Angin Dan Ombak Terlalu Besar, Nelayan Lamongan Memilih Tidak Melaut

moch akbar fitrianto

Nelayan lamongan enggan melaut
Bagikan

Berita Lamongan – Di Bulan Maret ini Cuaca semakin ekstreem Panas dan Hujan yang tinggi dibarengi dengan angin, Membuat para nelayan enggan melaut karena ditambah ombak tinggi ditengah lautan. Total dari 32.000 nelayan, hanya 40 persen melaut, sisanya menyandarkan perahunya sembari menunggu cuaca bersahabat.

Ombak besar dan angin laut berisiko tinggi terhadap keselamatan para nelayan. Para nelayan lebih memilih menyandarkan perahunya sembari beraktifitas memperbaiki beberapa bagian perahu yang rusak.

Karena tidak melaut, ada yang mengisinya dengan sekedar mencuci badan perahu. Menyulam (memperbaiki) jala dan jaring.

“Kalaupun ada yang nekat melaut hanya sebagian kecil, itupun hanya perahu berukuran besar,” kata Ketua Forum Rajungan Nelayan Lamongan, Mukhlisin Umar kepada Tribun Jatim Network, Senin (18/3/2024).

Saat ini ada ribuan perahu bersandar di Sedayu, Brondong, Paciran, Weru dan Blimbing.

Meski tidak melaut, persedian untuk kebutuhan sehari – hari masih mencukupi. Saat cuaca baik, nelayan banyak yang menyisihkan hasilnya untuk persediaan saat cuaca ekstrem.

“Kami nelayan sudah mengatur keuangan selama cuaca mendukung atau hasil tangkapan banyak,” katanya.

Menurut Mukhlisin, hanya sekitar 40 persennya yang berani melaut. Mereka takut karena ombak cukup tinggi.

Nelayan dihantui ketakutan jika memaksakan untuk melaut melawan ombak. ” Bahkan ini ada nelayan yang bertahan seperti di Pulau Masalembu, Rakas dan Dekek tidak berani pulang karena ombak besar,” katanya.

Namun Mukhlisin tidak menyebut pasti berapa jumlah nelayan yang bertahan di tiga pulau tersebut.

Biasanya, awal musim penghujan seperti ini banyak mendapat hasil karena tangkapan jenis ikan tongkol cukup banyak.

Harga melambung itu karena tidak banyak tangkapan akibat nelayan tidak banyak yang melaut.

”Kita berharap cuaca normal. Sekarang ini kami tidak bisa memaksakan diri melaut karena resiko tinggi,”ungkap Mukhlisin.

Mukhlisin mengaku intens berkomunikasi dengan sesama nelayan. Baik nelayan Blimbing, Brondong, Sedayulawas, Paciran maupun nelayan Weru.

Bagikan

Also Read