Gagalnya Resolusi Gencatan Senjata di Gaza di DK PBB Akibat AS dan Inggris
rakyatnesia.com – Upaya untuk menyusun resolusi mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) kembali terhenti, dan ini disebabkan oleh Amerika Serikat dan Inggris.
Dalam sesi tertutup yang berlangsung pada Senin, kesepakatan resolusi untuk mengakhiri konflik yang semakin membesar di Timur Tengah gagal dicapai.
Robert Wood, Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, menyatakan, “Hingga saat ini, belum ada kesepakatan yang tercapai.”
Kegagalan ini bukanlah yang pertama kalinya. Kelompok E-10, yang terdiri dari 10 anggota tidak tetap DK PBB, telah berusaha merancang beberapa resolusi terkait konflik di Gaza. Namun, setiap upaya tersebut selalu terkendala oleh hak veto yang dimiliki oleh lima negara tetap di DK PBB.
Pada rancangan resolusi kali ini, Inggris dan Amerika Serikat sebagai pemegang hak veto menentang memasukkan poin dan bahasan gencatan senjata. Hal ini menyebabkan terjadinya pertentangan di antara anggota dewan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menegaskan bahwa Washington menyerukan jeda kemanusiaan di Gaza untuk melindungi warga sipil dan mengizinkan warga negara asing untuk keluar, dikutip dari Al Jazeera.
Pernyataan ini juga disampaikan oleh Wood selama sesi tertutup DK PBB diadakan.
“Ada diskusi mengenai jeda kemanusiaan dan kami tertarik untuk membahas hal tersebut,”ungkap Wood.
Duta Besar Tiongkok untuk PBB, Jun Zhang, menyerukan gencatan senjata sangat mendesak dilakukan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Majelis Umum PBB telah mengajukan rancangan resolusi dan voting terkait gencatan senjata sejak akhir Oktober lalu. Hasil voting menunjukkan 120 negara mendukung, 45 negara abstain dan 14 negara menolak, termasuk Amerika dan Israel.
Dilansir dari Al Jazeera, DK PBB baru bisa meresmikan resolusi jika setidaknya 15 negara setuju dan tidak ada dari lima negara anggota tetap yang mengajukan hak veto.
Selama ini, resolusi-resolusi yang diusulkan dalam sidang DK PBB sulit mencapai kesepakatan karena suara yang mendukung resolusi dan veto dari Amerika Serikat.