Sejarah Peristiwa G30S PKI, Siapa Dan Bagaimana Peristiwa Tersebut Terjadi

moch akbar fitrianto

sejarah singkat G30S PKI
Bagikan

Sejarah – Sejarah Peristiwa G30S PKI, Siapa Dan Bagaimana Peristiwa Tersebut Terjadi, Peristiwa G30S PKi Merupakan salah satu sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Sepak terjang PKI di Indonesia tidak itu saja banyak sekali hal – hal yang telah dilakukan Organisasi KOmunis tersebut. Nah SEkarang adalah hari yang tepat untuk sedikit belajar sejarah tentang PKI dan peristiwa G30S PKI.

Kebesaran PKI tidak hanya terdengar di dalam negeri saja. Nama besarnya menempati urutan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah partai komunis di Uni Soviet dan Cina. Partai ini bukan merupakan partai milik pemerintah. Namun ia berhasil menggalang sekira 3 juta rakyat Indonesia pasca kemerdekaan untuk bergabung di bawah sayap-sayapnya.

Sejarah Peristiwa G30S PKI

Sejarah Awal Berdiri PKI

Partai Komunis Indonesia (PKI) awalnya berdiri dengan nama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh Henk Sneevliet. Organisasi ini merupakan gabungan dari Partai Sosialis Belanda dengan SDAP yang kemudian bersatu di bawah nama SDP Komunis yang beranggotakan 85 orang sosialis di Hindia-Belanda. Pembentukan ini dilaksanakan pada tahun 1914 sebelum Indonesia melakukan persiapan matang menuju kemerdekaan karena belum ada sejarah BPUPKI, sejarah PPKI, dan sejarah perumusan UUD 1945.

Ketika Indonesia ingin merdeka namun belum melakukan persiapan yang cukup untuk meraihnya, ISDV datang sebagai pihak yang mendidik para pribumi. Didikan mereka bertujuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan menjadi jiwa yang merdeka di atas kaki sendiri. Mereka mengajari orang-orang Indonesia membebaskan diri mereka sendiri dari belenggu kolonialisme yang saat itu masuk masa penjajahan Belanda di Indonesia. Ide yang digunakan mendidik adalah ide dari paham Marxisme.

Pada tahun-tahun awal berdirinya ISDV, dari 100-an anggota yang tergabung, hanya 3 orang yang merupakan pribumi asli Indonesia. Pada saat itu merupakan tahun 1915 ketika ISDV masih meletakkan kantornya di kota Surabaya dan setelah melakukan pembentukan di Pelabuhannya setahun lalu.

Partai ini mulai membesar ketika markasnya pindah ke Semarang, Jawa Tengah. Di sana mereka mendapatkan lebih banyak kader pribumi sebagaimana yang diinginkan para sosialis Belanda ISDV. Para pribumi ini datang dari kalangan agamis hingga nasionalis. Mereka tidak langsung menuntut kemerdekaan Indonesia.

Beraninya, Sneevliet memimpin tanpa basa-basi. Setelah mendapatkan banyak kader pribumi, Sneevliet menyatakan terang-terangan kekecewaannya terhadap SDAP Belanda. Pria tersebut juga tanpa sungkan mengungkapkan ketidaksetujuannya bergabung dalam Volksraad –sebuah Dewan Masyarakat Hindia Belanda.

Perpisahan dengan ISDV

Sejarah Peristiwa G30S PKI

Karena terjadi reformasi di tubuh ISDV, lahirlah sebuah partai baru hasil pemisahan diri dari ISDV bernama Partai Demokrat Sosial Hindia di tahun 1917. Jika sebelumnya ISDV berbicara lewat surat kabar berbahasa Belanda yang berlabel Het Vrije Woord (kata yang merdeka), setelah menjadi Partai Demokrat Sosial Hindia, Sneevliet mendirikan surat kabar sendiri yang diberinya nama Soeara Merdeka. Pecahan ISDV ini memutuskan hubungan dengan ISDV dan pemerintah Hindia-Belanda yang kolonial.

Karena memang sejak awal berkiblat ke Uni Soviet, Partai Demokrat Sosial Hindia terus menggaungkan pemikirannya akan kemerdekaan Indonesia dan merasa harus mengikuti jejak Uni Soviet melakukan Revolusi Oktober. Karena partai baru ini bertekad keras, mereka dengan cepat meraup sekitar 3000 anggota yang di antaranya mencakup para militer Belanda dalam kurun waktu kurang dari setahun.

Pemberontakan menjadi jalan mereka mengekspresikan opininya. Para tentara, pelaut dan anggota partai dari beberapa profesi lain tersebut melakukan pemberontakan di pangkalan laut Surabaya yang menjadi sentralnya pangkalan laut nusantara pada waktu itu. 3000 anggota Partai Demokrat Sosial Hindia yang memberontak tersebut diberi nama ‘Pengawal Merah’ yang kemudian membentuk dewan Soviet setelah pemberontakan Surabaya.

