Mulianya Kedudukan Penghafal Al Qur’an. Oleh: Moh. As Syakir Hasbullah*)
RAMADHAN dikenal dengan sebutan syahrul Qur’an. Karena pada bulan inilah Al Qur’an pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw agar dijadikan pedoman bagi umat manusia. Inilah kitab yang menjadi kamus kehidupan yang harus dijadikan rujukan untuk mengarungi kehidupan agar menggapai kebahagiaan.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat sebagian kaum dengan kitab (Al Qur’an) ini dan menghinakan yang lain dengannya.” (HR Muslim). Orang-orang yang menjadikannya sebagai imam dalam hidupnya maka akan menjadi mulia. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan di zaman Nabi dan Sahabat-sahabatnya. Sementara para penentang kitabullah, hidupnya terlunta-lunta.
Al Qur’an adalah kitab Allah yang berlaku sepanjang zaman. Cara Allah menurunkan Al Qur’an berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Jika kitab-kitab terdahulu turun sekaligus dalam bentuk tulisan, Al Qur’an turun secara bertahap dalam bentuk hafalan. Rasulullah saw menerima Al Qur’an melalui pengajaran malaikat Jibril. Lafadz-lafadz Al Qur’an di dikte-kan satu per satu agar bisa ditirukan dan dihafal. Beliau mengajarkan ayat-ayat itu kepada para sahabat dengan metode yang sama. Kemudian beliau memerintahkan untuk menuliskan ayat-ayat itu di hadapan beliau dengan menunjuk beberapa sahabat yang bisa menulis bersama saksi-saksi.
Rasulullah saw sangat mengistimewakan para sahabat yang hafal Al Qur’an. Semua sahabat berlomba menghafal Al Qur’an dan mengamalkan isinya. Namun hafalan mereka berbeda-beda. jika Nabi mengirim suatu delegasi dalam sebuah misi, dipilih orang yang paling banyak hafalannya sebagai pemimpinnya.
Seperti diceritakan Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw mengutus suatu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah saw mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al Qur’an mereka. Setiap laki-laki ditanyakan berapa banyak hafalannya. Kemudian orang yang paling muda di tanya oleh Rasulullah saw, “berapa banyak Al Qur’an yang telah engkau hafal, hai fulan?”. Ia menjawab, “aku telah hafal surat ini dan surat ini, serta surat Al BAqarah.” Rasulullah saw kembali bertanya, “Apakah engkau hafal surat Al Baqarah?” Ia menjawab, “betul.” Rasulullah saw bersabda, “Pergilah dan engkau menjadi ketua rombongan.”Ketika sahabat meninggal dunia, NAbi mendahulukan mereka yang hafalannya lebih banyak dari yang lainnya, seperti yang terjadi ketika mengurus syuhada Perang Uhud.
Mereka adalah sebagaimana difirmankan Allah, “Sebenarnya (Al Qur’an) itu adalah ayat-ayat yang nyata dalam dada orang-orang berilmu.” (QS Al Ankabut:49). Firman Allah Swt hanya akan disebut Al Qur’an apabila telah menjadi ayat-ayat yang nyata di dalam hati orang-orang ‘alim. Ketika Jibril bertanya kepada Nabi saw, mana Al Qur’an itu ? Beliau menunjuk Abu Bakar. Yakni menunjuk manusia, bukan menunjuk tulisan-tulisan di tangan sahabat.
Bahkan Nabi saw menyatakan, orang yang menghafal Al Qur’an itu sedang meniti tangga kenabian. Sabda beliau “Siapa yang membaca (menghafal) Al Qur’an berarti ia telah meningkatkan Kenabian dalam dirinya, hanya saja Al Qur’an tidak diwahyukan langsung kepadanya. Tidak sepantasnya seorang penghafal Al Qur’an ikut emosi bersama orang-orang yang emosi, dan ikut bodoh bersama orang bodoh,sementara dalam dirinya ada hafalan Al Qur’an.”
Kedudukannya setingkat dengan derajat kenabian. Hanya saja tidak diberi wahyu. Anak-anak yang hafal Al Qur’an, sebagaimana riwayat kutipan Al Razi dalam Fadhailul Qur’an, juga sama dengan Nabi yang diberi ilmu dan hikmah sejak kecil, yaitu Nabi Yahya AS. Kalau kecilnya saja sudah qur’ani, bagaimana besarnya nanti.
