Taktik Canggih Hamas: Rekam Barak IDF untuk Serangan Efektif
rakyatnesia.com – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, diketahui menggunakan taktik yang semakin canggih dalam menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza.
Menurut Institute for the Study of War (ISW), lembaga pemikir yang berbasis di Washington D.C., Hamas berhasil meneror militer Israel dengan merekam aktivitas di dalam barak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melalui lubang-lubang terowongan bawah tanah yang mereka bangun.
Dari hasil rekaman tersebut, Hamas mendapatkan informasi bahwa pasukan Zionis bersantai di dekat Juhor ad Dik.
Hamas kemudian memanfaatkan informasi tersebut untuk merencanakan serangan balasan, bahkan mengklaim keberhasilan meledakkan bom ketika sekitar 60 pasukan Israel berada di dalam barak tersebut.
“Kelompok [Hamas] ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakkannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Analisis ISW menyebut Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Strategi ini disebut dengan strategi pembersihan atau clearing operations.
Hamas juga disebut semakin sering memakai peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore kala menyerang pasukan dan tank-tank Israel.
Salah satu contohnya adalah penggunaan eksplosif penetrator (EFP), bahan peledak proyektil yang dirancang mampu menembus lapisan baja.
Pakar keamanan di Global Studies Institute di Universitas Jenewa, Alexandre Vautravers, mengungkapkan dari tiga jenis EFP yang digunakan saat ini, yang paling umum adalah meledakkan dan meluncurkan pecahan peluru baja ke segala arah yang menimbulkan dampak mematikan dalam radius 10-40 meter.
Jenis EFP modern milik Hamas berkecepatan hipersonik yang bisa menembus lapisan baja tanpa mampu dicegat oleh pertahanan Trophy Israel. Hamas juga terlihat menggunakan drone satu arah untuk menargetkan pasukan Israel di Jalur Gaza utara.
“Hamas telah mengembangkan drone selama beberapa dekade dan telah menggunakannya, namun tidak pernah secara efektif dan terutama untuk tujuan pelatihan,” kata Veronika Poniscjakova, spesialis aspek militer dalam konflik Israel-Palestina di Universitas Portsmouth di Inggris.
Selain meningkatkan persenjataan, Hamas juga diduga sengaja melancarkan operasi di Gaza utara untuk menunda perang di Gaza selatan.
“Hamas dan milisi Palestina lainnya telah beralih dari melakukan operasi yang tertunda menjadi melakukan pertahanan yang disengaja,” tulis ISW.
Operasi di Gaza utara bertujuan memperlambat kemajuan Israel dan memberikan waktu yang cukup bagi Hamas untuk memindahkan pemimpin serta persenjataannya ke Gaza selatan.
Hamas lebih berani menghadapi Israel di Gaza selatan karena gudang amunisi dan senjata utamanya berada di sana.
“Di Jalur Gaza utara, kita telah melihat Hamas beroperasi lebih seperti kekuatan gerilya – menghindari pertempuran besar, menyelinap pergi dan kemudian kembali menyerang dan menyelinap lagi,” ucap spesialis masalah keamanan di Timur Tengah di Kings College London, Ahron Bregman.
“Orang-orang Israel juga kurang mengenal Jalur Gaza selatan dibandingkan dengan Jalur Gaza utara,” imbuh dia.
Ada pula dugaan bahwa Hamas sengaja mengulur waktu masa perang untuk menjatuhkan citra Israel. Peristiwa yang terjadi beberapa hari ini menunjukkan bahwa strategi militer Hamas semakin maju.
“Waktu adalah sahabat Hamas. Semakin lama perang berlangsung, semakin banyak korban sipil yang akan jatuh, dan ini menguntungkan Hamas karena menurunkan citra Israel,” ungkap Poniscjakova.
Tujuan perang yang dibawa oleh Israel berbeda dengan Hamas.
“Hamas tidak harus meraih kemenangan besar atas Israel,” kata Bregman. “Yang harus mereka lakukan adalah mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri ketika perang ini selesai. Kemenangan Hamas adalah kemampuan untuk mengatakan, ‘Kami masih di sini’,” kata Poniscjakova.
Kendati begitu, ISW menjelaskan militer Israel tidak tinggal diam dalam menghadapi taktik tersebut. Pasukan Israel berupaya melancarkan invasi darat ke Gaza selatan, sama seperti yang mereka lakukan pada awal agresi ketika fokus menggempur Gaza utara.
Namun, Amerika Serikat memperingatkan Israel bahwa strategi brutal yang lawas ini cuma akan membuat Negeri Zionis gagal melawan Hamas.
Pasalnya, serangan brutal cuma akan membuat semakin banyak korban sipil yang berjatuhan. Hal ini pun akan menyebabkan komunitas global semakin meradang dan kian tak bersimpati dengan Zionis.
Menurut AS, Israel mesti menggunakan strategi intensitas rendah guna menghindari jatuhnya korban sipil. Israel harus bertransisi ke strategi yang lebih fokus dan sempit, yaitu menargetkan kelompok dan pemimpin Hamas.