Tentu saja diakibatkan pemberontakan kepada pemerintah, para boss PDSH berurusan dengan polisi Belanda. Tidak hanya dijebloskan ke penjara, Sneevliet bersama beberapa sahabatnya dibuang ke negeri Belanda. Sementara orang-orang militer Belanda yang terlibat dalam pemberontakan dipenjarakan selama 40 tahun kehidupannya.

Tokoh – Tokoh Pendiri PKI

1. Henk Sneevliet (Pendiri PKI)
2. Semaun
3. Mussi
4. D.N Aidit
5. Tan Malaka
6. AMir Sjarifuddin
7. Sekarmadji Maridjan Kartosoedibjo

 

Sejarah Perjalanan PKI Di Indonesia

Pemberontakan Tahun 1926
Pemberontakan pertama atas nama PKI ini dilaksanakan di Jawa Barat dan Sumatra Barat. Sayangnya, pemerintah Belanda menanggapi terlalu emosional. Boven Digul di Papua menampung para pemberontak yang dibuang. Beberapa orang yang dianggap berpotensi membahayakan dibunuh oleh pemerintah dan sisanya dipenjara secara tidak manusiawi.

Bahkan pemerintah Belanda sudah seperti keblingsatan menyikapi PKI yang menunjukkan jiwa pemberontak kental. Di tahun 1927 pemerintah menyatakan dengan tegas bahwa PKI merupakan organisasi terlarang yang setiap aktivitasnya dilarang. Karena peraturan itulah, para kader PKI malah menyiapkan rencana pemberontakan di bawah tanah (back street).

Menyusup ke Organisasi Lain
Karena banyak pemimpinnya yang dibuang pemerintah Belanda, PKI menjadi tidak garang lagi. Berama itu, Muso kembali ke Indonesia di tahun 1935 untuk mempersiapkan kebangkitan PKI. Ia menggerakkan kader PKI agar menyusup ke organisasi pergerakan lainnya dan ikut menciptakan sejarah bersama mereka. Misalkan sejarah Perhimpunan Indonesia, sejarah Gerindo, sejarah Partindo, dan sejarah Parindra.

Sejarah Perjalanan PKI Di Indonesia

Perpolitikan Papan Atas
Di tahun 1948, sejarah perjanjian Renville menghasilkan kesepakatan yang sangat merugikan wilayah Indonesia karena semakin dipersempit. Kekecewaan ini menurunkan Amir Syarifudin dari jabatannya di kabinet dan harus rela digantikan oleh kabinet Hatta.

Amir Syarifudin yang kecewa meluapkan dengan cara membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) tanggal 28 Juni 1948. FDR merencanakan kudeta terhadap pemerintahan yang berkuasa dengan menggandeng PKI. Bahkan Muso kembali ke Indonesia dan mengendalikan PKI secara penuh setelah lama melindungi diri di Moskow, Uni Soviet.

Aksi yang dilaksanakan oleh kolaborasi FDR bersama PKI adalah teror, pemogokan, propaganda anti pemerintah, adu domba antar anggota dan pejabat militer. Semua aksi yang dilakukan bertujuan memperburuk kondisi politik agar merugikan Presiden Soekarno. Gabungan ini menginginkan hancurnya NKRI yang susah payah memproklamasikan kemerdekaan sendiri agar terlepas dari masa penjajahan Jepang di Indonesia.

FDR-PKI menghendaki sebuah negara Indonesia baru yang menggunakan asas komunis. Mereka melakukan aksi kerusuhan di Madiun tanggal 18 September 1948. Pemberontakan ini berhasil memperparah keadaan karena para militer resmi di TNI sedang menghadapi agresi dari Belanda. Bersamaan dengan itu, rakyat Indonesia berbalik membenci PKI akibat kenekatannya membunuh para alim ulama, dan beberapa tokoh.

Setelah berperang melawan PKI dengan keras, TNI dan polisi berhasil menghilangkan nyawa Muso sebagai tokoh utama yang mendalangi peristiwa Madiun. Sementara Amir Syarifudin dan beberapa pejabat FDR-PKI dibunuh melalui hukuman mati.

Tahun 1950
Setelah vakum dari dunia perpolitikan Indonesia, PKI bangkit lagi dengan wajah baru. Mereka hadir lewat surat kabar Harian Rakyat dan Bintang Merah. Mereka pun mendukung kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno yang menentang keras kolonialisme dan beberapa kebijakan negara Eropa.

