Suami Stroke, Perlukah Menceraikan Istri? Huruf Arab Dan Latin

Nurul Syahadatin

Bagikan

ilustrasi lelaki di kursi roda (huffingtonpost.com)


Assalamu’alaikum.
Ustadz, seorang suami menderita stroke yang membuatnya tidak bisa lagi memberikan nafkah kepada istrinya. Termasuk nafkah batin. Padahal istrinya masih normal dan belum tua. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh suami tersebut? Ia takut istrinya ‘tersiksa’ dengan kondisinya tersebut dan ia juga takut berdosa karena tidak dapat memberikan nafkah kepada istrinya.

Jawaban:

Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh.
Perlu kami sampaikan bahwa jika seorang muslimah bersabar dengan kondisi suaminya, khususnya ketika sang suami sakit, maka hal itu adalah yang paling utama baginya. Mengapa? Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan jaminan surga kepada setiap muslimah yang ketika dia meninggal, suaminya ridha kepadanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

“Wanita mana saja yang meninggal dunia dalam kondisi suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; hasan)

Bagi sang suami, ia perlu melihat kondisi istrinya. Jika istrinya bersabar, senang bersama dengannya, senang menemani dan merawatnya, senang tetap menjadi istrinya, maka suami tak perlu menceraikan istrinya. Karena dengan bersama dalam suka dan duka, sang istri memperoleh kesempatan besar untuk melayani suaminya dan bersabar dengan kondisinya. Sang suami pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada istrinya untuk meraih surga.

Sedangkan jika ia melihat istrinya tidak dapat bersabar, istrinya merasa ‘tersiksa’ dan ‘terzalimi’, sang suami boleh menawarkan kepada istrinya apakah mau tetap menjadi istrinya atau minta diceraikan. Mengingat sang suami sudah tidak bisa memberikan nafkah –termasuk nafkah biologis- kepadanya. Jadi harus ada komunikasi dalam proses ini, tidak serta merta suami langsung menceraikan istrinya karena pandangan sepihak suami yang merasa kasihan dengan istrinya. Atau menyangka istrinya tidak bisa bersabar lagi hidup dengannya. Padahal bisa jadi, seorang istri yang tampaknya lelah ternyata ia masih sangat mencintai suaminya dan ingin selalu bersamanya meskipun kondisinya sedang sakit.

Wallahu a’lam bish shawab. [Bersamadakwah.net/Disarikan dari jawaban Ustadz Agung Cahyadi, MA]

Bagikan

Also Read

Tags