Counterpoint: Jaringan 5G di Indonesia Bisa Berjalan Maksimal pada 2022-2023 Rakyatnesia

Dedi Suparman

Bagikan

Jakarta, Rakyatnesia Di tahun ini 2021 ini, Indonesia sudah mulai mengimplementasikan jaringan 5G. Saat ini, baru dua provider yang menggelar jaringan 5G yaitu Telkomsel dan Indosat Ooredoo. Telkomsel menjadi operator pertama di Indonesia yang mengimplementasikan 5G di tanah air pada akhir Mei 2021 lalu.

Kemudian di bulan Juni ini, giliran Indosat Ooredoo yang melakukan implementasi jaringan 5G. Karena baru melakukan implementasi, cakupan 5G kedua operator tersebut belum merata, hanya di beberapa tempat saja di kota besar, termasuk Jakarta.

Hingga bulan Juli ini, jaringan 5G Telkomsel sudah tersebar di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Surabaya, Makassar, Bali, Batam, Medan, Solo, Balikpapan, dan Bandung. Sementara jaringan 5G Indosat Ooredoo baru tersedia di Jakarta, Solo, Surabaya, dan Makassar.

Baca juga: Pengamat: 5G Tak Sekedar Frekuensi

Untuk implementasi 5G di Indonesia, Telkomsel menggunakan frekuensi 2,3 Ghz di Middle Band. Sementara Indosat Ooredoo menggunakan 1.8Ghz yang juga berada di Middle Band.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membagi alokasi frekuensi untuk jaringan telekomunikasi seluler 5G ke dalam tiga lapisan telekomunikasi, yaitu Low Band, Middle Band, dan High Band. Pembagian itu dilakukan untuk pemerataan dan efisiensi layanan. Ketiga lapisan tersebut berada di frekuensi yang berbeda.

Untuk pita bawah (Low Band), frekuensinya di bawah 1 Ghz. Kemudian, pada layer kedua (Middle Band) berada diantara frekuensi 1 sampai 6 GHz. Sedangkan di pita atas (High Band) berada di frekuensi 2,6 Ghz dan 2,8 Ghz.

Sementara Global System for Mobile Communications (GSMA) menetapkan standarisasi spektrum 5G berada di angka 80Mhz-100Mhz yang berdekatan dengan Middle Band pada awal implementasi 5G. Menurut Lembaga riset Counterpoint, bandwidth yang digunakan Telkomsel (30Mhz) dan Indosat Ooredoo (20Mhz) belum memenuhi standar ideal pada awal implementasi 5G di Indonesia.

Indosat Ooredoo yang menggunakan frekuensi 1.8Ghz untuk layanan 5G-nya, lebih banyak digunakan untuk segmen B2B seperti sektor manufaktur, kesehatan, UKM, dan logistik. Mengingat jaringan 5G nantinya tidak hanya digunakan untuk perangkat mobile dan internet saja. Melainkan, hampir di semua sektor manufaktur, kesehatan, UKM, logistik, otomotif, pendidikan, militer dan lainnya.

Baca juga: Ini Dia Tantangan yang Hadir Ditengah Transisi ke 5G

Counterpoint menyebutkan bahwa hingga akhir tahun 2021 ini, Indosat menargetkan pertumbuhan coverage sekitar 2% dari cakupan wilayah 5G saat ini. Indosat Ooredoo ingin memperluas jaringan 5G di 5 kota lagi di Indonesia hingga di akhir tahun 2021 ini.

Jadi di tahun ini, jaringan 5G Indosat Ooredoo sudah tersebar di 10 kota di Indonesia. Mengingat, saat ini baru 5 kota yang mendapat jaringan 5G.

Counterpoint memperkirakan untuk smartphone yang kompatibel dengan frekuensi 1,8Ghz akan terus meningkat dalam waktu dekat. Namun, waktunya tidak terlalu cepat, karena area jangkauan yang terbatas dan fokus awal operator di Indonesia pada segmen B2B.

Lembaga riset Counterpoint memprediksikan bahwa XL Axiata dan Smartfren akan segera menyusul Telkomsel dan Indosat Ooredoo untuk melakukan implementasi 5G di Indonesia. Setelah nantinya Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia resmi bergabung, dinilai Counterpoint dapat membantu meningkatkan layanan 5G Indosat Ooredoo, karena Tri Indonesia menggunakan bandwidth 10Mhz pada frekuensi 1,8Ghz band.

Namun untuk mewujudkan hal tersebut, tentunya harus didukung oleh infrastruktur yang disediakan oleh Pemerintah Indonesia. Danny Buldansyah selaku Vice President Director, PT. Hutchison 3 Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengatakan kepada Selular ID, bahwa ATSI dan Hutchison 3 Indonesia untuk jaringan 5G, ATSI akan menunggu alokasi spektrum frekuensi dari pemerintah Indonesia untuk implementasi jaringan Tri di tanah air.

Penyebaran konektivitas 5G secara bertahap ini akan menguntungkan brand smartphone, karena pengguna smartphone di Indonesia lebih memilih untuk membeli smartphone 5G yang kompatibel untuk menggunakan jaringan 5G di tanah air. Namun, wabah pandemi yang berkepanjangan di Indonesia, membuat daya beli masyarakat akan smartphone 5G turun.

Counterpoint memprediksikan jaringan 5G akan bekerja optimal di Indonesia pada tahun 2022-2023 mendatang. Semua itu bisa berjalan, jika ekosistem telekomunikasi di Indonesia yang mencakup operator, konsumen, dan perangkat sudah terbentuk. Namun, dengan catatan Kominfo dapat mencapai targetnya untuk mengalokasikan bandwidth 1K Mhz dari mmWave band untuk mobile broadband pada tahun 2022 mendatang.

sumber artikel : Selular. id

Bagikan

Also Read