Rasulullah saw juga pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga diantara manusia.” Para sahabat Nabi bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Mereka adalah Ahlul Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad).
Siapa yang tidak ingin menjadi keluarga dari seorang yang kaya raya ? Segala kebutuhan terpenuhi, apa yang diminta langsung diberi. Siapa yang tidak suka jadi keluarga pejabat berkedudukan tinggi; keamanan selalu dijaga, kemana ia pergi selalu di kawal. Lantas bagaimana dengan menjadi keluarga Allah? Dzat Yang Maha segalanya. Tentu tidak ada nilainya kenikmatan menjadi keluarga orang kaya di dunia dibandingkan menjadi keluarga Rabb yang Maha Kaya.
Itulah kedudukan para penjaga kalamullah di dunia. Di akhirat kelak, para orangtua dari seorang penghafal Al Qur’an juga akan memperoleh jubah karomah. Bayangkan, saat kiamat terjadi. Pada saat itu orang sibuk dengan dengan dirinya sendiri dalam keadaan telanjang tak beralas kaki. Sementara penghafal Al Qur’an memperoleh mahkota dari sinar seperti sinarnya matahari. Dan kedua orangtuanya dipakaikan jubah kemuliaan. Bahkan ayah-bundanya bertanya, “mengapa kami diberi jubah ini?”. Dijawab, “karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (HR. Hakim). Betapa beruntung dan bahagia tatkala memperoleh hadiah istimewa dari seorang anak berupa jubah.
Dengan mengetahui betapa istimewa kedudukan penghafal Al Qur’an di mata Allah, sungguh tidak ada alasan untuk tidak mendorong diri, anak-anak dan cucu kita agar punya cita-cita sebagai penghafal Al Qur’an.
Kapan mulai menghafal Al Qur’an?” Atau sejak Kapan orang seharusnya mulai menghafal Al Qur’an ? Jawabannya sedini mungkin. Setiap orang harus memanfaatkan masa mudanya untuk menghafal Al Qur’an, dan jangan pernah menunda-nunda. Waktu hanya akan bernilai apabila dilalui bersama Al Qur’an. Bahkan seandainya orang yang mau menghafal Al Qur’an memiliki sisa umur beberapa menit lagi, dia harus tetap mulai menghafal. Bisa jadi, sisa umurnya itu—yang dia gunakan untuk menghafal Al Qur’an—menjadi lebih bernilai di sisi Allah Swt. Hal ini mengingat “Akan datang suatu masa kepada manusia di mana satu ayat Al Qur’an lebih berharga dari dunia dan seisinya.” Sependek apapun waktu yang kita miliki semestinya kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an.
Berbahagialah kaum muslimin yang telah mengisi Ramadhan dengan bertadarus, membaca kalamullah. Ini menjadi modal penting guna meningkatkan interaksi dengan Al Qur’an. Alangkah baiknya, pasca ramadhan kita lanjutkan dengan menghafal ayat per ayat. Allah telah menjamin kemudahan dalam menghafal Al Qur’an. Al Qur’an itu dimudahkan untuk semua hambanya dari berbagai suku, bangsa, dan negara. Allah garansi kemudahan menghafal Al Qur’an bagi semua usia. Sebagaimana firman-Nya, “Dan Sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil Pelajaran ?”, (Qs Al Qomar : 17, 22, 32, 40).
Jika seseorang merasa bangga bermajlis dengan orang-orang besar atau para pejabat, maka orang-orang yang duduk di majlis menghafal kitabullah lebih pantas untuk merasakan kebanggaan dan lebih pantas merasa senang. Ketika seseorang berada dalam majlis Tahfidz maka menurut penuturan Rasulullah saw akan memperoleh 1) Ketenangan, 2) Rahmat Allah, 3) Diliputi oleh malaikat, dan 4) Allah memuji-mujinya di hadapan para malaikat. (HR Muslim). Maka barangsiapa yang mengadakan majlis tahfidz dalam masjid selama ramadhan, mereka berpotensi memperoleh anugerah lailatul qadar. Satu malam termulia sepanjang tahun, yang selalu dirindukan oleh orang-orang beriman. Insya Allah.
Penulis adalah Pembina Program Tahfidzul Qur’an
SMP Muhammadiyah 2 Klangon Bojonegoro