Behavioral Politik: Kuswiyanto dan Basuki, Belum Pesta Sudah Banting Piring! Oleh: Agung DePe (bagian lima)
Trouble Maker? Atau mereka stuntmand? Ibarat salah baca skrip struktur dramatik peran politik Kuswiyanto dan Basuki hanya akrobatik saja.
Split screen? Dalam pembuatan film istilah ini menggambarkan dua adegan berbeda yang muncul pada satu layar. Kuswiyanto memperagakan dirinya bacabup yang sudah mendapatkan rekomendasi dari DPP PAN. Berkesinambungan, Basuki didaulat menjadi bacawabupnya. Alur dimainkan. Mereka bergerak. Prolog dan dialog dikemas rapi. Tetapi belum sampai epilog, mereka berdua sama-sama berebut pengakuan sebagai bakal calon bupatinya PAN.
Farce? Aspek drama menyerupai dagelan ini tidak saja bergemelontang di dalam Partai PAN, tetapi juga membelepotkan Partai Nasdem.
Bloking? Kisah keruh di panggung berbeda hampir saja ditampilkan. Gara-gara Kuswiyanto mengabarkan telah memperoleh rekomendasi dari Nasdem sebagai partai koalisi pengusungnya, terbetik desas-desus sejumlah pengurus partai pimpinan Surya Paloh itu hendak bergolak melakukan perlawanan. Alasannya, Kuswiyanto (dan Basuki) dinilai tidak menghargai proses penjaringan bacabup dan bacawabup DPD Nasdem Bojonegoro.
“Mereka yang sudah memenuhi proses dari bawah saja belum jelas siapa akan diusung Nasdem, kok tahu-tahu Kuswiyanto potong kompas di DPP, lalu mengatakan sudah dapat rekom?” lontar seorang pengurus kecamatan (DPC) Nasdem seusai acara jalan santai HUT Nasdem ke-6 di Temayang (26/11/2017).
Konflik koersif? Disosiatif? Lakon Kuswiyanto dan Basuki di Nasdem menghasilkan keraguan, penolakan, dan penyangkalan.
“Jika isu itu betul, rekom Nasdem diberikan kepada Kuswiyanto, publik pasti bertanya bagaimana komitmen Nasdem?” kata Akmal Budianto, salah satu pendaftar bacabup Partai Nasdem yang patuh mengikuti proses penjaringan dari bawah. Tersebut sejumlah nama lain yang mengikuti proses, yakni Setyo Hartono, Pudji Dewanto, Wahyu Subakdiono, Ali Mustofa, Alham M. Ubay, Arief Januarso.
Rasionneur merupakan tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton. Sesampainya di sini, mungkin hanya monolog dengan mimik Kuswiyanto sebagai ekspresi jalan buntu?
Sad ending?
“Belum ada rekomendasi dari DPP Nasdem untuk Kuswiyanto maupun Basuki,” tegas Ketua DPD Partai Nasdem Bojonegoro, Alham M. Ubay (30/11/2017).
Sounds great? Tentu saja, karena mereka berdua masing-masing mengaku sebagai bakal calon bupati dan diusung koalisi partai senama. Tetapi ketua partainya malah belum tahu siapa yang akan berposisi sebagai bacabupnya.
“Saya belum tahu siapa bacabupnya, Kuswiyanto atau Basuki? Saya hanya menunggu perintah dari DPP Nasdem,” terang Alham.
The end of a bad story?
(Bersambung): Penulis adalah wartawan dan aktivis kebudayaan.