PKI 1950 tampil dengan pemimpin baru, Dipa Nusantara Aidit yang membelokkan PKI menjadi partai nasionalis lagi. Para pemuda seperti D.N Aidit memimpin PKI dengan semangat membara hingga berhasil meraup simpati rakyat sampai ratusan ribu. PKI pun mulai berani melakukan pemogokan dan aksi-aksi sepihak lainnya. Akibatnya, nama PKI kembali redup.

Di tahun 1955, tanpa disangka-sangka PKI menempati urutan keempat dari hasil Pemilu. Kemenangan ini mengantarkan PKI menjadi partai yang berperan secara nasional di dunia politik resmi Indonesia. Di tahun 1957-an PKI membuat para buruh menguasai unit-unit ekonomi yang sebelumnya dipegang Belanda. Mereka berhasil menunjukkan perannya sebagai partai nasional. Kemudian PKI terus menunjukkan prestasinya sebagai partai kepercayaan rakyat.

Tahun 1960
Di tahun 1960 PKI semakin besar kepala karena Presiden Soekarno membuat konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Dengan begitu, konsep komunisme di Indonesia menjadi terlembaga. PKI semakin dekat dengan Soekarno dan merasuk ke tubuh pemerintahan. Pendukungnya mencapai seperlima dari seluruh penduduk Indonesia waktu itu.

Namun pada perkembangannya, PKI menghendaki para buruh dan tani dipersenjatai. Keinginan ini jelas mencurigakan. TNI AD merasa was-was atas keinginan PKI yang merasa harus sama dengan partai komunis di negeri Tiongkok. TNI AD takut PKI menyalahi amanah senjata jika dikabulkan.

Berlanjut atas ketidakpuasan PKI atas beberapa kebijakan Presiden Soekarno, mereka merencanakan suatu pengkhianatan besar. Di tahun 1965 tanggal 30 September dini hari, PKI di bawah pimpinan D.N Aidit dan Syam Kamaruzzaman melakukan pembunuhan berencana terhadap 7 dewan jenderal yang menjadi pahlawan revolusi Indonesia.

Awal Mula Terjadinya Peristiwa G30S PKI

Sebelum peristiwa G30S/PKI, tercatat bahwa Partai Komunis Indonesia atau PKI adalah Partai Komunis yang paling besar diseluruh dunia pada tahun 1965, tanpa menghitung partai komunis di Tiongkok dan Uni Soviet. Anggota PKI berjumlah sampai 3,5 juta jiwa, ini pun belum termasuk dengan 3 juta jiwa kader PKI yang bergerak di pergerakkan pemuda.

Selain itu PKI juga mengawasi dan mengontrol beberapa pegerakkan dan organisasi:

-Pergerakan Serikat Buruh – 3,5 juta jiwa
-Barisan Tani Indonesia – 9 juta jiwa
-Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia)
-Organisasi Penulis dan Artis
-Pergerakan sarjana

Diauditkan bahwa PKI saat itu mempunyai lebih dari 20 juta jiwa anggota dan pendukung. Selain memiliki banyak anggota dan pendukung, PKI juga merupakan partai komunis yang paling dekat dan mendapat sokongan penuh dari Presdien Pertama RI, yaitu Sukarno. PKI benar-penar memiliki kekuatan penuh, pada saat itu seperti bunuh diri jika ingin membubarkan PKI.

Angkatan Kelima

Pada awal tahun 1965 Presiden Sukarno atas saran dari PKI memutuskan mendirikan Angkatan Kelima (setelah AURI, ALRI, ADRI, dan Kepolisian) dan terlepas dari ABRI. Angkatan Kelima didirikan untuk pertahanan dan keamanan Republik Indonesia, Angkatan Kelima ini diambil dari kalangan buruh dan petani yang sudah dilatih.

Keputusan ini menimbulkan konflik yang semakin memanas, karena ABRI tidak setuju dan mencurigai PKI hendak melakukan kudeta pada Presiden Sukarno. Hal ini menimbulkan fikiran saling curiga-mencurigai antara militer dan PKI dan ini merupakan salah satu penyebab insiden Gerakan 30 September.

Awal Mula Terjadinya Peristiwa G30S PKI

Selain itu sebelum di dirikannya angkatan kelima, sejak tahun 1963 PKI semakin memperparah keadaan dengan terus provokasi konflik antara aktivis massanya dengan polisi dan militer. Saat itu kebencian karena perbedaan kelompok antara polisi, tentara dan rakyat semakin mewabah. Pada tahun 1964 sampai dengan awal tahun 1965 terjadi benturan antara polisi, petani dan para pemilik tanah disebabkan hasutan PKI kepada ribuan petani bahwa seluruh petani berhak atas segala tanah milik negara, karena milik negara sama dengan milik bersama. Selain itu para buruh juga menyita perusahaan-perusahaan dan minyak milik asing, terutama milik Amerika Serita.

Atas segala bentrokan yang terjadi, para sejarahwan menduga bahwa PKI seperti meniru revolusi Bolsevik yang terjadi di Rusia, revolusi yang membuat rakyat dan partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.

