berita bojonegoroFeatured

Tanaman Padinya Terendam Banjir, Petani Sukorejo, Bojonegoro Ini, Lakukan Musyawarah di Atas Air

BOJONEGORO (RAKYATNESIA) – Musyawarah Dilakukan Di atas air banjir. Itulah yang dilakukan oleh Kelompok tani (Poktan) Widodo dengan Kelompok tani Karya Makumur, Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, Minggu (13/11/2022).

Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk protes petani akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap banjir yang dialami petani tersebut yang berlangsung setiap tahunnya di saat musim penghujan.

obat joni kuat

“Banjir terjadi sejak Jum’at tanggal 11 November hingga hari ini Minggu tanggal 13 November 2022 tak kunjung surut,” ungkap H Sufyan Ketua Poktan Widodo, kepada para awak media, Minggu (13/11/2022).

Lanjut H. Sufyan, banjir dalam tiga tahun terakhir paling parah banjir di tahun ini. Jika banjir hingga seminggu maka tanaman padi yang baru berumur seminggu lebih itu akan membusuk dan mati.

“Ada 36 hektar milik petani Poktan Widodo dan ada 25 heltar lahan milik Poktan Karya Makmur yang tergenang banjir. Belum lagi lahan milik warga Kelurahan Kepatihan, Kelurahan Kadipaten dan Desa Kalinyar yg berada di wilayah Kecamatan Kapas, yaitu sekitar 100 hektar lebih,” ungkapnya.

Ditambahkannya, jika hendak dihitung kerugianya di setiap hektar petani bisa merugi hingga 14,5 juta. Berarti kerugian petani bisa mencapai angka Rp 884 juta 500 ribu.

Ketua kelompok tani Karya Makmur Sucipto mengatakan, banjir terjadi akibat kecilnya jembatan di bawah rel kereta api, turut Desa Kalianyar, Kecamatan Kapas, yang sangat sempit.

“Akibat irigasi yang kurang lebar dan jembatan yang sempit membuat air tak lancar menuju ke sungai yang selanjutnya masuk ke Bengawan solo yang berada di Desa Semanding, Kecamatan Kota,” kata Sucipto menegaskan.

Pihaknya meminta agar Kepala desa Sukorejo, Camat Bojonegoro, Dinas PU SDA Bojonegoro, Balai Besar Bengawan Solo (BBWS), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Bupati Bojonegoro dan Gubernur Jawa timur, bisa membantu mencarikan solusi bagaimana agar wilayahnya tak lagi mengalami banjir hingga membuat petani selalu merugi.

“Kami butuh kerja nyata pemerintah dalam mengatasi banjir yang setiap tahun merendam tanaman padi di wilayah Desa Sukorejo ini,” tegasnya.

Sementara itu, Khamim seorang anggota Poktan Widodo mengatakan bahwa banjir di Sukorejo berasal dari wilayah Desa Kunci, Kecamatan Dander. Sehingga, di sana air banjir bisa dialirkan ke barat atau ke timur sehingga mengurangi aliran dari dari wilayah Kunci dan sekitarnya itu.

Lanjut Mas Khamim -demikian, petani asal Sokorejo ini alrab disapa – selama ini, jika terjadi hujan lebat, maka air dari Desa Kunci, Sumberarum, Jatiblimbing dan Mojoranu kecamatan Dander mengalir ke utara. Dilanjut air dari Bangilan, Sembung Kecamatan Kapas hingga daro Desa Pacul Kecamatan Kota menuju ke persawahan milik warga Desa Sukorejo, sehingga luapan air hujan itu mengakibatkan banjir termasuk di wilayah Desa Kalianyar, Kecamatan Kapas.

“Kami meninggu action dari pemerintah dalam menangani banjir di persawahan milik warga Sukorejo ini. Jika tak ada tanggapan maka petani di sini akan merubah pola tanam. Kalau musim penghujan tidak lagi tanam padi dan membiarkan lahan istirahat, tapi tanam padi akan dilakukan pada saat musim kemara dengan membuat sumur bor atau sistem mengambil air bawah tanah dengan pompanisasi atau mengginakan sistem areal dengan memanfaatkan air bengawan,” kata Khamim menandaskan.

Ditambahkan, jika ada perubahan pola tanam, maka petani membutuhkan bantuan pompanisasi dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro atau dari Pemerintah Provinsi Jawa timur.

“Hasil musyawarah ini akan kita kita kirim hari Senin tanggal 14 November 2022, semoga segera memperoleh tanggapan dari dinas atau instansi terkait,” pungkasnya.

**(Kis/Red).

Sukisno

Jurnalis Utama Rakyatnesia.com Dan Sudah di dunia jurnalistik selama lebih dari 30 tahun. Tulisan berita bojonegoro umum, Review, dan profil sudah bukan hal asing lagi, Lugas dengan Fakta.

Related Articles

Back to top button