Tantangan Baru Bagi Petani Indonesia: Dampak Larangan Ekspor Pupuk Urea dari China
rakyatnesia.com – Masyarakat petani di Indonesia menghadapi tantangan baru yang muncul setelah China mengambil langkah drastis dengan meminta beberapa produsen pupuk untuk menghentikan ekspor urea.
Keputusan ini diambil setelah harga pupuk di China melonjak tajam, dan dampaknya diperkirakan akan mengganggu pasokan dan meningkatkan biaya produksi bagi petani Indonesia, yang merupakan salah satu tujuan ekspor utama pupuk urea dari China.
Harga pupuk urea, yang diperdagangkan di Zhengzhou Commodity Exchange, mengalami lonjakan hampir 50% dalam periode tujuh minggu dari pertengahan Juni hingga akhir Juli. Namun, harga ini kemudian mengalami fluktuasi dan turun sekitar 11% pada pekan ini.
Larangan ekspor ini merupakan bagian dari kebijakan pemerintah China yang diberlakukan sejak awal September, meskipun hingga saat ini hanya berlaku untuk jenis pupuk urea. Namun, keputusan ini masih berpotensi berdampak negatif bagi negara-negara penerima ekspor, termasuk Indonesia.
Sebagai informasi, China merupakan produsen sekaligus konsumen terbesar pupuk urea di dunia, sehingga penurunan ekspor dari China dapat mengancam pasokan global dan memicu kenaikan harga pupuk urea di seluruh dunia. Beberapa negara seperti India, Korea Selatan, Myanmar, dan Australia merupakan tujuan utama ekspor pupuk urea dari China.
Pembatasan juga memperparah kondisi pasar pertanian global, yang telah dipengaruhi oleh cuaca ekstrem di berbagai wilayah, pembatasan ekspor oleh India dan perang Rusia di Ukraina.
Memang, Indonesia masuk kategori ‘negara lainnya’ pada grafik di atas. Menurut data Direktorat Jenderal Bea Cukai yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor pupuk sebanyak 6,39 juta ton pada 2022. Negara asal impor memang salah satunya adalah China.
Indonesia banyak mengimpor pupuk, karena pupuk produksi lokal belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Maka dengan kebijakan larangan impor pupuk urea ini Indonesia patut waspada akan kenaikan harga pupuk serta persoalan pasokan.
Dampak jangka panjangnya, jika harga pupuk melonjak Ujungnya akan sampai ke petani dan mengganggu hasil panen. Hal ini sudah terjadi di beberapa negara. Misalnya, Di Zimbabwe, impor pupuk yang langka dan mahal telah memaksa petani jagung seperti membuat pupuk sendiri. “Kami mencampur kotoran sapi atau kotoran ayam dengan seng,” kata seorang petani di sana