Sido Pilkada ora?
Judul Sido Pilkada Ora? Merupakan kalimat dengan bahasa Jawa yang mengandung arti Jadi Pilkada Apa Tidak? Penulis sengaja membuat judul bukan sebuah provokasi kepada masyarakat untuk tidak mencoblos dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bojonegoro 2018, akan tetapi lebih pada melihat kondisi Bojonegoro yang adem ayem seakan-akan tak akan ada gawe besar Pemilihan Bupati – Wakil Bupati Bojonegoro Periode 2018 -2023.
Kondisi jelang Pilkada sejak pasangan calon (paslon) ditetapkan oleh KPU Bojonegoro tanggal 12 Februari dan pengambilan nomor urut paslon tanggal 13 Februari 2018, kondisi para calon kepala daerah itu malah tenang-tenang saja. Mereka, jarang melakukan aktifitas ke lapangan walaun sejak tanggal 15 Februari hingga 23 Juni telah dinyatakan sebagai ajang kampanye itu.
Empat Paslon yakni, Soehadi Moeljono – Mitro’atin (Moelyo Atine), Mahfudhoh – Kuswiyanto (MK), Anna Muawanah – Budi Irawanto (Bu Anna – Mas Wawan) dan Basuki – Pudji Dwanto (Basudewa). Hampir semuanya, terlihat tak bergerak dan hanya merencanakan pemenangan saja akan tetapi tak ada action untuk bisa usaha memenangkan Pilkada tersebut.
Jika kondisi seperti ini, maka pasangan Mahfudhoh – Kuswiyanto (MK) bakal memenangkan Pilkada 2018. Sebab, isteri mantan Bupati Bojonegoro Suyoto itu, masih memiliki pendukung fanatik yang masih tersebar di seantero Bojonegoro. Jika ketiga paslon yang lain tak bergerak maka Mahfudhoh – Kuswiyanto, bakal terpilih dan melenggang masuk Pendopo Malowopati Pemkab Bojonegoro.
Sebenarnya, semua paslon memiliki peluang untuk menang dan terpilih untuk menjadi bupati – wakil bupati untuk kabupaten dengan APBD terbesar nomor 3 dari 38 Kabupaten/Kota di Bojonegoro itu. Hanya saja, semua itu tergantung pada upaya mereka dalam waktu 4 (empat) bulan ini, untuk meraih sukses selama lima tahun menjabat itu.
Sekarang tergantung, bagaimana paslon bupati – wakil bupati Bojonegoro bisa meraih simpati masyarakat. Sehingga mereka bakal dipilih sebagai bupati – wakil bupati Bojonegoro untuk periode 5 tahun ke depan. Akan tetapi, kayaknya mereka ogah bergerak dan membiarkan masyarakat hanya menunggu “pinangan” para paslon itu tanpa ada kepastian.
Hingga rasan-rasan yang ada di masyarakat Kota Minyak itu, sebenarnya Pilkada Bojonegoro 2018 itu jadi apa tidak? Jan-jane sido Pilkada opo ora yo? Sebab, mereka tak melihat pasangan calon melakukan pendekatan ke masyarakat. Lantas, bagaimana mereka bisa menjadi orang nomor 1 dan nomor 2 di Bojonegoro jika tak diupayakan secara masksimal?
Selain, masih jalan di tempat alias belum bergerak. Para paslon juga baik dari media masa. Mereka tak mempromosikan pencalonannya baik lewat iklan atau advertorial ke media masa. Rata-rata para paslon itu lebih suka ada di media soasial (medsos) baik lewat fecebook, whatshapp hingga Instagram.
Padahal, tingkat kepercayaan masyarakat masih cukup tinggi jika ditulis di sebuah media masa. Soalnya, medsos itu kayak sebuah obrolan di warung kopi (warkop) yang bicara ngalor-ngidul dengan membahas sesuatu hal tanpa arah. Padahal, jika ditulis di media masa, tingkat kepercayaan lebih tinggi hingga sosialisasi paslon cabup-cawabup bakal tepat sasaran dan berhasil memenangkan Pilkada Bojonegoro 2018.
Penulis melakukan pengamatan kondisi perpolitikan di Bumi Angling Dharma selama ini. Dalam waktu sebulan terakhir ini, kondisi jelang Pilkada Bojonegoro, sepi dan nyaris tak ada greget dalam menyambut Pilkada tersebut.
Sebagai bagian dari masyarakat Bojonegoro yang juga memiliki hak pilih, penulis berharap agar paslon bupati – wakil bupati Bojonegoro, untuk segara bergerak dan bersemangat dalam mencari simpati masyarakat. Manfaatkan waktu yang tersisa untuk memenangkan hati masyarakat agar dipilih dalam pemungutan suara yang bakal digelar 27 Juni 2018 mendatang.
Mudah-mudahan Pilkada Bojonegoro 2018, bisa berjalan aman, tertib dan lancar sehingga menghasilkan seorang pemimpin Bojonegoro sesuai dengan harapan masyarakat. Semoga dan semoga…
Penulis,
Sekisno: Ketua DPD JPKP (Jaringan Pendamping Kebijakan & Pembangunan)
Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur.