Transformasi Taktik Hamas dalam Menghadapi Agresi Israel: Lebih Canggih dan Bertahan
rakyatnesia.com – Kelompok perlawanan Hamas diketahui mengalami perubahan taktik yang lebih canggih dalam menghadapi agresi Israel di Gaza.
Daftar Isi
Institute for the Study of War (ISW) melaporkan bahwa pejuang Hamas terus merancang taktik yang lebih canggih, terutama dalam menargetkan pasukan Israel di seluruh Jalur Gaza setelah gencatan senjata berakhir.
Operasi Pertahanan
The Critical Threats Project (CTP) di Institute for the Study of War (ISW) mengindikasikan bahwa Hamas dan milisi Palestina lainnya telah beralih dari strategi penundaan operasi menjadi pendekatan pertahanan.
Tujuan dari perubahan taktik ini adalah melemahkan dan mengurangi keinginan Israel untuk melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza.
Pada 14 November atau lebih dari sebulan agresi Israel di Gaza, CTP-ISW menilai Hamas dan milisi Palestina lain melakukan operasi penundaan di Gaza utara.
“Hamas kemungkinan besar berusaha mengindari kekalahan, dengan mempersiapkan ‘perang panjang’ yang diharapkan Hamas akan memaksa Israel menyetujui gencatan senjata permanen,” demikian laporan hipotesis ISW.
Penundaan operasi ini juga dimaksudkan untuk memberikan waktu bagi Hamas, untuk memindahkan para pemimpin dan perlengkapan militer lain dari utara ke selatan Gaza.
“Pergeseran taktik ini menunjukkan bahwa Hamas dan milisi Palestina lain sedang bersiap untuk berkomitmen secara tegas mempertahankan diri dari operasi darat Israel,” lanjut laporan itu.
Taktik Baru
Selain bergeser dari penundaan ke pertahanan, Hamas juga disebut menggunakan taktik baru di Jalur Gaza.
Laporan ISW menyebut Hamas dan kelompok lainnya menggunakan taktik baru berdasarkan pembelajaran selama dua bulan pertempuran di Gaza.
Salah satunya ketika pasukan Israel yang tidak menggunakan jalan utama ketika maju di Gaza, melainkan memilih untuk menciptakan jalur pergerakan baru.
Hamas diduga mempelajari cara lebih efektif melawan pendekatan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.
Perubahan taktik Hamas ini disebut mulai dilakukan sejak gencatan senjata sementara berakhir pada 1 Desember lalu.
Kelompok ini diduga menggunakan alat penetrator berbentuk bahan peledak (EFP) sebanyak lima kali, sejak 1 Desember.
Alexandre Vautravers, pakar keamanan di Global Studies Institute di Universitas Jenewa, mengungkapkan bahwa dari tiga jenis EFP yang digunakan saat ini, yang paling umum adalah meledakkan dan meluncurkan pecahan peluru baja ke segala arah yang menimbulkan dampak mematikan dalam radius 10-40 meter.
Selain itu, analisis ISW menyebutkan bahwa milisi Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Strategi ini disebut dengan strategi pembersihan atau clearing operations.