BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Meninggalnya bocah balita bernama Juan Aprilia (4) disebabkan sakit demam berdarah (DB), masih menyisakan luka mendalam bagi pasangan suami istri (Pasutri) yaitu Sahroni (40) dengan Sukisnah (35) warga Dusun Bulu, Desa Sugihwaras, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pasalnya, korban baru diketahui menderita demam berdarah sesaat sebelum ajal menjemputnya, Minggu (22/01/2017) lalu.
Awalnya, Juan Aprilia balita yang berusia 4 tahun itu, badannya panas atau biasa disebut demam. Kemudian, orang tuanya memeriksakannya ke Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berada di desanya dengan diperiksa oleh seorang bidan dengan inisial RN, katanya hanya demam biasa. Karena ,panasnya tak turun akhirnya esoknya diperiksakan lagi ke seorang mantri kesehatan yang berinisial RS, tapi kondisinya masih panas juga.
Selanjutnya, orang tua korban membawa anaknya ke mantri kesehatan yang berinisial MH, nyatanya panas anaknyatersebut juga tak reda. Sehingga orang tuanya memutuskan untuk membawa Juan Aprilia ke Puskesmas Baureno Minggu (22/01/2017). Karena hari Minggu yaitu hari libur di Puskesmas Baureno tak ada dokternya sehingga Juan Aprilia langsung dilarikan ke RS Muhammadiyah Babat, Lamongan.
Saat berada di UGD RS Muhammadiyah, Juan Aprilia diperiksa kemudian dilakukan tes laboratorium untuk memastikan penyakit yang diderita pasien tersebut. Ternyata, hasil tes laboratorium Juan Aprilia menyatakan dia menderita demam berdarah, yang tak diketahui oleh orang tuanya, termasuk satu bidan serta 2 mantri yang telah memeriksanya itu.
Sambil menunggu untuk memperoleh kamar rawat inap, Juan Aprilia ditempatkan di UGD. Tapi sayang, penyakit demam berdaah yang diderita Juan Aprilia sudah akut dan sebelum dirawat Juan Aprilia telah menghembuskan nafas yang terakhir kalinya alias meninggal dunia.
Salah seorang keluarga korban Totok (42) kepada rakyatnesia.com mengatakan, pihaknya menyesalkan atas kejadian yang menimpa keponakannya itu. Mengapa bidan dan 2 mantri yang dijadikan tempat bagi Juan Aprilia periksa, tak ada yang mengetahui penyakit yang diderita bocah yang sudah duduk di bangku PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Nurul Hidayah Desa Sugihwaras itu.
“Orang tua almarhum Juan Aprilia sangat menyesalkan pada seorang bidan dan 2 mantri tempat Juan diperiksakan itu. Kenapa, hasil pemeriksaan mereka taka da yang mengarah pada penyakit demam berdarah. Mengapa semua mengatakan jika Juan Aprilia hanya demam biasa. Peristiwa meninggalnya anak laki-lakinya itu benar-benar membuat kedua orang tuanya terpukul dan membuat mereka shokc,” ungkap Totok, Rabu (25/01/2017).
Sementara itu, Kepala desa Sugihwaras Sutiyono,ST juga membenarkan atas kejadian yang menimpa warganya itu. Pihaknya meminta kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro untuk memberikan pembinaan kepada bidan dan mantri kesehatan yang bertugas di desa-desa agar memberikan pengarahan kepada masyarakat yang awam masih tentang dengan penyebab peyakit demam berdarah dan penanganannya itu.
“Dinas Kesehatan Bojonegoro, agar memberikan pengarahan kepada bidan dan mantri kesehatan yang bertugas di desa-desa, agar melakukan deteksi awal terhadap anak-anak yang terjangkit pneyakit demam berdarah sehingga jangan sampai mereka mengalami nasib seperti Juan Aprilia,” tegasnya.
Kedua orang tuanya tak memahami akan bahayanya penyakit demam berdarah yang bisa merenggut nyawa anaknya. Sedangkan bidan dan mantra kesehatan yang dijadikan tempat untuk periksa juga tak mampu mendeteksi penyakit yang diderita anak tersebut. Gara-gara terlambat penangananya, hingga membuat nyawa Juan Aprilia tak tertolong lagi. **(Kis/Red).