Sembuh dari Kanker Otak, Kini Jadi Pengrajin Daur Ulang Sampah
BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Adalah seorang pemuda asal Desa Sumbang Timun, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro bernama Suliswanto (19), yang menjadi pengrajian barang bekas menjadi barang bermanfaat dan memiliki nilai rupiah hingga bisa menghidupi dirinya dan juga keluarganya.
Suliswanto, kondisinya kurang sehat dengan tubuh lemas sehingga jika berjalan terlihat sempoyongan. Karena kesehatanya itu, Lis – demikian biasa disapa – itu ngedrop, setelah menjalani operasi kanker otak yang dideritanya.
Awalnya, Lis adalah pemuda yang tangguh dan giat bekerja. Hal itu terbukti, dengan kerja keras Lis yang ikut kerja sebagai pekerja kuli di pembuatan bata merah yang ada di desanya tersebut. Saat dia merasakan kepalanya sakit dan dilakukan pemeriksaan, ternyata oleh dokter dia divonis menderita sakit kanker otak.
Sakit kanker otak yang telah menggerogotinya itu, membuat Lis tak lagi bekerja dan menjadi tanggungan ibunya Titin (55), yang hidup menjanda bersama tiga anaknya termasuk Li situ. Ekonomi keluarganya lemah sehingga tak mampu membuat Lis untuk dibawa ke dokter. Namun, ternyata ada jalan lain, dengan memanfaatkan Jamkesda (Jeminan Kesehatan Daerah) Bojonegoro, akhirnya Lis dibawa berobat ke salah satu rumah sakit di Solo, Jawa tengah.
Guna menyembuhkan sakit Kanker otak yang diderita Suliswanto, tak ada jalan lain, kecuali dengan operasi. Jalan itu, akhirnya ditempuh keluarganya dengan menyetujui Lis untuk di operasi. Dengan harapan, agar Lis lekas sembuh. Tapi, setelah dioperasi, justru Lis malah koma atau tak sadarkan diri hingga 3 (tiga) bulan lebih.
“Mukjizat ternyata datang, karena saya yakin Allah SWT Maha besar. Saya yang sudah koma tiga bulan itu, akhirnya sadar dan setelah setahun saya baru bisa berjalan. Hanya saja, jalannya sempoyongan dan sering mau jatuh,” kata Suliswanto, saat ditemui di halaman rumahnya, Selasa (14/6/2016).
Dengan kondisi Lis yang sudah tidak sehat itu, membuat dirinya sudah tak lagi bisa kerja kasar. Padahal, setiap hari dia butuh makan dan perjalanan hidup terus berjalan seiring berjalannya waktu. Kesulitan hidup yang di alami, membuat dia berpikir keras untuk mencari solusi, bagaimana bisa mencari duit dengan kondisi kesehatanya yang drop setelah menjalani operasi kanker otak yang dideritanya itu.
Berawal kesulitan itu, membuat Lis mendapat hidayah untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Bisa tetap dapat duit dengan bekerja di rumah dan pekrjaan itu bukan kerja berat.
“Dari situlah, saya memperoleh inspirasi untuk membuat kerajinan tangan. Karena saya tidak punya modal, akhirnya saya mencari bahan untuk membuat kerajinan tas dan taplak meja yang berasal dari plastik sachet bekas bungkus kopi dan bungkus plastik minuman serbuk. Dari plastik bekas bungkus kopi itu saya buat kerajinan tas dan taplak,” ujarnya.
Untuk mencari bahan itu, Lis harus berjalan menyusuri rumah-rumah tetangga yang ada di sekitar rumahnya itu. dari ketlatenanya itu, banyak warga yang justru datang memberikan plastic sachet bekas bungkus kopi itu.
“Alhamdulillah, setiap hari saya masih diberi kesehatan sehingga bisa memungut plastik bekas kopi dan minuman untuk saya buat tas dan taplak. Sehingga, hasil kerajinan bisa saya jual untuk makan sehari-hari,” tegasnya.
Kerajinan milik Sulistiawan dipasarkan sambil dia keluar mencari bahan kerajinan sehingga kalau keluar kelihatan menenteng tas, taplak dan membawa sachet bekas minuman itu. Bisa dibayangkan, dengan kondisi jalan yang sempoyongan, dia masih membawa barang-barang walaupun beratnya cukup ringan. Tapi, itulah semangat hidup seorang penyandang cacat Suliswanto yang ingin bertahan hidup dalam kondisi serba keterbasan yang dimilikinya.
Hasil kerajinan yang dihasilkan Lis, dijual dengan harga yang relatif murah dan terjangkau. Untuk tas ukuran mini dijual dengan harga Rp 25 ribu, yang ukuran sedang dijual Rp 30 ribu, sedangkan yang ukuran besar dijual seharga Rp 50 ribu. Sedangkan, untuk taplak meja dijual rata-rata dengan harga Rp.100 ribu hingga Rp 150 ribu, atau tergantung dengan ukuran panjang dan lebarnya.
“Saya bekerja untuk menyambung hidup dan hanya untuk sekedar bisa makan. Namun, saya tidak mampu beli obat atau berobat. Sehingga, saya berharap uluran tangan dari pemerimntah dan pihak-pihak yang mau membantu saya. Termasuk, membantu usaha kerajinan saya ini,” katanya berharap. **(Kis/Tris)