Selamat dari Gempa dan Tsunami Palu, Warga Asal Mlideg, Kedungadem Ini, Pulang Kampung

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (RAKYAT INDEPENDEN) – Trauma bencana alam gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi tengah (Sulteng) masih terasa hingga saat ini. Hal itu, seperti yang dialami warga Palu asal Desa Mlideg, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, Jawa timur yang sudah tinggal dan menetap di Kota Palu hingga sudah puluhan tahun itu.

Adalah pasangan suami istri (pasutri) Asmundori (43) dan Ririn Puspirawati (35), yang telah dikarunia 2 (dua) anak, yang semuanya selamat dari gempa dan tsunami yang terjadi di Kota Palu, Jum’at (28/9/2018) lalu.

Rumah Pasutri asal Mlideg, Kedungadem itu, berada di Kota Palu yang berjarak 5 kilo meter dari pantai setempat. Saat terjadi gempa dan Tsunami, hanya perabot rumah tangga yang ada di dalam rumah yang ambruk dan mengalami kerusakan parah. Sedangkan rumahnya, masih utuh dan masih bisa ditempati.

Usai gempa, mereka bersama keluarga mengungsi di Bandara Palu bersama tetangga sekitar yang selamat dari gempa dan tsunami tersebut. Setelah kondisi agak stabil, mereka pulang ke rumahnya sambil membuat tenda di halaman rumah. Jika ada getaran gempa mereka lari ke halaman rumah dan menyelematkan diri dengan cara masuk ke dalam tenda itu.

“Kami masih trauma dengan gempa bumi dan tsunami sehingga begitu ada getaran, langsung berlarian keluar rumah, karena takut tertimpa rumah. Sebab, banyak tetangga yang meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan rumahnya yang ambruk akibat gempa itu,” ungkapnya.

Setelah kondisi stabil dan bandara mulai beroperasi, dia mudik ke kampung halamannya di Desa Mlideg, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, bersama keluarganya. Mereka pulang ke Bojonegoro karena masih trauma dengan gempa dan tsunami itu dan berencana balik ke Palu lagi kondisinya sudah memungkinkan.

“Rumah saya titipkan tetangga depan rumah untuk diawasi selama saya tinggal pulang ke Bojonegoro ini,” ungkap wanita yang akrab disapa Ririn itu,

Ditambahkan, dirinya belum tahu kapan mau balik ke Palu. Menurutnya, mereka akan balik jika kondisi sudah tenang dan masyarakat sudah menjalani aktifitas seperti biasanya. Sebab, dia sudah memiliki rumah dan usaha sendiri berupa toko ban dan orderdil mobil sehingga usahanya itu tak bisa ditinggalkan terlalu lama. Takutnya, langganannya bisa pindah ke toko lain.

Mereka mengaku tiba di Bojonegoro Jum’at (5/10/2018), sekira pukul 10:00 wib. Begitu tiba di rumah orang tua suaminya alias mertuanya, Ririn langsung memberikan kabar keluarga sehingga mereka langsung berdatangan untuk melihat kondisi Ririn sekeluarga sekaligus untuk kangen-kangenan itu.

Kabar kepulangan Ririn akhirnya sampai juga ke teman-teman sewaktu dia bersekolah di MAN 1 Bojonegoro alumni tahun 2003 itu. Sehingga, teman-temannya datang bersilaturahmi sekaligus melepas kangen sebab sudah puluhan tahun mereka tak bertemu.

Kedatangan teman-temannya itu, disambut dengan acara kenduri dengan nasi kuning, sekaligus dilakukan do’a bersama yang dipimpin ustadz setempat. Ririn mengajak berdo’a untuk mensyukuri atas keselamatan yang diberikan oleh Allah SWT untuk keluarganya.

“Kini, tinggal memulihkan trauma saya sekeluarga agar segera sembuh, sehingga depan bisa kembali ke Palu untuk melanjutkan kehidupan di kota Palu sebab kami sudah tercatat sebagai warga Kota Palu, Sulawesi tengah,” katanya bersemangat.

Ini Status Ririn usai tertimpa Gempa dan Tsunami Palu:

Mensyukuri yang Allah gariskan dalam hidup kita walau berat sekalipun…
Nanti akan Allah tunjukkan hikmah atas semua yang telah digariskan dan Insya Allah I believe that…
Itu yang buat kita lebih ikhlas dan bersabar…
Karena janji Allah itu benar…
Harus kuat hadapi kenyataan ini walau tak seindah dulu lagi…
Allah Maha Tahu segalanya buat hambanya…

**(Kis/Red).

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar