Behavioral Politik: Mitroatin Dihadang Turbulensi Belah Bambu Golkar Oleh: Agung DePe (bagian tiga)
Warming up Ketua DPD II Golkar Bojonegoro, Mitroatin, untuk membakalkan calon dirinya sebagai bupati atau hanya wakil bupati, agaknya telah meningkat menjadi the real war: versus Diana Hargianti.
Kehadiran Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono, pada acara pelantikan pengurus Kosgoro 1957 Cabang Bojonegoro periode 2017-2022 menjadi ‘‘gong besar’’ bagi bunyian politiknya Ketua Kosgoro 1957 Bojonegoro, Diana Hargianti. Ini sekaligus meragukan pengakuan Mitroatin, bahwa dirinya sebagai satu-satunya bakal calon internal Golkar yang sudah pasti mengantongi surat restu Partai Golkar untuk kepesertaannya dalam Pilbup Bojonegoro 2018.
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar belum menentukan siapa bakal calon bupati atau bakal calon wakil bupati yang akan diusung.”Belum ada. Masih dipersiapkan,”ungkap Agung Laksono di alun-alun Bojonegoro (19/11/2017).
Implikasi gonjang-ganjingnya desakan untuk segera mencopot Setyo Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar boleh menjadi dampak hilir surutnya bargaining position Mitroatin?
Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, memperkirakan jika Novanto diganti maka berpotensi meletupkan “gejolak” di daerah.
Maksud Hendri tak lain adalah kemungkinan berubahnya rekomendasi calon kepala daerah yang diusung atau didukung oleh Partai Golkar.
“Sebab, bila kemudian Golkar memutuskan Munaslub dan Setnov diganti, ini bisa berimbas pada rekomendasi calon kepala daerah pada 2018,”ujar Hendri kepada pers (17/11/2017).
Hanya saja, Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham, mengatakan pergantian Ketua Umum DPP Golkar Setyo Novanto tidak akan mengubah rekomendasi calon kepala daerah pada Pilkada Serentak 2018.
“Perubahan pimpinan tidak mempengaruhi keputusan tentang calon yang sudah ditentukan sebelumnya,”kata Idrus di kantor DPP Golkar, Jakarta (20/11/2017).
Kembali menyinggung munculnya dua nama kader Partai Golkar Bojonegoro dalam pertarungan Pilbup 2018, Agung Laksono memberikan kriteria,” Untuk calon yang diusung Golkar harus bersih rekam jejaknya. Memiliki prestasi dan dedikasi. Selain itu, juga terpercaya,”terangnya. Sekaligus Agung berharap, yang diusung Golkar adalah kader muda.
“Sebab, saat ini banyak kader muda yang potensial,” pungkasnya.
Who is she? Seperti tengara bisa ditebak kemana arah dukungan Agung Laksono? Terlebih menimbang, perjalanan politik Mitroatin sesungguhnya telah meninggalkan “pembelahan” di tubuh Partai Golkar Bojonegoro. Hal itu terjadi pada saat gagalnya Musda DPD II Partai Golkar Bojonegoro setahun lalu. Musda yang berasap isu suap hingga penyekapan pemilik suara untuk memenangkan Mitroatin itu kemudian diambil alih pelaksanaannya oleh DPD Golkar I Jatim (24/7/2016). Mitroatin berhasil terpilih secara aklamasi menyingkirkan rivalnya, yakni Nasuha. Mitroatin sendiri baru dilantik sebagai Ketua DPD II Golkar periode 2017-2022 delapan bulan kemudian (19/03/2017) setelah melalui berbagai kompromi politik alot.
Kemenangan Mitroatin juga disebutkan, diduga karena campur tangan Soehadi Moeljono (Sekretaris Pemkab Bojonegoro), pun kali ini mereka berencana berpasangan sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati Bojonegoro 2018, dan konon akan diusung Partai Golkar.
Upaya meninggikan derajat politik Diana Argianti dengan “proxy” Agung Laksono terbaca gamblang. Kunjungannya ke Bojonegoro, tepatnya di Hotel Aston (18/11/2017), sekaligus dimanfaatkan mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2009-2014 itu mengendus partai lain di Bojonegoro untuk diajak menjalin koalisi kendaraan pengusung Diana Hargianti bergandengan dengan Setyo Hartono.
Ditanya soal gerakan politik “berenang samar” Agung Laksono itu, dengan malu-malu Diana Hargianti baru berani sebatas melontarkan implisit kebenaran kejadiannya.
“Bukan komunikasi politik, tetapi hanya hubungan sejuk agar semuanya dalam suasana damai,” kelit Diana di telepon (25/11/2017) menghaluskan kenyataan.
Bagaimana Mitroatin? Don’t bite off more than you can chew?
(bersambung: Penulis adalah wartawan dan aktivis kebudayaan)