mempelajari struktur tanah, memberikan konsep pola tanam yang baik, hingga strategi bagaimana meningkatkan produktifitas padi itu sendiri.
“Dalam kegiatan Kawasan 10 ton untuk 1 hektar, kami menggandeng berbagai pihak, mulai dari kelompok tani, gapoktan, Babinsa, Dinas Pertanian, dinas Pengairan setempat dan semua pihak, demi suksesnya program tersebut. Hasil akhirnya, bisa dilihat seperti saat ini. Dengan digelarnya, unjuk karya panen perdana kawasan 10 ton teknologi gromore untuk menuju petani sejahtera di Gedongarum ini,” pungkasnya. **(Kis)