Kepemimpinan PKI menjawab semua tuduhan padanya dengan memasuki pemerintahan dengan duduk bersama disebelah para petinggi militer dan menyatakan bahwa angkatan bersenjata merupakan bagian dari revolusi demokratis “rakyat”

Adanya Isu Sakit Bung Karno

Sejak tahun 1964 sampai terjadinya peristiwa G30S telah beredar bahwa Bung Karno mengalami sakit parah. Isu ini menimbulkan kepanikan dan kasak-kusuk diberbagai pihak. Mengingat betapa berpengaruhnya Bung Karno pada saat itu dan terus timbul perdebatan siapa yang layak untuk menggantikan kekuasaan Presiden RI setelahnya.

Namun menurut Subandrio,Sekjen Kemenlu saat itu menyatakan bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja dan Aidit, Pimpinan PKI tahu persis keadaan Bung Karno sebenarnya.

Terjadinya Peristiwa 30 September-1 Oktober

Peristiwa 30 September-1 Oktober 1965 pada dini hari ini sudah membunuh enam perwira tinggi Angkatan Darat dan beberapa orang lainnya dengan tuduhan karna melakukan upaya kudeta yang disalahkan kepada para Cakrabirawa (pengawal istana) yang dianggap terlalu dekat kepada PKI, yang saat itu dipimpin oleh Letkol Untung.

Isu dewan jenderal

Sebelum terjadi gerakan 30 september itu, sudah beredar isu dengan adanya Dewan Jenderal yang menyatakan bahwa beberapa petinggi Angkatan Darat ingin mengkudeta kekuasaan Presiden Sukarno. Menanggapi isu yang berdar, Presiden Sukarno disebut-sebut memerintahkan pasukan pengawal istara untuk menangkap petinggi Angkatan Darat untuk di adili. Namun sayangnya, sebelum operasi penangkapan tersebut terjadi sudah ada oknum-oknum yang lebih dahulu membunuh mereka di lubang buaya.

Isu dokumen gilchrist

Isu dokumen Gilchris, yang diambil dari nama dubes Inggris yaitu Andres Gilchrist sudah beredar hampir bersamaan dengan isu Dewan Jenderal. Beberapa pihak menyatakan bahwa dokumen ini sudah di palsukan oleh intelejen Ceko, di bawah pengawasan dari Jenderal Agayant dari KGB Rusia.

Dokumen ini menyatakan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat. Selain itu Amerika Serika juga dituduh sudah memprovokasi militer Indonesia karena memberika daftar nama-nama anggota PKI untuk di bunuh. Dinas intelejen Amerika Serikat mendapatkan data-data campur tangan PKI pada peristiwa 30 September dari berbagai sumber, salah satunya dari buku yang ditulis John Hughes, yang berjudul Indonesian Upheaval.

Isu keterlibatan Soeharto

Sampai saat ini belum ada bukti yang kuat tentang peran aktif Soeharno dalam aksi penculikan para perwira-periwa tinggi Angkatan Darat. Satu-satunya bukti bahwa sudah ada kolaborasi ketika pertemuan Soeharto, yang saat ini menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan Kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.

Beredar isu bahwa sebenarnya Soeharto sudah mengetahui tentang gerakan yang akan di lakukan pada dini hari 30 September, namun beliau mendiamkannya untuk meraih keuntungan tersendiri. Terbukti setelah peristiwa 30 September tersebut, jurnal internasional mengungkap keterlibatan Soeharto dan CIA, beberapa jurna di antaranya adalah Cornell Paper, karya Benedict R.O’G. Anderson and Ruth T. McVey (Cornell University), Ralph McGehee (The Indonesian Massacres and the CIA), Government Printing Office of the US (Department of State, INR/IL Historical Files, Indonesia, 1963-1965. Secret; Priority; Roger Channel; Special Handling), John Roosa (Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto’s Coup d’État in Indonesia), Prof. Dr. W.F. Wertheim (Serpihan Sejarah Thn 1965 yang Terlupakan).

Korban Peristiwa G30S PKI

Korban Peristiwa G30S PKI

Berikut ini nama-nama korban yang terbunuh dari gerakan 30 September di lubang buaya:

-Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan – Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
– Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II – Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
– Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III – Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
– Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I – Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
– Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV – Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
– Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Diatas adalah keenam nama perwira tinggi Angkatan Darat yang terbunuh dan dibuang ke Lubang Buaya di Pondok Gede, Jakarta. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober. Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang merupakan sasaran utama pada peristiwa ini berhasil selamat setelah memanjat halaman rumahnya, namun putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

– Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
– Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Baca juga : Bagaimana Indonesia Setelah Peristiwa G 30 S PKI, Serta Isu Bangkitnya PKI

 

Sejarah Peristiwa G30S PKI

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar