FeaturedSosial & Budaya

Gua Kidang, Diteliti dan Dikaji Kembali Oleh Balai Arkeologi Yogyakarta

BLORA – Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta melanjutkan pengkajian dan penelitian di Gua Kidang di Desa Tinapan Kecamatan Todanan, Blora. Pemetaannya zone situs gua kidang terus diupayakan. Tahun 2016 dilakukan kajian oleh Balar untuk kali ke 10 sejak tahun 2005 dengan melibatkan multi disipliner keilmuan terkait.

Indah Asikin Nurani, Ketua Tim Pola Okupasi Balar Yogyakarta mengatakan pemetaan zone penting, untuk melindungi dan menjaga keberadaan situs Gua Kidang agar tidak terganggu.

“Kami mendorong pemetaan zone situs Gua Kidang. Kami sudah koordinasi dengan BPCB Jawa Tengah,” ujar Indah Asikin Nurani, Ketua Tim Pola Okupasi Balar Yogyakarta, di Blora, Senin (25/04/2016).

Pihaknya, juga akan melanjutkan penelitian itu guna mengetahui seberapa jauh daya jelajah manusia karst Gua Kidang bereksplorasi dalam mempertahankan hidupnya.

“Selain itu, hari ini kami melakukan shooting untuk pembuatan film dokumenter kawasan situs Gua Kidang. Film tersebut nantinya akan dibagikan kepada lembaga dan instansi terkait, termasuk di sekolah-sekolah,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala DPPKKI Kabupaten Blora Slamet Pamuji melalui Kapala Bidang Kebudayaan Suntoyo mengungkapkan, pihaknya berupaya akan mendukung situs Gua Kidang sebagai salah satu kawasan yang berpotensi untuk kajian dan penelitian.

“Oleh karenanya kami akan berupaya melakukan kerja sama dengan Pemkab dan pihak Perhutani,” kata Suntoyo, Kabid Kebudayaan DPPKKI.

Dengan ditemukan bukti-bukti pra sejarah di Kawasan Goa Kidang, menurut Yoyok, sapaan akrab Sutoyo, maka kawasan tersebut bisa dibenahi dan ditata sehingga menarik untuk dikunjungi para wisatawan.

Dijelaskannya, keberadaan situs Gua Kidang berada di wilayah Perum Perhutani KPH Blora, sehingga perlu koordinasi antara Pemkab Blora dan pihak Perhutani serta pemerintahan desa (Pemdes) setempat, untuk terlibat pengawasan dan pelestarian sesuai dengan amanat Undang-Undang Budaya nomor 11 tahun 2010.

“Misalnya, jalan yang menuju ke Gua Kidang dibuat tangga, sehingga bagi yang berkunjung ke lokasi bisa lebih mudah. Atau dilengkapi dengan satwa dan bukti-bukti lain dari hasil penelitian,” ujar Yoyok.

Ide gagasan menjadikan Gua Kidang menjadi museum alam, menurut Yoyok, berasal dari studi di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sebab, di kabupaten tersebut sudah ada sejak lama.

Sekadar diketahui, Gua Kidang berada di kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara yang berjarak 35 kilometer dari kota Blora. Gua itu berupa ceruk gunung karst sedalam kira-kira 15 meter dari permukaan tanah bukit karst. Untuk masuk ke gua harus menuruni jalan setapak di areal hutan jati.

Kerangka remaja berusia 14-19 tahun ditemukan meringkuk di kedalaman 80 centi meter. Warga sekitar menyebutnya manusia karst Gua Kidang. Di sekitar kerangka itu ditemukan pula susunan bongkahan batu gamping, remukan remis cangkang, batu gamping berwarna merah, dan fragmen vertebrata.

Dari hasil uji karbon, usia kerangka itu diperkirakan 7.770-9.600 tahun. Penemuan kerangka tersebut menegaskan keberadaan manusia prasejarah yang pernah menghuni gua-gua di pegunungan karst pada zaman Holosen (9560-9300 SM).

Dari temuan kerangka itu, tim mempertajam riset tentang pola hidup beserta aspek budaya manusia pada zaman itu. **(Priyo).

Sukisno

Jurnalis Utama Rakyatnesia.com Dan Sudah di dunia jurnalistik selama lebih dari 30 tahun. Tulisan berita bojonegoro umum, Review, dan profil sudah bukan hal asing lagi, Lugas dengan Fakta.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button